BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN : Adnan Menghilang
NOW PLAYING : SIXPENCE NONE THE RICHER - Kiss Me
SELAMAT MEMBACA CERITA SHEA
***
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN
Hari-hariku sudah terbiasa dengan kehadiranmu, jadi saat kamu hilang dari pandangku aku merasa kehilanganmu.
***
SUDAH satu minggu dia tidak melihat Adnan, saat dia pergi ke ruang musik Adnan pun tak ada disana, hanya ada anak-anak kelas sepuluh dan sebelas yang tengah latihan, pesan yang dia kirimkan kepada Adnan pun tak mendapat balasan.
Sosial medianya pun tidak ada kabar berita apapun, seolah Adnan hilang begitu saja. Terakhir bertemu dengan Adnan saat dia berduet untuk tamu kehormatan Sagara, setelah itu tak ada kabar dari Adnan sama sekali.
Pergi ke kantin tanpa pemandangan Adnan rasanya hambar. Tapi dia harus tetap ke kantin untuk mengisi dahaganya, merindukan Adnan bukanlah suatu yang mudah.
Kedua mata Shea langsung tertuju kepada cowok berambut merah yang sedang duduk sendirian sambil menyantap mie ayamnya. Bule-bule, demennya Mie ayam. Shea menatap ke arah Jessica yang ada disebelahnya dan meminta Jessica untuk mencari tempat, sementara Shea akan ke meja Sagara lebih dulu.
"Hei...," sapa Shea, dia tanpa basa-basi langsung duduk di depan Sagara.
Sagara menaikan tatapannya, lalu dia menyudahi memakan mie ayamnya, "Apa?"
"Kak Adnan mana?"
"Mana gue tau."
"Dia udah lama gak keliatan di sekolah, kenapa?"
"Ya emang kan dia udah gak sekolah satu minggu."
Wajar saja, karena selama itu dia tak pernah melihat Adnan. Dia pikir hanya perasaannya, tetap benar Adnan tak ada di sekolah. Rasa khawatir serta kangennya pun tak bisa tertahankan lagi. Shea takut terjadi apa-apa dengan Adnan.
"Lo kan temen sekelasnya, masa enggak tau? Gak kasih kabar gitu?"
"Tanpa keterangan," jawab Gara.
Shea terdiam, memikirkan banyak hal yang terjadi. Pikiran Shea selalu negatif, namun kali ini saja dia berharap bahwa Adnan akan baik-baik saja.
Sagara sampai melupakan, dia penasaran bagaimana Shea gagal. Apa pertanyaan yang ditanyakan neneknya, sampai cewek di depannya ini tak bisa menjawabnya. Sesulit itukah?
"Shea?"
"Iya?"
"Granny waktu itu nanya apa aja sama lo?"
"Banyak sih," jawab Shea
"Salah satunya?"
"Kata Granny ini rahasia, jadi kalau lo mau tau tanya aja sama dia. Tapi nenek lo baik kok Gar, bahkan saat gue gak sengaja numpahin air minum aja katanya gapapa, kan gue gak biasa pake sepatu tinggi kata nenek lo boleh di lepas, terus katanya gue boleh ngomong sesuka gue. Kata nenek lo, sampai ketemu tahun depan."
Pantas saja neneknya mengatakan bahwa Shea gagal, sopan santun yang diajarkan oleh Amara dia hilangkan padahal neneknya tengah menguji Shea. Neneknya tidak pernah suka sama orang yang srampangan, semuanya harus tau etika. Tapi, jika itu masalahnya, mengapa neneknya menjanjikan bahwa mereka akan bertemu tahun depan?
Gagal yang dimaksud Neneknya itu apa?
"Granny gak ngomong macam-macam kan?" selidik Gara, dia sedikit curiga.
Shea menggeleng, "Enggak."
"Lalu kenapa lo gak naik ke atas?"
"Kata Granny lebih baik gue istirahat daripada ikut pesta bareng kalian. Bener juga sih, gue perlu istirahat, jadi gue balik ke kamar hotel dan tidur."
Ah. Sial! Gara pikir Shea diusir oleh neneknya, padahal dia kembali ke kamar hotelnya. Sebenarnya apa yang neneknya rencanakan. Gara memang sudah curiga dari awal saat neneknya meminta bertemu dengan Shea.
"Kalau kak Adnan ada hubungin lo kasih tau gue ya," ujar Shea, "gue mau balik ke meja gue dulu."
"Permintaan ketiga lo?" tanya Gara
Shea tersenyum lalu menggeleng, "Untuk saat ini gue gak lagi pengen apa-apa, gue bahagia. Makasih ya Gar, berkat lo gue jadi bisa ngerasain tidur di kamar hotel yang nyaman banget. Ini agak sensitif sih Gar, kata Amara itu hotel punya lo, bener? Lo bukan ngaku-ngaku kan?"
Gara tertawa mendengar pertanyaan Shea barusan. Shea termasuk anak yang kelewat polos, dia tak pernah berpikir-pikir untuk bertanya atau memberikan jawaban, pasti spontan.
"Punya keluarga gue."
"Ah lo pasti kaya banget!" ujar Shea bersemangat.
"Lo bukan cewek matre kan?"
"Tapi kalau saat kita bertemu lo gak nyebelin, kayanya gue bakalan suka sama lo mengingat lo bisa main musik, ganteng, dan punya keluarga yang baik. Tapi, sayangnya kak Adnan lebih sempurna dimata gue. Kalau gue boleh saran, lo lebih mending sama Amara dibading Shamira, Shamira emang cantik sih tapi gatau aja gue bawaannya gak suka, nantinya lo bakalan jadi suami takut istri kalau sama dia."
"Lo terlalu banyak omong Sye," ucap Gara, lalu dia mengeluarkan coklat dari saku jaketnya, "buat lo. Dari Shamira, salam perkenalan."
"Wah gue tarik lagi kata-kata gue, Shamira baik beliin gue coklat kalau Amara gak pernah beliin gue coklat."
"Yaudah bye Gara, gue harus balik ke meja Jessica."
Ponsel Shea berbunyi, dia melihat siapa pengirimnya. Lalu dengan cepat dia memberikan balasan tanpa berpikir. Gara mengira itu pesan dari Adnan, namun ternyata Gara salah, itu adalah pesan rahasia yang dikirimkan neneknya untuk Shea.
***
"IRISSS!" teriak Shea, saat dia melihat Iris melewat di depannya bersama dengan temannya.
Padahal saat itu Shea baru saja akan naik ke motor Orion untuk pulang, tapi malah memanggil Iris dan menghampirinya. Alhasil wajah cemberut Orion tertera diwajahnya, dia kesal karena cewek itu kalau ngobrol lama sekali.
Iris yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh, "Eh Shea, kenapa?"
"Tumben enggak sama peliharaan lo?" tanya Shea
"Peliharaan? Maksud lo, Rangga?"
"Ah iya, siapa lagi kalau bukan cowok gila itu! Lo kok kuat sih pacaran sama model begitu, ngeliat wajahnya aja bikin kesal setengah mati."
Iris hanya tertawa mendengar Shea mendeskripsikan Rangga, Shea memang begitu selalu mengatakan semuanya sesuai pemikirannya. Iris tak sakit hati, karena itu faktanya. Rangga terlalu berlebihan.
Lalu tatapan Shea ke arah temannya Iris, dan dia merasa pernah meliaht cewek itu. Wajahnya begitu familiar di benaknya.
"Ini Katya, temen gue," kenal Iris
"Ah iya, Katya ya, apa kita pernah ketemu?" tanya Shea
Katya hanya tersenyum tipis, "Mungkin."
"Ah gue baru ingat, lo cewek yang waktu itu bareng sama kak Adnan kan di ruang musik?"
Shea pernah melihat Adnan mengobrol dengan Katya di ruang musik saat itu, tapi saat Shea masuk Katya sudah lebih dulu keluar. Jadi, dia tidak tahu percakapan diantara mereka. Mungkin saja Shea bisa mendapatkan informasi dari Katya tentang Adnan.
"Lo kenal kak Adnan?" Shea bertanya sambil bersemangat.
Iris tau Katya kebingungan menjawab pertanyaan Shea, namun dia tak bisa membantunya untuk saat ini. Akan menjadi aneh jika Iris megalihkan topik pembicaraan, mengingat Shea sebegitu sukanya kepada Adnan.
Katya mengangguk, "Ya, kebetulan dia tetangga gue," jawabnya
"Kebetulan kalau gitu." Shea membongkar isi tasnya, lalu dia memberikan secarik surat kepada Katya, "Kasihin surat ini ke kak Adnan ya, bilang Shea kangennnnnnnnn berat."
Senyuman Katya sedikit kecut mendengar kata kangen yang terlalu diperlebay itu, "Iya."
"Lo tau gak kak Adnan seminggu ini kemana? Gue gak bisa hubungin dia soalnya, siapa tau lo tetangganya jadi tau."
"Adnan ke rumah neneknya."
"SHEA BURUAN!" teriakan melengking Orion mengganggu indera pendengarannya, padahal dia ingin bertanya lebih banyak kepada Katya.
Tapi, lain kali sajalah. Shea langsung berpamitan kepada Iris dan Katya. Sekarang dia tidak penasaran lagi tentang Adnan, karena Adnan sedang belibur di rumah neneknya. Mungkin neneknya sakit, atau baru pulang dari tanah suci ada kumpul keluarga. Mungkin.
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA SHEA
JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM :
asriaci13
sheaofc
sheakanaka
sagaramiller
adnan_alhaqqi
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro