Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN TIGA : Shea vs bu ENI

NOW PLAYING : Hailee Steinfeld, Alesso - Let Me Go (Personal Collection) Ft. Florida Georgia Line, WATT

SELAMAT MEMBACA KISAH SHEA DENGAN TENANG DAN NYAMAN

[Adrian Hasa Rajasa]

***

BAGIAN TIGA

Cuma mau kasih tau kalau film bioskop lagi bagus-bagus hehehe.

***

Jumat, 11 Agustus 2017.

SMA NUSA CENDEKIA.

Pukul 06.55. Shea masih berjalan dengan santainya ke arah lift, padahal yang lain berlari sekuat tenaga agar tidak terlambat masuk ke kelas. Shea sengaja tidak bareng dengan Orion, karena dia harus melakukan hal yang lebih mendesak tadi pagi.

Shea beralasan sakit perut dan meminta Orion berangkat terlebih dahulu, padahal alasan sebenarnya bukan itu, tapi Shea berniat mengambil earphone di kamar Orion. Dan ya berhasil, kini earphone Orion sudah ada ditangannya.

07.05 Shea baru keluar dari lift dan berjalan ke arah utara, karena kelas dia berada di paling ujung.

"Kemana aja lo, jam segini baru datang?" omel seorang cewek kucir kuda yang kini duduk disebelah Shea.

"Biasa, buang hajat," jawab Shea sekenanya, lalu dia mengeluarkan buku akuntansi ke atas meja dari tasnya.

"Mana gue liat tugas lo." Cewek itu mengambil secara paksa buku yang baru saja Shea keluarkan, dan matanya melotot ketika dia mendapati tugas Shea yang baru saja dia tulis nama perusahaannya dan juga 3 jurnal yang dia isi dengan mengarang bebas.

Masa membayar sewa secara tunai diisi dengan jurnal, Pak haji dapat uang pada pak Imron mengeluarkan uang. Ini anak memang rada-rada otaknya. Tampang aja keliatan sangar, padahal otaknya nol benar.

"Yang bener dong kalau ngerjain tugas!"

"Bawel amat sih lo Jes." Shea mengambil kembali bukunya dari tangan Jessica.

Jessica mengeluarkan bukunya dan diberikannya kepada Shea, "Cepet hapus hasil kerja lo dan salin tugas gue, mumpung bu Eni telat katanya 15 menit."

Sorot mata Shea terlihat bingung, dia mengecek tasnya untuk mencari alat tulis dan dia tidak menemukan satupun alat tulis di dalam tasnya. Jessica menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu apa yang ada didalam tas Shea, untung saja dia tidak lupa memakai seragam ke sekolah. Jessica mengeluarkan alat tulisnya dan diberikan kepada Shea.

"Lagian sih lo Sye, gue udah kasih papnya juga, gak lo kerjain."

"Gak ada kuota Jes, kenapa gak sekalian lo kirim kuota atau kalau lo mau baik ke gue, tulisin tugas gue kek."

Teman tidak tahu diuntung, tapi Jessica sudah tau tabiat Shea yang seperti itu. Setan malas seperti apa yang ada ditubuh Shea, sepertinya bukan setan lagi tapi rajanya Setan, dia benar-benar tidak punya niatan belajar. Bahkan jika nilai dia kecil, dia tidak memusingkannya dan hanya menatap kertas ujiannya dengan datar.

"Gak ada kuota, tapi bisa main instagram, bilang aja males."

"Kuota buat instagraman sih ada, tapi buat unduh foto tugas gak ada."

"Sinting ya lo." Jessica menoyor kepala Shea, dan Shea meringis kesakitan namun setelah itu mereka tertawa pelan.

"Assalamualaikum, selamat pagi...."

Jessica menggoyangkan bahu Shea pelan, tanda agar Shea segera berhenti menyalin pekerjaannya. Shea mengerti, dia melepaskan pensil dari tangannya, dan langsung menjawab salam dari bu Eni serempak dengan teman-teman kelasnya.

"Jangan lupa tugasnya dikumpul di meja saya."

Shea menutup pekerjaannya dan menyerahkan bukunya kepada Bimo, si ketua kelas. Raut wajah Jessica sudah khawatir melihat tugas Shea tidak selesai, tapi Shea hanya lempeng-lempeng saja, serasa tidak ada apapun yang akan terjadi.

Selagi bu Eni memeriksa tugas-tugasnya, mereka diminta untuk membaca materi di buku paket sebelum nanti bu Eni menjelaskannya.

"Shea Kanaka Archandra," panggil bu Eni

Yah, Shea sudah tau pasti kena. Shea berniat keluar dari mejanya, namun Jessica menahannya.

"Jangan macem-macem," katanya

"Iya," jawab Shea, kemudian dia berjalan mengahampiri meja bu Eni.

Bu Eni menghela napasnya kasar, sepertinya dia harus ekstra sabar menghadapi murid seperti Shea. Shea selalu menimbulkan masalah, tugas yang diberikannya tidak pernah dia kerjakan dengan tuntas, terkadang dia hanya menuliskan nama perusahaannya saja dan isi jurnalnya kosong, atau ditulisi 'Saya gak ngerti Bu.'.

"Tugas kamu kenapa belum selesai lagi?" ada penekanan dikata terakhir bu Eni, membuat Shea bisan menjawabnya.

"Saya cuma ngerti segitu, kata ibu kerjakan sebisanya aja," jawab Shea hati-hati, dia tidak mau cari ribut seperti kata Jessica.

"Lalu kenapa saat pelajaran saya minggu lalu, kamu enggak bertanya kalau belum mengerti?"

"Minggu lalu sih ngerti bu, terus pas pulang ke rumah eh lupa di sekolah belajar apa."

Jawaban Shea barusan membuat bu Eni kesal. Padahal rumor mengatakan kalau bu Eni pelit nilai, dia tidak takut jika nanti nilai semesternya jelek dan dipersulit. Karena bagi Shea, hidupnya ini kehendaknya, jadi biarkan saja berjalan seperti apa adanya. Lagipula, SMA biasanya naik kelas semua, meski terkadang guru-guru suka mengancam tidak akan memberikan nilai yang maksimal.

"Kamu ngapain aja selama di rumah?"

"Makan, tidur, main musik sama berantem dengan Orion."

"Lari keliling lapangan basket sepuluh putaran!" titah bu Eni

Shea hanya menatap bu Eni bingung, "Ibu ini guru ekonomi atau guru olahraga?" tanya Shea dengan wajah polosnya, seolah dia adalah bayi yang baru dilahirkan ke bumi, tidak mempunyai dosa sama sekali, dan membuat orang lain gemas ingin segera memutilasinya.

"Cepat!" suara bu Eni mendadak menjadi tinggi, membuat kelas menjadi hening seketika.

"Padahal gak ada ngaruhnya lari keliling lapangan sama gak bikin tugas. Bikin cape sih iya."

"Biar kamu jera Shea! Pokoknya nanti pulang sekolah, kamu belajar tambahan sama saya, khusus untuk kamu gak ada tugas melainkan harus langsung dikerjakan dengan saya!"

Lebih parah. Tapi terserah bu Eni sajalah, dia masih bisa kabur atau ngumpet dimana pun. Urusan itu tinggal dipikirkan belakangan, yang terpenting dia harus keluar dulu dari kelas.

Langkah kaki Shea berjalan lambat, tapi dia bukannya turun ke lantai satu untuk lari di lapangan basket melainkan malah pergi ke kantin. Lagipula bu Eni juga tidak akan tahu kalau Shea lari atau tidak, dia kan sedang mengajar di kelas.

"Dihukum lagi Sye?" tanya Mami kantin saat Shea baru saja datang dan duduk di meja kantin.

Shea tertawa saat mendengar pertanyaannya, "Enggak, Sye lagi di kantin enggak dihukum."

"Sama siapa?" tanya Mami kantin

"Sama siapa apanya? Shea sendiri ini, nemenin Mami di kantin biar ga kesepian aja."

"Ah, udahlah, terserah kamu Sye. Kamu kadang-kadang gak waras, sama kaya kakakmu itu."

Shea kembali tertawa, kali ini tawanya sedikit meledak. Dia memang tidak bisa jaim, sulit rasanya untuk menahan hal-hal yang dia sukai untuk tidak dilakukan hanya agar dia disukai oleh orang lain.

Mami kantin sudah tau, kalau Shea sering dihukum, tapi Shea masih ceria. Semangatnya menggebu-gebu. Bahkan Shea tidak pernah terlihat memikirkan apa dampak dari prilakunya selama ini, kalaupun orang tuanya menceramahi dia, Shea hanya akan diam seperti anak penurut, padahal tidak sama sekali.

Ya. Shea sebenarnya orang yang susah sekali diatur.

Shea mengeluarkan ponselnya, lalu melihat chat dari cowok yang dia teror semalaman.

08.00
Shea Kanaka

Kak

09.00
Kak Adnan Ganteng

Kenapa Sye?

09.01
Shea Kanaka

Enggak kak
Cuma mau kasih tau film bioskop lagi bagus-bagus hehehe.

11.20
Kak Adnan Ganteng

Ngajak nonton?

11.22
Shea Kanaka

Hehehe, mau?

14.00
Kak Adnan Ganteng

Boleh, kapan?

14.00
Shea Kanaka

Lusa, bisa?

14.05
Kak Adnan Ganteng

Oke :)

***

Dengan kecepatan kilat Shea berlari ke arah lift saat pelajaran telah usai. Dia takut bu Eni mencarinya untuk belajar tambahan, belajar di kelas aja sudah membuat Shea mengantuk apalagi belajar tambahan dengan bu Eni bisa meledak kepala Shea.

Napas Shea ngos-ngosan, dia sudah aman karena kini sudah ada di lantai satu. Dia tidak perlu menunggu Orion, karena Orion sedang marah padanya dan pulang lebih dulu. Orion marah karena masalah earphone lagi, tadi dia bertemu Orion di kantin saat jam istirahat dan ketauan kalau Shea mengambil earphone Orion yang masih tersegel.

Padahal Shea kan minjem, meski kadang lupa balikinnya kapan. Tapi, tak masalah. Shea bukan cewek manja yang harus diantar-antar, dia bisa pulang sendiri. Langkah kakinya berjalan dengan pasti menuju pintu gerbang untuk mencari angkutan umum yang lewat di depan sekolahnya.

Tapi, ada yang menyita pikiran Shea saat dia melewati parkiran. Suara grasak-grusuk berasal dari parkiran sebelah barat.

Entah mengapa Shea membuat langkahnya perlahan mengampiri parkiran, seolah dia sedang mengintip seseorang yang tidak boleh ketahuan.

Dan benar saja, disana ada dua orang cowok yang tengah jongkok di depan sepeda motor. rambut salah satu dari mereka terlihat mencolok karena berwarna cokelat kemerahan, dan satunya lagi sedang berusaha melepaskan tutup pentil motor tersebut.

"WOI!" Shea sengaja mengagetkan keduanya, terbukti sekarang dua cowok itu langsung menghindar dan menoleh ke arah Shea secara bersamaan.

"Ngapain kalian berdua?" tanya Shea, seolah dia sedang mendakwa dua tersangka bom bunuh diri.

"Ah lo lagi cowok bule suka cari gara-gara," cibir Shea saat dia sadar bahwa didepannya adalah Gara, rambut mencoloknya membuat dia gampang dikenali.

"Lo kenal cewek ini bule?" tanya seorang cowok berambut ikal, yang Shea tau dia bernama Rangga.

Anak kelas sering membicarakannya karena gaya pacarannya dengan Iris. Padahal Shea tidak suka gosip, tapi karena teman-temannya terlalu sering membicarakan mereka berdua membuat Shea mengingatnya.

"Gatau, gak kenal," jawab Gara dengan kekehan pelannya, "biasa kan cewek yang ngefans sama gue banyak."

Rangga dan Gara tertawa terbahak-bahak, membuat Shea kesal setengah mati. Awas saja mereka, kalau sampai Shea tau siapa pemilik motor yang sengaja mereka kempisi, dia akan melaporkannya.

Gara dan Rangga kembali mencabut dalaman pentilnya kemudian menutup kembali. Sumpah dua orang di depannya ini iseng sekali.

Mata Shea teralih ke arah seorang guru kurus tinggi dengan jilbab pink mencolok, membuat Shea langsung buru-buru lari ke belakang mobil yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

Bu Eni masih mencarinya, dan sialnya bu Eni bertanya kepada dua orang yang baru saja dia temui, dengan polosnya Gara mengatakan bahwa Shea sedang bersembunyi dibalik mobil jazz merah.

Ya. Hari ini Shea berakhir dengan bu Eni, belajar sampai jam 5. Shea ingin menangis, karena otaknya sudah tidak sanggup menahan cobaan ini. Mengapa belajar harus wajib bagi setiap manusia, padahal tanpa belajar pun Shea yakin dia akan jauh lebih bahagia.

***

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BAGIAN TIGA SHEA.

SEMOGA KALIAN SUKA.

KALIAN TIM MANA?

#SAGARA

#ADNAN

#ADRIAN

Atau Shea Jomblo aja hahaha.

***

ARTI NAMA SAGARA MILLER

Sagara menurut bahasa sansekerta artinya lautan atau samudera.

Miller menurut bahasa Inggris-Amerika artinya Kota Kecil

Bisa disimpulkan bahwa arti nama Sagara adalah, terlihat seperti kota kecil padahal dia memiliki hati sebesar samudera dan seluas lautan :D

***

Jangan lupa follow instagram :

asriaci13

sheaofc

sagaramiller

sheakanaka

adnan_alhaqqi

nuskihitz

Sudah nonton Trailer Shea belum? Yang belum yuk nonton dulu

[Seharusnya ada GIF atau video di sini. Perbarui aplikasi sekarang untuk melihatnya.]




With love,

Aci istri sah dan satu-satunya Sehun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro