Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Kesialan Rika, Keegoisan Rei.

Semenjak kunjungan 'Mendadak' Rika ke rumah Rei, Rei menjadi sedikit lebih pendiam di depan Alika dan juga Mike. Sudah dua hari berlalu dan ia juga tidak mengajak Rika untuk keluar kalau ia harus berkencan dengan Alika. Ia meneruskan kebohongan Rika mengenai alasan kegiatan sekolah.

"Rei!" Bisik Mike di telinga Rei. "Kapan kau akan keluar lagi dengan Rika?" Tanya Mike dengan suara sekecil mungkin hingga orang di dekatnya bahkan Alika juga tidak bisa mendengar suaranya.

Rei hanya menggidikkan bahunya dan tidak bermaksud menjawab pertanyaan Mike secara langsung. Bagaimana ia bisa tahu kapan kalau ia saja sedang menghindari Rika. Setelah pengakuan cinta secara tidak langsung Rika, Rei terus menerus memikirkan ucapan Rika hingga menyebabkannya tidak bisa tidur dua hari ini.

Sepertinya waktu mempermainkan perasaan Rei saat ini, Rika berjalan masuk ke kantin dengan segelas jus di tangannya. Sepertiya Rika tidak menyadari kehadiran Rei, dan juga Mike yang tidak menyadari kehadiran Rika di belakangnya. Namun Rei sadar akan kehadiran Rika.

Rika duduk di bangku yang lumayan jauh dari meja mereka, namun Rei bisa melihat Rika dengan jelas. Ia sedang melepaskan jaketnya dan duduk termenung di meja kosong sendirian. Sepertinya wajah gadis itu sedikit pucat dibanding terakhir kali Rei melihat Rika di kamarnya.

Alika yang duduk di sebelah Rei terus menerus memperhatikan arah pandang mata Rei yang menatap Rika tanpa mengerjap meskipun sekali. Tentu saja Alika terbakar api cemburu karena pacarnya lebih memperhatikan perempuan jelek itu dibandingkan dirinya.

Alika berdiri dari kursinya membuat perhatian Rei kembali kedalam tubuhnya. "Kau mau kemana?" Tanya Rei.

"Membeli minuman." Jawab Alika singkat dan langsung pergi meninggalkan Rei dan Mike.

Rei tidak menaruh curiga dengan Alika yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan mereka untuk membeli minuman. Rei kembali melihat kearah Rika yang masih memandang kosong kearah lapangan Basket. Apa ia harus memberitahu Mike kalau Rika ada dibelakangnya? Tapi kenapa juga ia harus memberitahu Mike?

Rei menunduk dan memainkan botol minuman di hadapannya. Ia sadar kalau ia dari tadi tidak bisa melepaskan pandangan dari Rika, dan kenapa ia jadi begini?

Tiba-tiba saja Rei dan Mike mendengar keributan yang di hasilkan oleh penghuni kantin. Rei dan Mike kontan menoleh ke arah pandang seluruh penghuni kantin yang mengarah ke tempat duduk Rika tadi. Tapi kali ini Rei tidak menemukan sosok Rika, melainkan punggung tubuh yang dikenal Rei sebagai Alika.

Rei menganga lebar dan langsung berdiri menghampiri kerumunan orang yang sekarang tengah mengerumuni Rika dan Alika. Mike juga mengikuti langkah Rei meskipun masih belum tahu siapa yang ada dibalik punggung Alika.

Alika yang baru saja membeli air mineral, menghampiri meja Rika. Rika masih tidak sadar akan kehadiran Alika di dekatnya yang langsung menyambar Jus Strawberry miliknya dan menuangnya tepat di atas kepala Rika sebelum Rika sempat menghindar.

"Oops... Iuh... Kotor deh tanganku." Alika memasang muka jijiknya dan meraih jaket Rika yang tadi Rika letakkan di sampingnya. Alika menggunakan jaket Rika untuk membersihkan tangannya.

"Aduh... Apa yang perempuan jelek sepertimu lakukan disini? Kau hanya merusak pemandangan indah kantin ini, Kau tahu?" Tanya Alika sinis seraya melempar jaket Rika ke depan meja Rika.

"Hmpf... Kau terlihat tambah menjijikan. Biar kubantu membersihkannya." Alika tersenyum menghina seraya membuka botol air minumnya dan menyiramkannya lagi di atas kepala Rika. Rika hanya bisa terdiam menerima semua perlakuan Alika yang menurutnya tanpa sebab itu.

Kerumunan disekitar mereka juga menyoraki dan menyemangati Alika atas tindakannya. Tepat disaat Alika sedang menuang air mineral yang tadi ia beli, Rei dan Mike menerobos kerumunan itu dengan susah payah. Rei yang menyadari 'keadaan' Rika di hadapannya hanya bisa terpaku melihat pacarnya menuang air di atas kepala 'tunangannya'.

Mike yang baru tahu kalau perempuan di balik punggung Alika adalah Rika, langsung dengan cepat menepis botol air mineral dari tangan Alika. Alika yang tangannya ikut terpukul akibat tepisan Mike, kontan menoleh dan terlihat sedikit terkejut melihat Rei dan Mike di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan, Alika?" Tanya Mike dengan nada tinggi.

Rei menarik lengan Alika kasar. "Kau gila?!" Tanya Rei seraya melirik Rika yang masih terdiam.

"Aku hanya ingin membersihkan kotoran menjijikan yang ada di sini. Karena kotoran itu terus mengganggu pandanganmu!" Alika melirik sinis Rei.

Rei tersentak karena tidak menyangka kalau Alika menyadari arah pandangannya dari tadi. "Apa yang kau bicarakan?" Tanya Rei berpura-pura tidak mengerti.

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kau terus menerus melihat perempuan jelek ini tanpa berkedip dan sekarang kau mau mengelak?" Tanya Alika berapi-api. "Dia pantas mendapatkan siraman itu semua! Karena apa? Dia tidak pantas berada disini karena dia itu hanya parasit pengganggu!"

Mike menarik lengan Alika hingga ia kini berbalik menghadapnya, "Lalu apa itu salah Rika sampai kau harus menyiramnya seperti ini?" Bentak Mike dengan nada tinggi. "Apa kau tidak pernah menggunakan pikiranmu kalau setelah ini dia masih harus masuk kelas?"

"Alika, cepat minta maaf pada Rika. Aku tidak suka dengan caramu yang seperti ini." Pinta Rei dibelakangnya.

Alika berbalik menatap tajam Rei dan Mike bergantian. Ia lalu menepis pegangan tangan Mike dengan kasar. "Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian? Kenapa kalian lebih membela perempuan jelek ini? Rei! Aku ini pacarmu!! Kau terus menerus melihat dia, apa tidak wajar kalau aku cemburu?" Alika beralih mencengkram bahu kemeja Rei.

Rei kontan melirik ke Mike yang sekarang tengah melihatnya seakan sedang menanyakan kebenaran ucapan Alika. Ia juga melirik ke Rika yang sampai sekarang masih belum bergerak dari posisinya semula.

Rei menghela nafas panjang. "Yang benar saja! Untuk apa aku melihat perempuan ini? Aku hanya sedang melihat lapangan basket yang kebetulan berada di hadapannya. Kau hanya salah paham!" Rei membelai pipi Alika seakan menegaskan keloyalitasannya kepada Alika. "Untuk itu, Kau mau kan meminta maaf?" Tanya Rei menatap halus Alika yang mulai terlihat tenang di hadapannya.

"Untuk apa aku meminta maaf? Lagipula dia pantas mendapatkan itu semua!" Ucap Alika keras kepala.

Mike menarik lengan Alika lagi, "Kau benar-benar perempuan menyebalkan, ya! Cepat minta maaf pada Rika!!" Gertak Mike kasar menarik lengan Alika.

"Mike, Sakit!" Keluh Alika mencoba melepas cengkraman Mike, namun Mike memperkuat cengkramannya. "Apa sih yang salah pada otakmu? Kenapa kau selalu membela perempuan jelek ini? Kau bahkan tega menyakiti pacar sahabatmu sendiri demi perempuan ini!" Mike mengendurkan cengkramannya pada Alika hingga Alika bisa membebaskan lengannya. Alika menatap Mike tajam dengan tatapan merendahkannya. "Jangan bilang kau mempunyai perasaan pada perempuan ini?"

Brakk... Rika yang sedari tadi hanya mendengar percakapan di sekitarnya tiba-tiba berdiri dan mendorong mejanya membuat ketiga orang yang sedang berdebat itu menoleh padanya.

Rika berputar mengarah pada Mike dan Alika tanpa mengangkat kepalanya. Ia membungkuk dalam dan bergumam, "Maaf sudah membuat keributan." Rika lalu berbalik dan berlari meninggalkan orang-orang yang mulai menyuarakan protes akibat pertunjukan yang menggantung, diikuti oleh tatapan tidak enak dari Mike dan juga, Rei.

Rika pergi meninggalkan mereka sebelum Mike sempat menjawab pertanyaan Alika. Ia tidak bermaksud mendengar jawaban Mike. Kalaupun Mike menjawab tidak, itu tidak akan menyakitkan untuk Rika karena Rika tidak pernah berharap Mike memiliki perasaan padanya. Namun yang membuat hatinya sesak adalah jawaban Rei.

Jawaban Rei yang terlampau dingin di telinganya, apakah sebegitu tidak berharga dirinya di mata Rei sampai Rei juga ikut memanggil Rika dengan sebutan 'Perempuan ini'. Padahal, Rika sedikit berharap dan jantungnya juga berdegup kencang saat Alika berkata Rei terus menerus melihatnya tanpa berkedip.

Setetes air mata jatuh di pipinya saat ia berlari ke arah kamar ganti perempuan yang terletak di penghujung lorong lantai 2. Tentu saja penampilannya yang bermandikan Jus strawberry dan juga baju seragamnya yang membuat baju dalamnya terlihat samar menjadikan Rika bahan tontonan sepanjang lorong. Tapi Rika tidak memperdulikan tatapan itu. Perasaan sakit dan sesak di hatinya jauh lebih mendominasi dirinya sekarang.

Rika masuk ke salah satu kamar mandi di ruang ganti dan berjongkok disana. Ia memeluk kakinya dan membiarkan air matanya terjatuh dengan bebas disana. Ia tidak pernah merasakan sakit dan sesak seperti ini di hatinya. Kenapa harus Rei yang menyebabkan rasa sesak ini? Kenapa harus Rei?

Separuh tubuhnya basah akibat siraman Alika. Ia tidak mempunyai baju ganti lainnya, dan ia juga tidak mungkin keluar dengan kondisi seperti ini ke koperasi sekolah untuk membeli seragam baru. Ia saja tidak tahu apakah ia masih memiliki muka untuk masuk ke kelas nantinya ditambah ia masih memiliki 4 mata pelajaran untuk ia hadiri.

Rika membenamkan wajahnya ke dalam tangannya dan kembali terisak. Meskipun ia sudah sering menerima perlakuan seperti ini, tapi ini adalah pertama kalinya ia kabur untuk menangis. 'Yang benar saja! Untuk apa aku melihat perempuan ini?' Kata-kata Rei mengulang di kepala Rika. Apa sedikitpun aku tidak berharga atau pantas meski hanya untuk dilihat, Rei?

Rika keluar setelah kurang lebih satu jam ia menangis dan mengurung dirinya di dalam kamar mandi. Ia terpaksa melepas kemeja sekolahnya dan hanya memakai jaket yang untungnya hanya basah sedikit untuk menutupi tubuhnya. Ini adalah pilihan terakhir Rika karena Rika tidak mungkin terus memakai baju seragam yang basah itu.

Begitu Rika melangkahkan kakinya keluar, Kaki Rika menendang sebuah bungkusan yang berada tepat di depan pintunya. Rika lalu meraih bungkusan itu dan melihat ke sekitarnya dan tidak menunjukan ada tanda-tanda kehidupan. Itu artinya bungkusan ini ditujukan untuknya.

Awalnya Rika terlihat ragu, tapi ia membawa bungkusan itu menuju ke bangku terdekat yang ada di tengah loker. Rika membuka bungkusan itu dan terkejut mendapati bungkusan seragam baru yang berada di dalamnya. Dan lebih lagi ada sepucuk surat di sana.

Aku minta maaf atas perlakuan Alika padamu. Ini sebagai tanda permintaan maafnya, pakailah seragam baru ini. -R

Air mata Rika kembali mengalir. Ia memeluk erat bungkusan itu, Aku benar-benar tidak mengerti kamu, Rei. Tolong jangan tiba-tiba baik padaku, aku bisa melanggar peraturanmu untuk tidak jatuh cinta padamu.

*

Rei dan Mike sepakat bertemu sore itu di cafe langganan mereka. Mike merasa ia harus memastikan suatu hal pada Rei mengenai kejadian pagi itu yang menimpa Rika. Oleh karena itu, Mike mengajak Rei untuk keluar saat pulang sekolah tadi.

Mike sama sekali tidak bisa menemukan Rika saat istirahat kedua tadi. Tas Rika juga tidak ada di bangkunya. Mike sempat menanyakan keberadaan Rika pada teman sekelasnya, namun teman sekelasnya hanya bilang kalau Rika masuk saat istirahat kedua dan mengambil tasnya lalu pergi tidak tahu kemana.

Mike mencoba mencari Rika di perpustakaan dan taman belakang sekolah juga tidak menemukan sosok Rika disana. Ia bahkan sampai mencegat Siswi yang lewat di dekatnya dan memaksanya masuk ke dalam ruang ganti tempat dimana ia terakhir kali melihat Rika saat Rika berlari dari kantin.

Percuma saja kalau ia menelepon ponsel Rika. Bisa-bisa Mr. Paul yang menjawab panggilan itu. Kalau ia mampir ke rumah Rika, bisa-bisa kakeknya curiga karena bukan tunangannya yang datang, tapi malah sahabat tunangannya. Bukankah malah akan membongkar sandiwara pertunangan itu?

"Apa yang mau kau bicarakan?" Tanya Rei saat melihat Mike yang terus sibuk dengan pikirannya sejak mereka sampai di Cafe.

"Kau sudah mendengar kabar dari Rika?" Tanya Mike setelah berdeham beberapa kali.

Rei menggeleng. Ia sudah tahu kalau tujuan utama Mike mengajaknya keluar adalah untuk menanyakan kabar Rika. Ia tahu Mike terus menerus mencari Rika saat istirahat kedua dan tidak membuahkan hasil.

Rei teringat saat ia tidak sengaja mencuri dengar dari gumaman Mike kalau Rika ada di ruang ganti Perempuan. Rei sengaja membolos dari pelajaran dengan alasan kurang enak badan, padahal ia terus menunggu di depan ruang ganti perempuan dan tidak ada yang keluar. Ia lalu membeli seragam baru dan menyelinap masuk ke dalam ruang ganti Perempuan dan mendengar isakkan kecil dari salah satu pintu kamar mandi yang terkunci.

Rei sendiri tahu perbuatannya yang seperti itu tidak benar, ditambah ia sendiri juga bingung dengan apa yang ia lakukan dengan bungkusan seragam baru yang ia jinjing di dalam ruang ganti perempuan. Maka Rei memutuskan untuk meninggalkan bungkusan seragam itu di depan pintu dimana Rika sedang mengunci dirinya.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Mike tiba-tiba membangunkan Rei dari lamunannya.

"Apa?"

"Mengenai alasan untuk membatalkan pertunanganmu. Kenapa kau tidak bilang saja kau masih mencintai Alika?" Ulang Mike tegas. "Kalau kau terus mempertahankan sandiwara ini, Rika juga lah yang kasihan."

"Aku tidak bisa begitu saja memberi alasan masih mencintai Alika disaat aku menunjukan keakrabanku pada Rika di hadapan mereka. Lagipula, Aku mempertaruhkan jabatan masa depanku disini!" Elak Rei.

"Dan apa kau pernah memikirkan perasaan Rika?" sela Mike cepat. "Apa kau sadar kalau ini adalah keputusan yang egois?" Gertak Mike kesal.

Perasaan Rika? Aku juga tidak mau kau membenciku. Kata-kata Rika kembali mengulang di kepalanya. "Aku...."

"Rei, Apa kau benar-benar melihat ke lapangan, bukan melihat Rika?" Tatap Mike penuh selidik. Rei tampak sedikit kaget begitu ditatap oleh Mike dengan pertanyaan seperti itu, apa lagi yang menanyakan adalah sahabatnya yang belum lama ini mengaku kalau ia memiliki perasaan untuk Rika. "Kau tahu aku mengenalmu sejak kecil, bukan? Aku tahu apa kau sedang jujur atau tidak."

Rei tersentak mendengar pertanyaan Mike, namun ia berdeham untuk menyembunyikan kegugupannya yang ia harap tidak terbaca oleh Mike. "Tentu saja." Kilah Rei seraya menghindari tatapan mata Mike.

Alis Mike terangkat melihat gelagat Rei namun akhirnya ia menghela nafas panjang. "Kuharap kau bisa segera menemukan alasan yang tepat untuk membatalkan pertunangan ini secepatnya." Gumam Mike pelan namun masih bisa tertangkap oleh telinga Rei. "Karena aku akan menyatakan perasaanku pada Rika begitu masalah pertunangan ini selesai." Lanjut Mike melayangkan tatapan tajam dengan sunggingan senyum tipis di bibirnya.

Rei yang tadi menghindari tatapan Mike, sontak langsung membelalak menatap Mike begitu Mike menyelesaikan ucapannya. Ia lalu berdeham lagi setelah melihat sunggingan senyum di wajah Mike, ia serius! "Good luck then." Rei membalas senyuman Mike kaku, namun ia merasakan kegusaran tak beralasan di dalam hatinya dan itu sama sekali tidak membuat Rei nyaman.

"Thanks.."

***

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro