BAGIAN EMPAT PULUH TUJUH : Prom Night [ENDING]
UDAH SIAP MEMBACA ENDING SHEA?
BACA PELAN-PELAN YA SUPAYA GAK CEPAT SELESAI :(
***
SELAMAT MEMBACA ENDING SHEA
NOW PLAYING : Tove Lo - Not On Drugs
BAGIAN EMPAT PULUH TUJUH
Will you be my princess at prom?
***
SEKARANG kehidupan sehari-hari Shea menjadi membosankan. Dia berangkat sekolah, mencoba tidak tidur dan tidak mendengarkan musik saat guru menerangkan pelajaran, makan di kantin saat istirahat, ngobrol dengan Jessica dan teman-teman sekelasnya. Bagi Shea, ini adalah masa tersuramnya.
Tidak ada lagi menghabiskan waktu bersama dengan Adndn di ruang musik, bertukar pikiran tentang musik dan juga tak ada perdebatan kecil disetiap pertemuan dengan Gara. Karena siswa kelas tiga sudah tidak akan kembali ke sekolah.
Rasanya sepi.
Shea kehilangan.
Padahal sebelum dua mengenal Gara dan juga Adnan, Shea sudah terbiasa dengan kehidupan seperti ini. Tapi, mengapa rasanya berbeda?
"Shey..." panggil Jessica
"Apaan? Mau ngasih duit?"
"Pikiran lo ya, duit melulu," cibir Jessica, "lo udah tau keluarganya kak Gara?"
Dahi Shea terlihat berkerut saat mendengarnya, dia cukup bingung dengan pertanyaan Jessica barusan, "Kenapa emangnya?"
"Di sekolah lagi ngomongin soal itu," ujar Jessica
"Soal apa?"
Jessica menceritakan apa yang terjadi di sekolah. Katanya, ada salah satu siswa nuski membeli majalah terbitan Amerika hanya karena cover majalahnya adalah wajah Gara. Disana juga ditulis bahwa Gara adalah pewaris dari Miller's gorup. Keluarga yang mempunyai hotel kelas atas yang sudah ada di seluruh dunia.
Bukan hanya hotel, keluarganya juga mempunyai bar dan casino juga departemen store.
Tentu saja Shea tidak terkejut, dia sudah tau tentang keluarga Sagara yang sempurna itu. Kebiasaannya seperti itu, disaat sudah berakhir maka semuanya terbuka. Shea cukup kagum dengan Gara, selama tiga tahun dia berhasil menyembunyikan identitasnya seperti ini. Pasti itu tidaklah mudah.
"Oh..," respons Shea santai, jauh dari ekspetasi Jessica yang tengah menceritakan dengan menggebu-gebu.
"Lo kok santai banget sih Shey?" tanya Jessica kesal
"Gue udah tau," jawab Shea
Kedua mata Jessica melotot, "Kok gak ngasih tau gue?" cecar Jessica
"Ngapain gue kasih tau lo?" Shea balas bertanya, "Lo mau berubah jadi cewek matre, terus pacaran sama si Garandong setelah itu lo bunuh Garandong dan lo habisin hartanya bareng Bimo. Plis deh Jes, Bimo udah lumayan kok, keluarganya punya toko obat dan keluarga lo juga berkecukupan. Jangan serakah gitu lah."
Jessica mencubit kedua pipi Shea gemas. Jessica tak menyangka kalau Shea akan berpikiran jauh kesana. Entah apa yang ada di otak Shea, dia terlalu banyak berkhayal akan sesuatu hal yang tak pasti. Masih meding kalau khayalannya berguna, ini khayalannya penuh dengan aura negatif.
Selalu berpikiran buruk terhadap orang lain.
"Lo suka kak Gara Shey?"
Shea mengangguk, "Sukalah, dia kaya."
"Heh cewek matre." Jessica menoyor kepala Shea dan dibalas dengan dengusan kasar oleh Shea, "Bukan suka itu, perasaan lo."
"Oh, belum sejauh itu," jawab Shea
'Kak Adnan? Lo masih ke rumah sakit?"
"Iyalah, nunggu pangeran gue bangun, nunggu matahari gue bersinar cerah lagi. Harapan itu akan selalu ada kan?"
Jujur saja Jessica merasa kasihan kepada Shea, namun Jessica tahu jikalau Adnan adalah semangat untuk Shea memulai hari-harinya. Jessica juga tidak bisa melarang Shea untuk selalu datang ke rumah sakit dan menghabiskan waktu pulang sekolah disana.
Pernah sekali Jessica menemani Shea ke rumah sakit dengan Bimo. Shea duduk disebelah Adnan sambil memainkan gitar dan bernyanyi. Saat Shea menatap penuh harap kepada Adnan, Jessica tau, Shea terluka.
"Iya, selalu ada kok," ujar Jessica sambil tersenyum ke arah Shea.
***
"SHEY ada kiriman nih buat lo."
Shea menoleh ke arah Orion yang baru saja pulang entah dari mana. Orion memberikan kotak yang dia temukan di depan rumah katanya dan kotak itu ditujukan untuk Shea.
"Apaan nih?" tanya Shea
"Lah lo aja gatau, apalagi gue," cibir Orion, "bom kali," ujar Orion dengan gaya santainya.
Kedua mata Shea melotot, "BOM?" teriaknya histeris, "keluarin dari kamar gue! Nanti gue mati!"
"Heh alay, mana mungkin Bom dibungkus kotak begitu." Orion menyentil dahi Shea cukup keras, membuat Shea langsung memukul lengan Orion dan merengut kesakitan.
"Sakit," rajuknya, "gue kan cantik, kalau di bom nanti manusia tercantik di bumi hilang."
"Bodo amat ya." Orion tak peduli dengan ucapan Shea barusan, "Tumben lo enggak ke rumah sakit?"
"Ini mau berangkat, lo gak liat gue udah cantik?"
"Gue kira lo baru bangun tidur, tuh belekan dimana-mana." Setelah itu Orion berlalu meninggalkan Shea dan masuk ke kamarnya yang tepat disebelah kamar Shea.
Karena perkataan Orion barusan, Shea langsung mengecek matanya. Tapi, tak ada belek sama sekali. Sialan memang Orion, dia mengerjai Shea. Lagian kenapa Shea harus percaya dengan kakak kembarnya yang super duper jail itu. Menyebalkan.
Sesaat Shea akan pergi ke rumah sakit untuk menengok Adnan, kedua matanya malah tertuju kotak yang diberikan oleh Orion tadi.
Shea menghela napasnya perlahan, lalu dia kembali ke kamarnya dan duduk di kasur sambil membawa kotak itu.
Shea membukanya perlahan, lalu bola matanya hampir keluar dari mata Shea karena dia cukup kaget dengan isi dalam kotak tersebut.
Kotak itu berisi tiara. Tiara yang cantik.
Every princess needs a tiara for the ball...
Will you be my princess for prom?
Tawa lepas Shea terdengar. Menurutnya ini lucu. Tidak ada nama pengirimnya, namun orang itu mengajak Shea untuk pergi ke prom malam ini.
"Cheesy," cibirnya.
Shea meninggalkan kotak itu tanpa minat, dia langsung turun dari kamarnya untuk segera pergi ke rumah sakit. Namun saat Shea membuka pintu, ada punggung seseorang yang dia kenal berdiri di depan pintu rumahnya.
"Gar... "
Tak ada respons, Shea menepuk pundak orang yang menurutnya itu adalah Gara.
"Hey."
Gara membalikan badannya, lalu dia membuka kotak pizza yang dia sudah dia bawa sedari tadi.
Shea membaca tulisan yang ada di kotak pizza itu, kotak pizza yang sekarang menutupi sebagian wajah Gara.
"Cheesy," ujar Shea dengan kekehan kecil
"I know," ucap Gara
Shea mengulum senyumnya, dia menggeleng kecil. Lalu dia menatap Gara.
"Why?"
"Why?" Gara malah balas bertanya dengan kerutan di dahinya yang terlihat jelas.
"Why should I?"
"Umm, i'm just thinking..."
"About?"
"You."
Tawa Shea meledak saat mendengar jawaban Gara barusan. Lalu Shea menutup kotak pizza itu dan menatap gara dengan seksama. Tak ada lagi tatapan jenaka seperti sebelumnya, kali ini raut wajah Shea berubah menjadi serius padahal beberapa detik sebelumnya Shea masih tertawa dengan sikap Gara sekarang.
"Are you kidding me?" tanya Shea serius, "its not fun," sinis Shea
"Shea, will you go to prom with me?"
"Gue gak ada waktu untuk pesta," jawab Shea, "Gimana gue bisa seneng-seneng, sementara kak Adnan lagi berjuang untuk hidupnya? Lo egois, kak Adnan itu temen lo."
"Besok gue harus balik ke Amerika," ujar Gara, "Please." Mohon Gara dengan kedua matanya memperlihatkan permohonan.
"Gar..." Shea menggeleng, dia tak bisa.
Shea merasa bahwa dirinya tak bisa pergi, sementara Adnan masih belum ada perubahan dan perkembangan sama sekali. Shea hanya takut, disaat dia bersenang-senang di prom nanti, bagaimana jika Adnan tak kembali?
"Oke, kalau gitu lo harus kabulin satu permintaan gue," ujar Gara
"Tell me what you want?"
"You," jawab Gara
"I want you, Shea. I want you go to prom with me, tonight."
Cukup lama Shea terdiam, lalu dia menghembuskan napasnya berat. Dia menatap Gara yang sungguh-sungguh memintanya. Jika Shea setuju dan dia bersenang-senang nanti malam, sementara besoknya dia akan kehilangan.
Dia akan kehilangan Gara, dan juga bagaimana jika Adnan juga meninggalkan Shea?
Kebahagiaan hanya sementara.
"Ya?" mohon Gara
Akhirnya Shea mengangguk, "Oke, just tonight," ujarnya pasrah.
"Nanti baju lo akan dikirim kesini," ujar Gara, "sampai ketemu nanti malam."
Gara berniat kembali ke mobilnya dan meninggalkan Shea.
"Gara... " Panggil Shea, dia berjalan menghampiri Gara yang belum pergi terlalu jauh.
"Apa?"
"Itu pizza buat gue kan?"
"Eh?" Gara langsung menatap kotak pizza yang masih dia pegang, lalu Gara mengangguk.
"Terus kenapa lo bawa pulang lagi, sini." Shea mengambil pizza itu langsung dari tangan Gara.
Gara dibuat melongo oleh Shea. Shea masih sama, dia rakus dengan makanan dan tak ada kata jaga image di depan siapapun.
"Lo gak pergi?" tanya Shea menatap Gara yang masih mematung juga menatap ke arahnya.
"Ah... iya ini mau pergi." Gara langsung masuk ke dalam mobilnya.
Shea melambaikan tangannya saat mobil Gara berlalu pergi. Lalu dia menatap dengan senang ke arah kotak pizza yang ada ditangannya.
Mendapatkan makanan gratis, siapa yang tak senang coba. Shea kembali ke rumah sambil bersenandung kecil.
***
Benar tak lama dari itu, ada orang yang mengatarkan baju ke rumah Shea lengkap dengan make up artist. Awalnya Shea menolak, namun dia terus-terusan di teror oleh Gara. Gara mengatakan bahwa untuk malam ini saja Shea menurut.
Shea tak lagi protes, dia kesal kenapa Gara memerintahnya ini dan itu. Sifat menyebalkannya kembali.
Tadi siang Shea sudah menghubungi Bundanya Adnan bahwa hari ini dia tidak bisa ke rumah sakit karena ada keperluan. Shea tidak menyebutkan bahwa dia pergi ke prom dengan Gara. Bisa-bisa nanti disangka tidak setia lagi.
***
19. 30 WIB
Shea telah siap dengan penampilannya untuk pergi ke prom malam ini, dan Gara sudah menunggunya di bawah sejak setengah jam yang lalu.
Shea di rumah sendiri, karena kedua orang tuanya juga Orion, Lala dan Tyas sedang pergi ke rumah paman mereka yang baru saja kembali dari Tanah Suci.
Kaki Shea menuruni anak tangga satu persatu dengan satu tangannya mengangkat dress yang menghalangi jalannya karena terlalu panjang.
Kini tatapan Gara terkunci terhadap orang yang berdiri di depannya sekarang. Senyumnya mengembang, senyuman tulus. Senyuman yang membuat jantung Shea berdegup kencang seperti sekarang.
"Why are you smiling?" tanya Shea, "Gak cocok?"
"Fuck you!"
"Maksud lo apa?" emosi Shea kini mulai naik, bukannya memuji malah mengumpat. Memang ini cowok aneh. Padahal dia sendiri yang membelikan baju dan juga membawa make up artist tadi.
"Fuck you for looking so goddam gorgeous today."
"I hate you," ujar Gara
"I mean I don't hate you." Gara langsung meralat perkataan sebelumnya.
"But, I hate you for looking so pretty today."
Semula Shea akan marah dan memaki Gara untuk angkat kaki dari rumahnya, namun kini hanya senyuman dan kekehan yang Shea lakukan. Ini adalah kali pertama Gara mengatakan bahwa Shea cantik selama mereka kenal, karena biasanya Gara selalu mengejek Shea dengan mengatakan bahwa Shea adalah cewek jelek.
Shea harus operasi plastik agar enak dilihat, gak ngerusak pandangan matanya.
"Fuck you, you're cute. Everything you do is cute to me." Gara tersenyum sambil menatap Shea dalam jarak dekat.
"Gara, boleh gue mengakui satu hal?"
"Sure."
"Your smile is the prettiest smile i have ever seen."
"Thanks."
Shea mengangguk kecil, "Ayo," ajak Shea kepada Gara supaya mereka cepat pergi ke tempat prom diadakan.
"Shea?"
"Mmm..."
"Can I confess as well?"
"Iya."
"This smile only exists when i'm with you," bisik Gara sebelum dia meninggalkan Shea berjalan lebih dulu menuju mobilnya.
Perasaan Shea menghangat saat mendengar itu. Namun beberapa detik kemudian dia menggeleng tegas. Dia tidak bisa merasa seperti ini, sementara ada orang yang tengah menunggu dan mencintainya dengan tulus. Shea meyakinkan dirinya sendiri, bahwa orang yang dia inginkan sampai detik ini hanyalah Adnan.
Lagipula, Gara akan pergi dan mungkin tak akan kembali. Gara akan kenbali ke kehidupan nyatanya, namun mengapa semuanya jadi terasa berat untuk Shea?
Shea menyusul Gara, lalu dia masuk ke dalam mobil.
Di sepanjang perjalan Shea hanya diam saja, Gara pun sama. Hanya musik yang mengalun di anatra keduanya.
Ini canggung. Shea tak ingin merasa seperti ini, tapi dia tidak tahu harus memulai dari mana berbicara dengan Gara.
"You miss him, don't you?"
Shea menoleh ke arah Gara, lalu Shea mengangguk, "Never stopped."
"Dulu gue pernah merasa seperti lo, menunggu seseorang kembali. Shamira. Dia hampir meninggal karena tenggelam saat kita sedang liburam dulu, dan gue tau rasanya menunggu sesuatu yang gak pasti itu gimana. Dia diberi dua pilihan, melompat ke lautan atau melihat gue meninggal karena todongan pistol dari seseorang musuh keluarga gue. Ya, Shamira memilih melompat daripada gue dibunuh."
Tangan kiri Sagara menggenggam tangan Shea dengan erat, "Adnan pasti sembuh, lo harus percaya."
"Ya, gue harus yakin," ujar Shea
***
SELAMA prom berlangsung Shea sedikit melupakan kesedihannya untuk sementara. Dia juga bertemu dengan pasangan-pasangan fenomenal di sekolah, tentunya dia bertemu dengan Adrian mantan pacarnya yang memustukan dia karena selingkuh.
Adrian terlihat lebih tampan dari biasanya. Lalu Shea melihat seorang cewek yang ada digenggaman Adrian, itu Amara. Amara benar-benar memukau dengan gaun merah yang pas ditubuhnya itu.
Dia benar-benar cantik.
"Sebentar ya Shea," bisik Gara, karena suasana ramai jadi Gara berbicara langsung ke telinga Shea supaya tidak harus mengulang dua kali.
Gara meninggalkannya, dia menghampiri Amara dan Adrian. Gara terlihat mengobrol sebentar dengan Amara dan Adrian, sebelum akhirnya Gara megajak Amara untuk menjauh dari keramaian.
Entah mengapa Shea terus mengekori kemana Gara akan membawa Amara, dan dia juga penasaran apa yang ingin Gara bicarakan kepada Amara.
"Lo cantik."
Shea menoleh, Adrian sudah duduk disebelahnya. Lalu dia menutup mulut Adrian karena berbicara terus-menerus, sementara dia masih kepo dengan apa yang dibicarakan Gara dengan Amara.
Adrian melepaskan tangan Shea dari mulutnya, "Dua orang itu saling membohongi perasaannya, mereka gak mau merusak persahabatannya dengan berpacaran," ujar Adrian
"Maksud lo?"
"Lo pikir aja, Gara dan Amara begitu dekat dari dulu. Mereka bahkan sering terlihat jalan bersama, Gara yang datang ke lokasi shooting Amara, atau Amara yang menunggu Gara selesai eskul musik. Mereka juga sering pergi hangout berdua. Foto-fotonya banyak diabadikan di instagram keduanya, menurut lo apa mungkin mereka tak saling suka?"
Shea terdiam setelah mendengar penejelasan Adrian barusan. Pemikiran Adrian membuatnya jadi berpikir tentang bagaimana perasaan Gara terhadap Amara. Namun, Shea tau akan perasaan Amara, dia mencintai Gara, lalu bagaimana dengan Gara? Apakah dia juga mencintai Amara?
"Gue pernah bertanya kepada Amara tentang perasaannya kepada Gara, dan juga kepada Gara tentang perasaannya kepada Amara," ujar Adrian
"Lalu?"
"Keduanya sepakat bilang, kalau perasaan seperti itu tak akan bertahan lama. Mereka lebih memilih bersahabat seperti sekarang, namun kalau dilihat-lihat itu hanya topeng bukan? Mereka terlihat serasi saat bersama."
Shea kembali menatap Gara yang masih berbicara dengan Amara, pembicaraan mereka cukup serius sebelum akhirnya keduanya tertawa. Lalu Gara mengeluarkan kotak kecil dari saku jasnya, dan membukanya. Amara terlihat bahagia dilihat dari senyumannya saat Gara membuka kotak itu.
Ternyata isi kotak itu adalah kalung, karena Gara langsung memakaikannya ke leher Amara. Amara dan Gara berpelukan sebentar, setelah itu Gara dan Amara kembali. Kembali kepada pasangan promnya masing-masing.
Akibat kejadian tadi, Shea terus menerus memperhatikan Gara.
"Kenapa?" tanya Gara yang memergoki Shea sedang memperhatikannya.
"Enggak."
***
PROM telah usai, dan Sagara mengantarkan Shea kembali ke rumahnya. Sagara mengajak Shea berbicara, namun jawaban Shea hanya satu kata, satu kata. Shea terlihat badmood selepas pulang dari prom padahal tadi saat di prom dia biasa saja, dia menikmati pestanya.
Setelah itu Gara tak lagi mengajak Shea berbicara, dia hanya diam saja sampai mobilnya berhenti di depan pagar rumah Shea.
"Shey, udah sampe," ujar Gara
Shea langsung turun dari mobil Gara tanpa mengatakan apapun.
"Shea..." Gara ikut turun dari mobilnya, karena dia melihat raut wajah Shea begitu murung.
"Shea... tunggu," ujar Gara, lalu dia menahan lengan Shea supaya tidak melangkahkan kakinya lagi.
"Apa Gar? Gue cape."
"Gue besok harus kembali." Gara berterus terang.
"Gue udah tau."
"Lo gak mau kasih gue kenang-kenangan?"
"Whatever, bye." Shea malah mendelikan matanya dan berusaha untuk pergi.
Kali itu Gara tak menahannya untuk tetap disana, dia melepaskan tangan Shea.
"Bye," balas Gara
Shea membalikan tubuhnya dan dia melihat Gara berniat masuk ke mobilnya.
"Come back!" Shea menarik lengan Gara secara paksa sebelum dia membuka pintu mobilnya.
"But you said bye?"
"Bukan berati lo harus pergi juga," omel Shea, "lo ngerti gak sih kamus cewek, kalau dia bilang gapapa berati dia ada apa-apa, kalau dia bilang terserah pasti ada sesuatu yang salah, saat dia bilang bye bukan berati dia beneran ingin pergi. Lo gak peka amat jadi cowok."
Gara tertawa mendengar omelan Shea barusan.
"Gak usah ketawa! Gak lucu!"
Akhirnya Gara hanya bisa mengulum senyumnya dan berusaha untuk tidak tertawa kembali.
"Boleh gue nanya sama lo?" tanya Shea
Gara mengangguk.
"Kenapa semudah itu?"
"Apanya yang mudah?"
"Ninggalin gue."
Gara menghela napasnya, lalu dia mengelus rambut Shea, namun langsung Shea tepis.
"Gak usah ngelus-ngelus segala," protesnya
"Oke, sorry."
"Kenapa hanya gue yang ngerasa berat dan sedih saat tau lo akan pergi, kenapa lo enggak sama sekali?"
Kedua tangan Gara menyentuk pundak Shea. Sebelumnya Gara meyakinkan dirinya untuk mengatakan semuanya.
"I'm not letting you go. I can't. You don't understand. I want you, I want you to be my everything Shea, I want you to choose me. But, you never choose me. You still love him, you still waiting him for comeback."
Shea terdiam saat mendengar perkataan Gara barusan.
"Buat lo, gue ini hanya pilihan kedua? Right?"
Shea menundukkan kepalanya dalam-dalam, lalu kedua tangannya menggenggam erat jas yang dikenakan oleh Gara.
"Sorry, gue gak bermaksud membuat lo bingung," ujarnya
Gara tak menjawab, dia membuka pintu mobilnya, lalu dia mengeluarkan dasi sekolahnya. Ini adalah tradisi Nuski. Dimana mereka akan memberikan dasi kepada orang yang dianggapnya penting.
Gara mengikatkan dasi itu di tangan kanan Shea, dia membuat simpul pita disana.
"Lo bener-bener harus pergi?" tanya Shea
"Iya, besok penerbangan pertama."
"Tunggu sebenar, jangan kemana-mana."
Shea masuk ke dalam rumahnya, lalu dia mengambil paper bag yang ada di kamarnya setelah itu dia kembali turun. Gara masih ada disana, menunggunya di depan mobil.
"Ini." Shea memberikan paper bag itu ke tangan Gara, "buatan gue sendiri."
"Oh thanks."
Shea masih berdiri mematung, menunggu Gara memberikannya hadiah perpisahan mereka. Namun, Gara tak ada tanda-tanda akan memberikan hadiahnya, dia hanya menatap Shea dengan bingung.
"Kenapa masih disini? Gak masuk?"
"Ah.. iya... gue nunggu lo masuk ke mobil dulu, baru gue masuk ke rumah."
Gara hanya mengangguk, "Oh oke... gue duluan." Gara membuka pintu mobilnya dan masuk, lalu dia membuka kaca mobilnya dan menatap ke arah Shea.
"Kapan lagi gue bisa ketemu lo?"
"Everyday," jawab Gara
"Lo gak jadi pergi?!"
"On instagram."
"Sialan," maki Shea kesal
"Masuk gih, udah malem," ujar Gara sebelum dia menutup kaca mobilnya.
Setelah itu mobil Gara benar-benar meninggalkan pekarangan rumah Shea. Gara tak berniat kembali. Bahkan Gara juga tak memberikan hadiah untuknya. Kedua mata Shea melihat dasi yang terikat di tangannya.
Gara pergi.
Dia benar-benar pegi.
Tanpa Shea duga air matanya turun, padahal sebelumnya dia juga tau kalau Gara akan meninggalkannya. Tapi, mengapa rasanya sesak.
Ada perasaannya yang begitu sakit.
Shea akan dilupakan.
Dia tidak pernah benar-benar berarti Sagara.
Shea masuk ke dalam rumahnya dan kembali ke kamarnya. Namun saat dia membuka kamarnya, ada tempat gitar yang berdiri di sudut kamarnya.
Itu bukan gitarnya.
Ada kertas yang tersimpan diatasnya, lalu Shea mengambil kertas itu.
See you next year
-Sagara Miller
Padahal sebelumnya Shea ke kamarnya tapi tak melihat ada gitar ini. Shea tersenyum, Gara tidak lupa membelikannya hadiah. Shea membuka tempat gitar itu.
Alangkah bahagianya Shea, Gara memberikan Shea gitar impiannya. Bahkan gitar itu lebih modern dari yang Shea inginkan sebelumnya. Gitar itu limited. Gara tau apa yang Shea inginkan. Padahal sebelumnya Shea pikir dia tidak memberikan hadiah sama sekali untuk dirinya. Ternyata salah, Gara begitu penuh kejutan.
Ponsel Shea berbunyi.
Menampilkan satu pesan disana dari Bundanya Adnan.
Shea terdiam saat membaca pesan yang dikirimkan Bundanya Adnan barusan. Jantungnya berpacu dengan cepat, tangannya benar-benar gemetar.
Tangis Shea pecah.
Dia kembali membaca pesannya berulang kali untuk sekedar memastikan bahwa yang dia baca benar.
Bahwa, Adnan kembali.
Dia sadar dari komanya.
From : Bundanya kak Adnan
Shea, Adnan udah sadar dan sekarang sedang di periksa dokter. Kamu bisa datang?
Shea langsung mengganti bajunya dengan pakaian casual, dia tak merapihkan make upnya dan langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Adnan.
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA SHEA SAMPAI AKHIR
[TAMAT]
Ngasih tau aja ini part terpanjang yang aku tulis :D
Yaaah udahan deh :(
Gak bisa baca kegesrekan Shea lagi, ke frontalan Shea lagi
Ke ramahan Adnan, ke-lembutan Adnan, ke-hangatan Adnan
Ke-jailan Sagara, menyebalkannya Sagara.
Gak ada lagi Garandong, Shea jelek, Shealan, kak Adnan ganteng.
Gak ada lagi modusan Shea supaya bisa jalan sama Adnan.
***
Menurutku ini ending terbaik HAHAHA, jangan protes ah :(
Kan gak mungkin Shea bakalan milih Gara disaat dia sendiri bingung dengan perasaannya dan Adnan lagi koma HAHAHA.
Kalau kalian jadi Shea di kehidupan nyata, siapa yang akan kalian pilih?
Adnan yang super baik dan selalu mengerti
atau
Gara yang menyebalkan dan selalu semaunya sendiri.
***
Butuh extra part? HAHAHA
Komen disini :D
***
TERIMA KASIH KEPADA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN.
Kepada Froy yang sudah hadir di bumi dan fotonya saya jadikan visual Sagara.
Kepada Angela yang sudah hadir di bumi dan fotonya saya jadikan visual Shea
Kepada Nathan yang sudah hadir di bumi dan fotonya saya jadikan visual Adnan.
Kepada Bentang Belia yang memberikan saya kesempatan untuk ikut project ini.
Kepada ke-8 penulis lainnya.
Kak Ainun, Kak Pit, Inge, Cinde, Innayah, Yenny, Kak Ani, Ega.
Ke tokoh-tokoh anak-anak Nuski yang gemes-gemes dan fiktif tentu saja :(
Lavina, Arsen, Raya, Angkasa, Saga, Selin, Barga, Ranya, Yasmin, Daza, Orion si kembaran Shea, Rangga si gila, Iris, Geigi, Mars, Dirgam.
Tentu saja kepada tokoh-tokoh Shea.
Amara, Jessica, Bimo, Adrian.
Sampai ketemu di next project :)
Terima kasih juga kepada pembaca yang setia sampai sejauh ini, mendukung cerita Shea dengan vote dan komen juga memberitahu kepada teman-temannya :)
Aku sangat bersyukur karya ini disukai oleh banyak pihak.
Aku sesayang ini sama tokoh-tokohku, aku bingung bagaimana Shea harus berakhir. Disisi lain, Aku suka Adnan karakter dia yang hangat, namun disisi lain Sagara juga menggoda :((((
Follow us :
asriaci13
sheaofc
sheakanaka
sagaramiller
adnan_alhaqqi
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro