Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN TIGA PULUH TIGA :Pentas Seni

NOW PLAYING : Drake - In my feelings

SELAMAT MEMBACA CERITA SHEA

***

BAGIAN TIGA PULUH TIGA

Dia mudah jatuh cinta. Jadi tak menutup kemungkinan saat aku meninggalkannya dia akan cepat mendapatkan penggantinya.

***

INI adalah panggung terakhir Shea bersama SALTZ, rasanya menyesakan dada. Dia sudah menganggap anggota SALTZ sebagai keluarganya sendiri. Mereka juga berat melepas Shea, karena sudah terlalu dekat, namun tak ada pilihan lain karena ini keputusan yang Shea ambil.

Bahkan Ranya meminta Shea untuk menjadi vokalis sebagai perpisahan dari dia kepada siswa NUSKI karena ini panggung terakhirnya, sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Ini terakhir kalinya. Meski sedih, ini adalah jalan yang dia ambil. Selama ini terlalu menyepelekan pelajaran dan terlalu larut dalam musik yang sangat dia sukai.

Hubungan dia dengan Ayahnya pun sudah mulai membaik, Ayahnya memberikan gitar-gitar Shea yang disitanya, juga uang yang Shea kumpulkan selama ini. Tanpa Shea sangka, Gara datang ke rumahnya dan menjelaskan uang itu berasal dari mana.

Ayahnya mengerti.

Senyum cerah tertera diwajah Shea, sebelum dia naik ke panggung dia menemui Gara dulu yang sudah menunggunya di belakang panggung.

"Buat lo." Gara memberikan sekotak coklat bermerek, "Kali ini dari gue."

"Dalam acara apa nih lo kasih gue coklat? Coklatnya enggak dikasih mantra yang enggak-enggak kan?" jawab Shea

"Masuk delapan besar, kerja keras lo sampe pingsan ada hasilnya."

Senyum manis yang tak pernah Shea perlihatkan kepada Gara, kini tertera di wajahnya, "Makasih ya Gar," ujar Shea sambil menerima coklat itu dari Gara, "pasti gue makan."

"Bisa manis juga ya lo," ujar Gara, disertai senyuman.

"Setelah gue kenal lo, lo gak semenyebalkan yang gue pikir." Shea menoleh, menatap Gara dengan seksama, "Lo mau jadi teman gue?" tanya Shea.

Gara mengangguk, "Temenan sama lo bukan hal yang buruk juga."

Shea mengulurkan tangannya untuk bersalaman, "Teman?"

Sagara pun membalas uluran tangan itu dan mereka bersalaman, sebagai simbol pertemanan mereka.

Selagi menunggu giliran Shea naik ke panggung, dia berbincang dengan Sagara. Mengetahui beberapa hal tentang Gara yang belum dia tahu, tapi obrolan itu terhenti saat mata Shea mendapati Adnan sedang mengobrol dengan Katya tak jauh dari tempatnya.

Saat Shea melangkahkan kakinya untuk menghampiri Adnan, Gara menahannya dan itu membuat pertanyaan dibenak Shea.

"Kenapa?" tanya Shea, sebelum akhirnya Gara melepaskan tangannya dari lengan Shea dan Shea menghampiri Adnan.

"Hai Kak, Hai Katya," sapa Shea dengan senyuman secerah matahari.

"Kalau gitu, gue permisi." Katya meninggalkan Adnan dan Shea.

"Bagus deh Katya pergi, ganggu," ujar Shea disertai tawanya yang khas.

Adnan tak seperti biasanya yang akan membalas celotehan Shea dengan senyuman manis, tapi kali ini hanya wajah datar yang Adnan tampilkan. Shea tak menyadari hal itu, dia rasa Adnan masih seperti biasa, bisa diajak bercanda.

"Ada apa?" tanya Adnan

"Harus ada apa dulu, gitu?" Shea balas bertanya.

Tatapan kesal terlihat dari raut wajah Adnan, kedua tangan Adnan dilipat di dada. Adnan menghela napasnya secara perlahan, lalu dia berniat meninggalkan Shea, namun Shea menahannya.

"Mau kemana sih? Enggak kangen?"

Senyuman itu masih mengembang dan Adnan membencinya, dia tidak tau kalau akhirnya akan seperti ini. Dia pikir Shea akan mudah menyerah dan berpaling ke lain hati jika diabaikan, namun ternyata tidak, cewek ini tidak mengerti akan situasi. Tidak peka kalau Adnan tidak nyaman diperlakukan seperti sekarang.

"Terus kenapa kemarin waktu di ruang guru kak Adnan gak senyumin aku balik? Mata kak Adnan minus pasti jadi gak liat aku, makanya pake kacamata dong biar cerah sepanjang masa," ujar Shea, sementara Adnan masih diam saja.

"Oh iya, Aku udah baikan dong sama Garandong, sekarang kita teman. Keren gak?" 

Adnan mengangguk, "Iya."

"Padahal harusnya aku gak bisa berteman sama Gara, karena neneknya," cerita Shea, raut wajahnya kembali murung.

"Lho kenapa?" Adnan sedikit tertarik dengan topik pembicaraan itu.

"Tapi setelah negosiasi, aku dibolehin temenan sama Gara, kalau alasannya aku gak bisa kasih tau kak Adnan juga, itu kan rahasia hehe."

Shea kembali menatap lurus ke arah Adnan, "Kak Adnan deket banget sama Katya? Masa kemarin cuma Katya yang tau kak Adnan kemana, sedangkan yang lainnya enggak," adu Shea, dia merengut seperti anak kecil.

"Iya, Katya lebih dekat sama gue dibanding lo," ujar Adnan datar

"Ah iyalah, orang rumahnya sebelahan, itu jadi dekat. Kalau kita kan dekat dihati, ah elah." Shea mengatakan hal-hal yang chessy, mau tak mau Adnan tersenyum untuk menanggapinya.

Tibalah giliran Shea dan bandnya naik ke panggung, dia pamit kepada Adnan. Shea mengatakan bahwa Adnan harus ada dibarisan paling depan, karena Shea akan memberikan satu penampilan khusus untuk Adnan.

Adnan tak mengiyakan namun ia juga tak menolak, hanya diam saja ditempat melihat Shea kembali bergegas ke belakang panggung. Sudut matanya bisa melihat Shea tertawa kemudian dia berdoa bersama teman-temannya.

Semoga saja, Adnan tak merenggut paksa senyum secerah matahari itu dihidup Shea.

Sesaat Adnan akan pergi, Sagara menghampirinya.

"Lo udah mulai menjauh dari Shea?" tanya Gara langsung ke intinya.

Adnan mengangguk, "Iya, sepertinya lo mulai menikmati berteman sama dia."

"Tumben, biasanya lo selalu punya alasan menolak dengan tidak menyakiti," ujar Gara sedikit sinis, "bukan menikmati, lebih tepatnya gue menerima dia jadi teman gue, masuk ke hidup gue. Biar dia gak ngerasa dibuang lagi."

Seringai kecil terlihat dari bibiar Adnan, seringai yang tak pernah dia perlihatkan selain kepada Gara dan Amara. Sifat asli dari Adnan, tak ada kelembutan hanyalah si pahit lidah.

"Terus lo mau biarin Shea tetep jatuh cinta sama gue? Sementara gue gak akan pernah bisa balas perasaan dia, bukannya lebih jahat?"

"Lo bisa, tapi lo takut Nan," ucap Gara, kemudian dia tertawa meremehkan Adnan, "takut seandainya lo hanya bisa kasih dia kesedihan aja, kalau dia sama lo, kan?"

"Gue balik pertanyaannya. Apakah lo akan mempertahankan dia seandainya dia mulai jatuh cinta sama lo?"

Gara tak bergeming, dia hanya diam. Dia belum tau jawabannya, dia tidak pernah berpikir sampai ke arah sana. Karena menurutnya bagus Shea tidak jatuh cinta padanya, mungkin saja nanti luka yang diberikan Gara lebih menyakitkan daripada luka yang akan diberikan Adnan.

"Lo gak bisa jawab kan Gar? Ini keputusan gue, meninggalkan Shea. Bukannya lebih bagus ya gue ninggalin dia sekarang? Sakitnya gak akan terlalu terasa, lama-lama juga dia bisa merelakan gue dengan jatuh cinta ke orang yang baru. Dia mudah jatuh cinta Gar, jadi ditinggalin begini gak akan terlalu berasa."

Adnan mempercepat langkahnya meninggalkan Gara, bukannya memenuhi permintaan Shea dengan menonton penampilan Shea, dia malah pergi ke ruang musik, menyendiri. Adnan tak pernah suka keramaian, dia sudah lelah dengan semua yang dia lakukan ini.

Satu minggu kemarin benar-benar menjadi waktu terberat, dimana dia harus membuat keputusan untuk meninggalkan Shea dan mengabaikan Shea.

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA SHEA

JANGAN LUPA VOTE + KOMEN

FOLLOW INSTAGRAM :

asriaci13

sheaofc

sheakanaka

sagaramiller

adnan_alhaqqi

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro