Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAGIAN DUA PULUH DUA : Setitik Rasa

NOW PLAYING : MARION JOLA - JANGAN

SELAMAT MEMBACA CERITA SHEA

BAGIAN DUA PULUH DUA

Terpisah oleh jarak membuat kita mengenal kata rindu.

***

SESUAI rencana nanti malam Gara akan langsung berangkat ke Manhattan. Baru saja beberapa jam dia tidak bertemu Shamira sudah rindu saja, Gara tersenyum. Dia membuka pintu kamarnya, ruangan itu masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah. Kemudian Gara merebahkan tubuhnya di ranjang, dia mengeluarkan ponselnya, mencari kontak Shamira dengan menuliskan dua huruf pertama S dan H.

Sagara Miller :

I want to be with you right now

I miss you so much

Setelah dua pesan itu dia kirimkan kepada Shamira, Gara mencharger handphonenya. Dia keluar dari kamarnya, masuk ke ruang kerja Ayahnya dulu. Mencari beberapa berkas yang mungkin akan membantu untuk perusahaannya.

Gara menyalakan laptopnya, dipelajarinya berbagai bisnis yang mempunyai peluang besar untuk sukses, tanpa lelah dia menyiapkan persentasinya untuk besok. Bertemu dengan Xavier, pria yang dikenal sombong itu.

Sejujurnya Gara udah bisa menebak dari balasan Xavier di email saat itu, orang itu benar-benar membuat posisi Gara dalam kesulitan. Jika saja perusahaannya bukan perusaahaan besar, Gara tidak akan mau melakukan semua ini.

Bekerja sama dengan perusahaan Xavier akan menjadi pembuktian bahwa Gara layak berada diposisinya sekarang. Ada beberapa pemilik saham yang menarik sahamnya karena pergantian CEO ini, jadi Gara ingin membuat orang yang telah merendahkannya menyesal dan akan dia hancurkan kembali sampai mereka memohon kepadanya.

"Gar...." Pintu ruangannya terbuka, Granny berdiri diambang pintu, "Makan dulu."

"Iya, nanti tanggung," ujar Gara

"Gara."

Gara segera menutup lapotpnya, lalu dia menghampiri Neneknya. Berjalan menuju ruang makan beriringan.

Meja makan dengan delapan kursi itu kini hanya terisi dua saja, membuatnya terlihat sepi. Gara tau, Neneknya adalah orang yang paling melindungi dia dari segala macam hal yang akan menyakitinya. Tak perlu ditanyakan kenapa Neneknya tau tentang Shea kemarin, karena Neneknya tau segala sesuatu yang Gara lakukan disana. Banyak orang yang dia jadikan alat untuk memata-matai Gara.

"Bagaimana sekolah?" tanya Granny

"Masih sama."

"Sepertinya akan sulit kamu meninggalkan sekolah sekarang ini, mengingat kamu mudah bergaul disana," ujar Granny

Sagara tersenyum lalu mengangguk, "Iya Granny."

"Tapi kamu tetap harus kembali, tempatmu bukan disana."

"Gara paham."

Granny mengangguk, dia bangga dengan cucu laki-lakinya ini. Gara selalu bisa diandalkan, tak salah Gara menjadi cucu kesayangannya. Dia menjaga dan membesarkan Gara dengan sepenuh hati, tak ada yang boleh menyakiti Gara. Sedikit Gara terluka, maka dia akan membalas dengan lebih parah untuk orang yang membuat Gara terluka.

"Kamu gak punya pacar kan disana?"

"Gak ada cewek secantik Shamira disana," jawab Gara sambil tersenyum dengan lembut.

"Buat dirimu kuat Gara sampai tak ada orang yang bisa mengalahkanmu, jangan terlalu cinta sama seorang perempuan karena itu selalu menjadi kelemahan bagi seorang laki-laki. Kalaupun kamu mencintai seseorang, kamu tau kan yang harus dilakukan?"

"Iya."

"Hadiah ulang tahun Shamira dari Granny." Neneknya memberikan kotak perhiasan kepada Gara.

Gara membukanya, itu kalung yang dihiasi dengan berlian cantik.

"Cocok untuk Shami," ujar Gara

Setelah makan malam selesai, Gara kembali ke kamarnya untuk menyiapkan beberapa barang. Sebentar lagi dia akan ke Manhattan, Gara mengecek ponselnya dan dia melebarkan tatapan matanya. Dia salah mengirim pesan, yang seharusnya untuk Shamira malah dikirim kepada Shea.

Gara merutuki kebodohannya, dia yakin Shea akan kesal dengan pesan yang dia kirimkan dan Shea akan menganggapnya mahluk aneh. Bisa-bisa Shea besar kepala, dan meminta Gara untuk sujud di kakinya, itu cewek kan ajaib.

Gara langsung mengetikan balasan sebagai tanda permintaan maaf karena sudah salah kirim pesan.

***

Gara menjelaskan planning kedepan perusahaannya, tentang kerjasama yang akan dia jalin dengan Adams Group. Xavier yang sebelumnya menyepelekan Gara karena terlihat masih bocah, seketika berubah menjadi rasa kagum. Dengan usia semuda itu, Gara sudah menguasai apa yang dibutuhkan oleh kedua perusahaan untuk masa mendatang.

Dia cepat mengambil keputusan dan kesimpulan, tak ada raut khawatir juga keraguan diwajahnya yang ada hanyalah keyakinan atas apa yang dia katakan. Semuanya original, dia membuat materi persentasi ini sendiri.

Perlu diapresiasi kerja kerasnya. Visi serta misinya pun satu pikiran, tak ada yang bertentangan. Inilah yang Xavier cari untuk patner kerja samanya. Mereka harus menguasi apa yang akan dijalani dengan sungguh-sungguh.

Setelah persentasi Gara selesai, dan Xavier setuju untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan Gara mereka memutuskan untuk makan siang bersama.

Awalnya Gara sempat berpikir, Xavier adalah cowok jelek yang sombong karena punya kekayaan yang melimpan. Tapi, ternyata dia adalah cowok dengan paras menawan juga Gara merasa karakter mereka sama sekarang. Gara ingin banyak belajar dari Xavier tentang kepemimpinannya menjalankan perusahaan.

"Jadi, masih sekolah?" tanya Xavier dengan nada tak acuh

Gara mengangguk semangat, dia menceritakan tentang dirinya. Sementara Xavier terlihat tidak menyimak, meskipun begitu Gara tetap menceritakannya. Padahal tanpa Gara tau Xavier kagum dengan tekad anak SMA seperti ini. Jarang-jarang ada orang yang pemikirannya matang seperti Sagara.

Dulu dia membatalkan kerja sama dengan Ayahnya Gara karena dirasa visi dan misi mereka berbeda, dan juga ayahnya Gara tidak cekatan seperti Gara saat ditanya pertanyaan-pertanyaan menjebak.

Xavier jadi merasa bahwa selama ini yang menjalankan perusahaan adalah Gara bukan ayahnya, karena tidak mungkin anak tanpa pengalaman akan memberikan persentasi sebagus itu. Kecuali dia anak ajaib.

Setelah bincang-bincang selesai, Gara tak langsung pulang ke hotel. Dia meminta Arthur membawanya ke rumah Shamira, beban dipundaknya kini telah hilang yang dia inginkan hanyalah sambutan manis dari Shamira saat tau dia datang ke rumahnya.

Sebelum ke rumah Shamira, Gara membeli bunga dulu untuk Shamira. Ya, ini hari ulang tahunnya dan segalanya harus spesial, dia ingin membuat Shamira menjadi orang yang paling bahagia hari ini.

Pintu rumah Shamira terbuka, Shamira begitu senang saat melihat punggung Gara di depan rumahnya. Shamira langsung memeluk Gara dari belakang.

"Aku pikir kamu gak akan kesini karena sibuk," ucap Shamira

"Aku udah janji sama kamu."

Shamira melepaskan pelukannya, lalu Gara berbalik dan memberikan buket bunga itu.

"Delapan puluh mawar untuk Shamira cantik," ujar Gara

"Kenapa manis begini sih." Shamira langsung  mengambil buket bunga itu, dan mencium pipi Gara secara spontan, "Makasih Gar."

Gara mengangguk, "Oh iya ini ada hadiah dari Granny." Gara memberikan kotak perhiasan yang kemarin malam diberikan oleh neneknya, "Granny gak bisa dateng karena belum pulih kesehatannya, dia titip salam buat Tante Gracia dan om Marcell, juga Tony."

"Oke, Mama, Papa sama Tony lagi keluar. Mau masuk dulu?" tawar Shamira

Gara menggeleng pelan, "Gak usah, aku mau balik ke apartemen, banyak kerjaan. Selamat ulang tahun ya Sham."

"Aku boleh main ke apartemen kamu?"

"Iya."

"Besok pagi aku datang, masakin buat kamu!"

"Iya. Aku duluan ya?" pamit Gara

"Hati-hati."

***

Menyebalkan sekali saat mendapat balasan bahwa pesan itu salah kirim. Awas saja sampai mereka bertemu nanti akan dia pastikan untuk memaki Gara sampai ke akar-akarnya, dia tidak akan memberikan Gara untuk melawan.

"Kenapa wajah lo serius amat?"

Shea secara refleks menggeser ke samping kirinya memberikan ruang untuk orang yang baru saja datang bertanya kepadanya, "Gue lagi pengen balas dendam sama cowok gila!"

"Cowok gila siapa?"

"Itu lho Nya, cowok bule stres yang sok kegantengan," cibir Shea kesal.

Ranya tertawa mendengar cibiran Shea barusan, lucu aja kalau Shea udah ngomel-ngomel seperti ini. Kaya ibu-ibu komplek yang rebutan sayur.

"Dia kan emang ganteng." Ranya sengaja memancing emosi Shea dengan mengatakan bahwa Gara memang ganteng, biar saja, biar Shea emosi sampai ubun-ubun.

"Serah lo dah Nya!"

"Oh ya Sye, temen gue ada yang mau jual gitar yang lo pengin, gimana jadi mau beli?"

"Berapa?"

"lima jutaan, murah itu Sye dari harga barunya kan?"

Shea mengangguk. Harga barunya bisa sampe 10 jutaan, itu gitar impiannya. Dia harus mengecek tabungannya dulu untuk membeli gitar itu. Kan jarang-jarang ada orang jual dengan harga semurah itu.

"Dia lagi butuh duit, soalnya motornya rusak gitu."

"Oke Nya! Nanti gue kabarin lagi! Pokoknya jangan dikasih ke yang lain dulu gitarnya sebelum gue bilang ya Nya."

Yang semula kesal karena tragedi salah kirim Gara, kini dia semangat karena sebentar lagi akan mempunyai Gitar impiannya. Dari dulu Shea selalu membeli alat musik dengan uangnya sendiri, maka dari itu dia kehitung benar-benar irit dalam membeli sesuatu.

Shea tidak pernah berlebihan dalam membeli sesuatu, karena dia punya komitmen yang kuat. Dia tidak ikut-ikutan tren seperti kebanyakan orang, membeli makanan atau barang kekinian kalau tidak butuh-butuh banget.

***

Shea membuka laci meja belajarnya, dia mengambil kotak berbentuk gitar yang selalu dia gembok. Kini dubukanya, mata Shea berbinar saat melihat lembaran kertas berwarna merah dengan biru. Uang ini Shea kumpulkan dari dia kelas sepuluh, biasanya sisa honor dari manggung di kafe bersama Saltz.

Dia sangat berharap uangnya akan cukup untuk membeli gitar baru.

Disaat Shea menghitung dengan telaten uangnya, wajahnya kini menjadi lesu. Uangnya kurang. Dia hanya mengumpulkan sebanyak dua juta tujuh ratus ribu, lalu dia bisa mendapat sisanya darimana.

"Shei disuruh bunda cuci piring!" teriak Orion dibalik pintu kamar Shea.

"Iya!" balas Shea

Dia segera memasukkan uangannya kembali ke laci. Tak menunggu lama, Shea langsung keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu untuk mencuci piring. Tugas Shea di rumah adlaah cuci piring juga masak.

Jangan salah meskipun dia slengean, masakan Shea pol enaknya. Dia benar-benar bisa melakukan pekerajaan rumah dengan baik.

"Bunda...,"

"Kenapa Shei?"

"Cara dapat uang instan gimana?" tanya Shea

"Kamu butuh uang berapa emangnya?"

"Nanya aja sih Bun."

"Udah selesai cuci piringnya?"

"Udah."

"Balik ke kamar, kamu belajar sana biar gak dimarahin ayah kamu terus."

Ya sekarang merambat kepada Bundanya yang menyuruh Shea untuk belajar. Setiap kali dia membuka buku pelajaran lima menit kemudian sudah ada di alam mimpi, memang tidak sepaham dengan Shea.

Tapi dulu dia pernah mendapat nilai lumayan, Jessica mengajarkannya dengan cara tak biasa. Dia membuat komik percakapan bahasa inggris dengan gambar-gambar seadanya, dan Shea bisa memahaminya karena dia suka komik. Lalu Jessica membuat lagu dengan materi sosiologi, dan nama-nama akun di pelajaran ekonomi dan itu benar-benar berhasil.

Jika tidak ada Jessica rasanya akan sulit untuk dia mengingat dan menghapal sesuatu.

Teman itu harus saling membantu bukan?

Ponsel Shea menyala, dia melihat pengirimnya dan itu terdapat nama 'Garandong'. Membaca namanya aja sudah membuat Shea kesal, awas saja dia mengirim pesan salah kirim lagi. Akan Shea bunuh.

Garandong

Gue mimpiin  lo semalam

Shea langsung menutup aplikasi chatnya, Gara pasti ngerjain dia lagi. Awaas aja sampai dia pulang, dia akan mencubit Gara kecil-kecil sampai kulit putih mulusnya merah-merah atau kalau perlu sampai biru.

Daripada memikirkan Gara, lebih baik dia berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang dengan cara singkat.

Berguru kepada Gara tentang bagaimana melihara tuyul?

Tidak itu musyrik

Lampu ponselnya menyala, menandakan ada pesan masuk kembali.

Garandong

Sye?

Woi jelek

Karena kesal, dia mengetikan balasan kepada Gara

Apaan sih! Bilang salah kirim lagi gue bunuh lo!

Enggak, kali ini serius gue mimpiin lo.

Kangen kali lo sama gue.

Di mimpi gue lo jadi siluman monyet tapi

BODO AMAT!

Hahaha, dua permintaan lagi gimana?

Ah, akhirnya Shea mendapat pencerahan untuk mendapatkan uang secara instan. Ya dia masih mempunyai dua permintaan dari Gara, kenapa dia tidak memanfaatkan itu saja.

Gue boleh minta apa aja kan?

Ya.

Kalau gitu gue minta lo cariin kerjaan sampingan buat gue.

Kerja?

Iya gue butuh uang buat beli gitar hehe.

Kenapa gak minta beliin gitar aja sih? Bikin repot sendiri aja,

Beda rasanya dibeliin sama orang sama beli pake duit sendiri.

Oke, nanti setelah gue pulang.

Kapan pulang emangnya?

CIE NYARIIN GUE. KANGEN CIEEEEE

G

Senin baru pulang.

LAMA AMAT SIH!

Kemudian ponselnya kini berbunyi menandakan ada panggilan masuk dari Gara. Panggilan kali ini bukan panggilan biasa, melainkan panggilan video dan Shea akan melihat wajah Gara begitupula sebaliknya.

Dengan ragu Shea mengangkat panggilan video itu.

"Muka lo tetep jelek ya"

"Mulut lo perlu disekolahin kayanya"

"Emang ada sekolah mulut?"

"Gak ada!"

Setelah itu hening, Gara hanya memperhatikan Shea yang memutar bola matanya kesana dan kemari, untung tidak mencari alamat.

"Kok diem Sye?"

"Emangnya mau ngomong apaan?"

"Salting ya? Video call sama gue?

"ENGGAK!"

"Biasa aja dong jangan ngegas gitu."

"Siapa juga."

"Kangen juga ya gak berantem sama lo."

GARRR

Shea bisa mendengar suara cewek yang memanggil Gara disana, Gara langsung menoleh ke sumber suara. Shea hanya bisa melihat rambut panjang cewek itu masuk ke kamar Gara. Tapi sialnya Gara menutup kamera ponselnya ke atas bantal membuat Shea tak bisa melihat cewek itu siapa.

Dia ingin mendengarkan obrolan Gara, namun saat itu Ayahnya masuk ke kamar Shea jadi secara refleks dia mematikan panggilan video itu.

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA SHEA

MENURUT KALIAN SHAMIRA ITU SIAPANYA GARA?

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM :

asriaci13

sagaramiller

adnanalhaqqi

sheakanaka

joannashamira

amaraerilyn

jessica.maharani

sheaofc

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro