Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Awal dari Mimpi Buruk

"Rika, Cepat turun! Kau bisa terlambat dihari pertamamu bersekolah!" Suara renta laki-laki terdengar di bawah tangga.

"Baiklah, Ojii-Chan!" Suara seorang gadis menjawab panggilan lelaki tua yang di panggil Ojii-chan. "Aku segera kebawah."

Seorang gadis bergegas menuruni tangga membawa tas jinjingnya. Ia nyaris saja terjungkal kalau ia tidak menggenggam erat pegangan di tangga. Gadis itu merupakan gadis sederhana. Sama sekali tidak modis jika di bandingkan dengan gadis seusianya. Ia memiliki rambut panjang yang diikat dua, mengenakan kacamata yang tebal, dan juga kawat gigi yang sudah bersarang di giginya selama 2 tahun. Penampilan itu membuatnya sering menjadi bahan ejekan teman-teman sekolahnya dulu.

"Kau terlihat cantik seperti biasanya, Rika." Puji Kakeknya setelah Rika berhasil dengan selamat sampai di ruang makan. "Aku senang sekali saat orang tuamu memberi tahuku kalau kau akan pindah kemari." Kakek berpangku tangan dan menatap haru cucu satu-satunya yang kini duduk di sebelahnya. "Kakek kira aku tidak ada kesempatan melihat cucuku mengenakan seragam sekolah, tapi ternyata..... Kakek senang sekali!!" Kakek mulai mengusap perlahan matanya yang sama sekali tidak mengeluarkan airmata.

Rika menghela nafas. Ia tahu Kakeknya memang seorang yang hiperbolis menanggapi sesuatu, karena ayahnya juga memiliki sifat yang sama yang tentu saja diturunkan oleh Kakek. Saat Rika mengemukakan keinginannya untuk kembali ke Jakarta dan meninggalkan Jepang, Ayahnya juga menangis seakan tidak rela kehilangan rika. Begitu juga ketika Maya -Kucing jalanan- yang secara sepihak di adopsi oleh Ayah, tiba-tiba menghilang tepat setelah 3 hari Ayah mengadopsinya. Jadi sebenarnya Rika sudah kebal dengan sikap Hiperbolis Kakeknya sekarang.

"Aku hanya merasa Ojii-Chan perlu seseorang untuk menemani disini. Lagipula, Okaa-san dan Otou-San memiliki satu sama lain. Tidak adil rasanya meninggalkan Ojii-Chan disini sendiri." Ujar Rika tersenyum. Lagipula sebagian alasannya lagi karena aku ingin menghindari Jepang.

"Kakek senang kau memiliki keputusan itu, Rika." Ujar Kakek bersungguh-sungguh. "Sekarang, Makanlah. Kakek sengaja membuatkanmu Sup Miso agar kau tidak rindu dengan kampung halamanmu." Ujar Kakek bersemangat.

"Ojii-chan, Kau lupa kalau Indonesia juga merupakan kampung halamanku? Aku sudah rindu dengan tempe dan juga tahu. Di Kyoto, sulit sekali menemukan kedua makanan itu." Ujar Rika seraya tertawa.

"Baiklah, Kakek akan membuatkanmu Tempe orek siang ini!"

"Ojii-Chan tidak ke pabrik?" Rika mengernyit. Kakeknya mempunyai perusahaan ekspedisi yang melayani pengiriman barang dalam dan luar negeri dan memiliki banyak cabang di Indonesia. Bahkan Ayah Rika juga membuka kantor cabang di Jepang.

"Kakek sudah tua, Rika. Kapan lagi kakek bisa menghabiskan waktu memasak untuk cucu tercantik Kakek?" Kakek mencubit hidung Rika. "Kakek juga mempunyai orang kepercayaan di sana. Jadi Kakek bisa beristirahat dengan tenang di rumah."

Rika hanya tersenyum menanggapi perkataan kakeknya. Ia juga merasa kalau ini keputusan yang benar mengingat usia kakeknya yang sudah tidak lagi muda dan tidak kuat lagi mengangkut barang-barang berat dari satu stasiun ke stasiun lain.

Rika menyantap Sup Misonya perlahan. Saat menginjakkan kaki di bandara Indonesia, Rika sudah bertekad untuk memulai hidup barunya disini. Ia bertekad untuk tidak menonjol dan sebisa mungkin jangan terlibat dengan masalah sepele seperti apapun di sekolahan. Karena ia tidak ingin kejadian di sekolahnya di Kyoto dulu terulang. Rika hanya berencana untuk bersekolah, tidak terlihat, dan lulus dengan nilai yang memuaskan.

*

"N-Nama saya Rika Chinatsu. 16 tahun. Saya pindahan dari Kyoto, Jepang. Saya sudah tinggal di Kyoto selama......"

"Aku tidak bisa mendengar suaramu!!" Teriak salah seorang teman sekelas Rika.
"Apakah kau yakin Volumenya sudah dinyalakan?"
"Apa ia bisa bicara Bahasa Inggris dengan benar?"
"Apa kau Tinggal di Gua?"
"Kenapa penampilannya seperti itu?"

Berbagai Pertanyaan yang di ajukan oleh teman sekelas Rika membuat Rika berdiri menegang dan meremas tas jinjing yang ia bawa dengan muka memerah antara malu dan marah. Baru saja ia bertekad untuk tidak terlihat,  maka itu ia memutuskan untuk duduk di bangku terdepan karena bangku di bagian belakang sudah terisi oleh kumpulan siswa-siswa yang 'modis'. Tapi tiba-tiba saja Seorang guru meminta semua murid untuk memperkenalkan diri dimulai dari bagian belakang.

Setelah mendengar perkenalan diri, Para siswa makin telihat dekat satu sama lain, lebih lagi kalau mereka memiliki latar belakang yang bagus. Bisa dilihat saat giliran Rika memperkenalkan diri, mereka kompak menjatuhkan kepercayaan diri Rika.

Rika bersekolah di sekolah Internasional dengan kumpulan murid yang berasal dari berbagai macam negara berbeda, ada juga siswa berwarga negara Indonesia yang memiliki orangtua dengan posisi yang penting di Indonesia.

"Sudah-Sudah! Kalian tenang!" Suara Guru yang menjadi wali kelas Rika di 10.1, Ms.Jody bergema membuat semua tawa yang membuat Rika tidak berani bergerak itu menjadi lenyap. "Baiklah, Rika. Saya ucapkan Selamat Datang di sekolahan ini. Kau boleh duduk kembali." Ujar Miss Jody.

Rika bergegas duduk dan berusaha menenggelamkan dirinya dengan menunduk dalam-dalam dan tidak mengikuti sisa perkenalan murid yang berada di sebelahnya. Ia cukup merasa malu dengan kejadian ini dan mungkin saja kepindahannya ke Indonesia merupakan sebuah kesalahan karena sepertinya ia tidak pernah akan terlepas dengan Bully-ing.

Rika berjalan di paling belakang barisan yang mengikuti punggung Miss Jody yang tengah memberikan mereka Tour singkat di dalam sekolahan mengenai letak Perpustakaan, Kantin, Ruang gym, Ruang ganti, Toilet, Ruang guru, dan lainnya.

Sejujurnya Rika tidak bisa mendengar apa yang Miss Jody bicarakan, tapi diam-diam ia memperhatikan ruangan-ruangan yang di tunjuk oleh Miss Jody.

Saat Rombongan Rika berjalan melewati Kantin yang penuh dengan meja makan dan siswa siswinya yang memang saat itu senang beristirahat, Para perempuan di kelasnya berhenti dan berbisik-bisik seraya menunjuk ke salah satu meja makan. Mau tidak mau, Rika ikut mencuri pandang kearah yang ditunjuk oleh kelompok Perempuan di Rombongannya.

Rika melihat dua orang Laki-laki dan juga Seorang Perempuan yang dengan akrabnya berbincang dan tertawa bersama. Seorang laki-laki bisa ditebak Rika memiliki keturunan Asia, sedangkan 2 orang sisanya memiliki keturunan Barat. Perempuan yang memiliki keturunan barat itu terlihat bermesraan dengan Laki-laki berwajah Asia itu. Jelas sekali untuk orang yang melihat mereka bahwa mereka berpacaran. Sedangkan laki-laki satunya lagi, memang memiliki wajah yang manis dan terlihat seperti aktor Channing Tatum, namun sepertinya nasib percintaannya tidak semulus Laki-laki berwajah Asia di depannya. Ia tidak terlihat seperti sedang menunggu seseorang di sebelahnya.

Laki-laki berwajah Asia itu kemudian menoleh dan matanya dengan Mata Rika bertemu. Dengan Spontan, Rika langsung merunduk sedangkan perempuan di rombongannya berteriak dengan histeris dan memuji ketampanan Pria itu.

"Jangan berhenti! Ikuti barisan!" Suara Miss Jody membubarkan kerumunan perempuan yang tengah dimabuk kepayang itu setelah di tatap oleh laki-laki yang duduk di kantin. Tapi menurut Rika, tatapan itu merupakan tatapan menyeramkan.

*

"Bagaimana hari pertamamu bersekolah, Rika?" Tanya Kakek antusias seraya menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya malam itu.

Tidak terlalu baik. "Tentu saja baik." Jawab Rika berlainan dengan kata hatinya.

"Aku senang kalau kau bisa betah di sekolahmu." Ujar Kakek.

"Apa kau hanya dirumah seharian ini, Jii-chan?" Tanya Rika mengalihkan percakapan mereka. Topik mengenai sekolahan merupakan topik yang paling ingin dihindarinya.

"Aku menemui teman lamaku tadi siang. Kau masih ingat, bukan? Teman yang datang ke Indonesia bersamaku beberapa puluh tahun yang lalu." Tanya Kakek bersemangat.

Rika mengangguk menjawab pertanyaan kakeknya meskipun ia sebenarnya sedikit lupa mengenai cerita teman lama kakeknya itu.

"Ia sangat senang mendengar kepulanganmu ke Indonesia dan ingin sekali bertemu denganmu." Kata Kakek. "Mungkin lain waktu kakek akan membawamu bersama. Kau keberatan?"

Menemani dua orang tua mengobrol mengenai masa mudanya dulu? Tentu saja aku keberatan. Aku lebih memilih tinggal di kamar daripada menjadi obat nyamuk yang tidak mengerti apapun.

"Dia juga akan membawa Cucunya untuk menemanimu. Kau bisa berkenalan dengan cucunya. Kebetulan Ayahnya adalah sahabat Ayahmu. Sama seperti Kakek dan juga kakeknya." Kakek melihat keraguan di wajah Rika. Ia langsung menjelaskan keuntungan yang Rika akan dapat, yaitu bertemu dengan kenalan baru.

Rika memang masih terlihat ragu, ditambah Rika memang mengalami kesulitan dalam mendapatkan teman baru. Tapi kalau dilihat dari sejarah pertemanan Kakek dan ayahnya yang di katakan Kakek tadi, sepertinya ia memang memiliki keharusan untuk melanjutkan tradisi pertemanan antar keluarga ini. "Baiklah. Aku akan ikut." Putus Rika akhirnya.

*

Kacamata Rika merosot turun hingga ke ujung batang hidungnya dan membuat pandangan mata Rika sedikit memudar. Ia mencoba membenarkan letak kacamatanya dengan bantuan bahunya namun gagal. Kedua tangannya kini sedang sibuk membawa buku-buku yang diminta oleh Miss Jody untuk di bagikan ke kelasnya. Karena ia sedang jadwal piket hari ini, maka ia yang harus membawanya. Meskipun ada 3 siswa lainnya yang memiliki jadwal piket yang sama, namun bisa di tebak kalau Rika merupakan orang yang praktis dan tidak akan protes akan segala ketidak adilan yang ia terima.

Rika nyaris saja terjatuh akibat usahanya untuk membenarkan kacamatanya yang mengakibatkan keseimbangan tubuhnya menjadi goyah. Namun tangan seseorang dari belakang berhasil menarik Bahu Rika hingga Rika dan buku bawaannya berhasil selamat.

Rika berbalik dan ia hanya bisa melihat laki-laki berwajah buram akibat kacamatanya yang masih di pangkal hidungnya. Sekali lagi ia mencoba membenarkan posisi kacamata terkutuk itu, namun laki-laki di depannya sigap mendorong dan membenarkan kacamata Rika.

Setelah berhasil melihat dengan jelas, Rika hanya bisa terbengong dan melotot tidak percaya dengan pengelihatannya. Channing tatum KW1 yang kemarin ia lihat di kantin, kini berada di hadapannya. Dan Channing tatum KW1 ini baru saja menangkapnya yang nyaris terjatuh dan membenarkan letak kacamatanya.

Laki-laki itu tersenyum melihat Rika yang membeku di tempatnya. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya. Rika tidak menjawab. "Hei, Kau mengerti bahasa Inggris?" Tanyanya lagi seraya melambaikan tangannya tepat di depan wajah Rika. "Hello.."

Rika mengerjap kaget dan menyadari sikap bodohnya itu di depan Channing Tatum KW1. "M-Maaf. Dan... Terima Kasih." Gumam Rika pelan masih terlihat bodoh. Laki-laki itu tertawa.

"Aku Michael. Panggil aku Mike. Aku anak kelas 11.2A, Siapa namamu?" Tanya Laki-laki bernama Mike itu.

"Channing Tatum...." Gumam Rika tidak sadar.

Mike mengernyit bingung mendengarnya. "Kau perempuan dan memiliki wajah Asia yang kental sekali. Tetapi kau memiliki nama yang cukup Unik untuk Perempuan sepertimu." Tawa Mike terdengar.

Rika kembali mengerjap seakan baru sadar dari alam bawah sadarnya. "a-Ah.... Maksudku... Namaku Rika. Rika Chinatsu. Kelas 10.1"

"Another Japanese here, huh?" Gumam Mike. "Baiklah, Rika-Chan. Kau mau kemana? Biar kubawakan buku-bukumu."

Rika memiringkan kepalanya bingung mendengar tanggapan Mike mengenai orang Jepang baru. Memang tidak banyak siswa Jepang yang bersekolah disini, tetapi siswa Jepang masih tergolong lumrah. "Ke kelas ku." Gumam Rika.

"10.1?" Tanya Mike lagi. Mike lalu memutarkan kepalanya kearah datangnya Rika tadi dan menunjuk ke salah satu papan. "Kau sudah melewatinya sebanyak 3 kelas."

Rika menyipitkan matanya dan membelalak dengan sukses. Ia terlalu sibuk dengan kacamatanya hingga ia tidak sadar - atau mungkin tidak bisa melihat dengan jelas - kalau ia sudah lewat tempat tujuannya.

"Kacamatamu, Minusmu sangat besar ya?" Tanya Mike penasaran. Wajah Rika memerah dengan sempurna mendengar pertanyaan atas kebodohannya sendiri. "Baiklah, Aku akan membantumu membawa buku-buku ini ke kelasmu."

Mike baru saja ingin meraih Buku-buku dalam pegangan Rika, namun Rika dengan cepat bergerak mundur. "Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Ujar Rika yang langsung berlari menjauhi Mike. Namun tidak berapa lama, Rika berhenti dan berbalik lalu membungkuk. "Sekali lagi terima kasih."

Mike tertawa melihat punggung Rika yang menjauh dan menghilang di balik tembok dengan papan bertuliskan 10.1. "Anak yang aneh." Gumamnya.

*

Rika berhasil mendapatkan pesanan strawberry milkshakenya setelah antriannya banyak dipotong oleh orang lain dan ia harus menunggu hampir 20 menit. Kalau bukan karena Rika lupa membawa botol minumnya, dan Ia bisa menahan rasa hausnya sampai Pulang sekolah nanti, Rika tidak akan berada di kantin yang penuh dengan orang-orang kelaparan.

Rika menghela nafas panjang seraya menyesap Strawberry Milkshakenya dan menghindari tubuh orang-orang yang berjalan seakan tidak melihat dirinya ada di depan. Rika terhenti di lorong penghubung Kedai penjual makanan dan meja-meja makan. Bukan karena Rika sedang mencari tempat kosong, tetapi ia sedang mencari celah untuk lewat ke koridor kelas. Tidak ada jalan lain selain melewati meja-meja kantin yang tadinya kosong saat Rika datang, dan sekarang sudah penuh sesak dengan kumpulan siswa siswi yang sedang asik mengobrol dan makan.

Setelah meyakinkan diri untuk melewati meja-meja makan itu, Rika melangkah dengan hati-hati sambil melihat depan dan bawah bergantian. Ia takut kalau ada kaki iseng yang menjungkat kakinya secara tidak sengaja.

Setelah hampir sampai ke koridor penghubung Kelas dan Kantin, Rika yang masih berhati-hati melihat depan dan bawahnya itu ternyata tidak waspada terhadap serangan belakang. Seorang murid yang tadinya membungkuk, tiba-tiba berdiri dan menabrak tubuh Rika membuat Rika terhuyung kedepan dan terjatuh.

Yang membuat Rika kaget, bukanlah kejadiannya, namun Milkshake di tangannya sudah menghilang. Dengan takut bercampur malu, Rika memberanikan diri menoleh ke atas di tengah-tengah tawa yang membahana di Kantin tersebut. Ia benar-benar berharap kalau Milkshakenya dengan ajaib masuk ke tempat sampah sehingga ia tidak perlu membersihkan sisa noda Milkshakenya di lantai atau di meja.

Namun harapan itu sirna dan ketakutan Rika memuncak begitu melihat Wajah seseorang yang penuh dengan noda berwarna Pink dari rambut hingga ke seragamnya. Dua orang di sampingnya yang menyaksikan adegan Milkshake nyasar itu hanya bisa terbengong melihat temannya.

Laki-laki itu mengusap Milkshake yang menutupi Matanya perlahan dan membuka matanya untuk melihat Pelaku pelemparan Milkshake itu yang ternyata tepat berada di hadapannya sedang terduduk dan melihat kearahnya dengan ketakutan.

Perempuan disampingnya dengan beringas ikutan menatap Rika yang masih tidak sadar akan bahaya yang tengah mengincarnya hari ini dan sekarang ini juga. Lalu laki-laki yang juga berada di hadapan perempuan itu, sibuk mengeluarkan dan menyeka Milkshake dari wajah temannya. Dan secara tidak sadar laki-laki itu ikut menoleh kearah yang sama dan terbelalak.

"Rika-Chan?" Panggil Mike ketika sadar Rika terduduk dan kembali kehilangan kesadarannya seperti tadi pagi.

"Kamu kenal dia, Mike?" Tanya Perempuan itu kesal.

Mike mengangguk antara yakin dan tidak yakin. "Aku tidak sengaja bertemu dengannya tadi pagi."

Perempuan itu mendengus. Ia berdiri dan berkacak pinggang di hadapan Rika. "Berdiri! Kau tidak punya mulut untuk meminta maaf?" Tanya Perempuan itu dengan tatapan tajamnya.

Rika tidak juga sadar dengan kekacauan di sekitarnya ia hanya menatap Perempuan itu kosong. Hancur sudah tekat Rika untuk berusaha tidak terlihat dan melewati masa SMAnya dengan tenang. Kini Rika sudah menjadi tontonan Publik di Kantin sekolahnya yang penuh dengan Siswa Sekolahnya.

Perempuan itu geram melihat Rika yang hanya terdiam dan melihatnya dengan tatapan tidak bersalah. Perempuan itu meraih Gelas yang berada di dekatnya dan hendak membalas menyiram Rika, namun tangan Mike menghentikan geraknya.

"Alika, Stop." Gertak Mike.

"Apaan sih, Mike?" Bentak Alika tidak terima. "Temanmu di siram oleh perempuan ini, dan kau lebih memilih membela dia daripada temanmu sendiri?"

"Bukan seperti itu." Keluh Mike. "Setelah ini juga jadwal kita adalah Olahraga, Bukan? Rei bisa mandi dan berganti dengan pakaian olahraga. Tapi kalau Rika?"

"Tetap saja, Mike. Orang ini harus mendapatkan pelajarannya. Seenaknya saja menumpahkan minuman lengket ini ke orang lain dan tidak meminta maaf dan dia harus lepas begitu saja tanpa pelajaran." Geram Alika.

"Sudahlah, Rei juga tidak berkata apapun. Lagipula Rika anak baru disini, setidaknya maafkanlah dia sekali ini." Bujuk Mike melirik Pria yang sepertinya bernama Rei yang masih terdiam.

Alika menarik lengan Rei. "Rei, Katakan sesuatu agar perempuan culun ini tahu diri." Bujuk Alika.

"Rei, Bisakah kau lupakan hal ini? Lagipula lihatlah Ri... Maksudku anak itu. Ia terlihat ketakutan hingga tidak bisa berkata-kata. Kau juga akan berganti baju olah raga nanti, kan?" Mike seakan menyiramkan Air keatas Api yang sedang disulut oleh Alika.

Rei menoleh kearah Mike sebelum akhirnya menoleh kearah Perempuan yang dari tadi di panggil Rika oleh Mike. Rei bisa merasakan kalau Mike benar-benar ingin melindungi Perempuan ini karena Mike tidak pernah bersikap melindungi seorang perempuan sebelumnya.

"Untuk kali ini, Kulepaskan kau karena Mike. Tapi lain kali, nasibmu tidak akan seberuntung ini." Gertak Rei yang hanya disambut dengan pandangan tidak percaya dari Alika. Namun pada akhirnya Alika mengikuti sikap dingin Rei dan berbalik meninggalkan Rika yang masih terdiam tanpa suara.

Mike secara mengejutkan, tetap tinggal dan hanya tersenyum melihat kepergian Rei dan Alika. Ia lalu beralih ke arah Rika yang masih terlihat seperti kehilangan jiwanya itu dan membantunya untuk berdiri dengan menawarkan tangan ke arah Rika.

"Kau bisa berdiri?" Tanya Mike. Jiwa Rika masih tidak berada di dalam tubuhnya saat ini, Rika tidak memberikan tanggapan. Mike tertawa lalu meraih lengan kecil Rika dan menariknya berdiri.

Mike sadar kalau seisi kantin tengah melihat kearah mereka sekarang, lalu Mike langsung menarik Rika menjauh dari Kantin itu untuk sementara waktu.

Rika hanya bisa pasrah ditarik oleh Mike. Meskipun kakinya tidak memiliki tenaga untuk berdiri, namun ia juga tidak mau untuk menetap di lantai dingin Kantin tersebut.

Mike menarik Rika hingga ke Taman di gedung belakang sekolah. Baiklah, ini tidak bisa disebut dengan taman karena isinya penuh dengan rumput liar dan juga batang pohon besar yang sudah dipotong menjadikannya sebagai tempat untuk duduk. Ini lebih cocok untuk disebut Ladang belakang sekolah.

Mike membelakangi Rika dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Rika hanya memiringkan kepalanya bingung dengan Mike yang tiba-tiba tertawa.

"Kau benar-benar lucu sekali, Rika-Chan." Komentar Mike. "Kenapa setiap kali aku bertemu denganmu saat keadaanmu sedang tidak normal?" Tanyanya Bingung. "Tadi pagi aku bertemu denganmu saat kau sedang berusaha membenarkan letak kacamatamu sampai kau melewati kelasmu tanpa sepengetahuanmu. Dan sekarang kau hfft... Kau menumpahkan Milkshake ke Rei dan, oh ya Tuhan... Ekspresimu lucu sekali."

Rika tersipu malu mendengar komentar Mike. Ia benar-benar tidak tahu dan tidak berani untuk berkata apapun tadi. Ia tidak mempunyai cukup persiapan untuk mendadak terkenal seperti tadi.

"Sudahlah... Tidak perlu kau pikirkan lagi." Mike mengusap rambut Rika. "Aku yakin Rei akan melupakan kejadian itu suatu saat nanti."

Rika mengangguk. Ia sadar betul kalau ia belum mengucapkan maaf kepada Rei dan juga terima kasih kepada Mike yang sudah berjasa menolongnya. "T-Terima Kasih." Gumam Rika perlahan.

Mike menoleh kearah Rika yang tertunduk lalu tertawa lagi. "Kupikir kau mengalami kesulitan untuk berbicara." Ejek Mike. "Kau sepertinya merupakan seorang pemalu akut, ya?" Tebak Mike tepat.

"I-Itu... Mereka... Temanmu?"

"Ya, Begitulah. Rei Hinata orang yang terkena Milkshakemu, Teman sekelasku dan juga sahabatku sedari kecil. Dan perempuan tadi namanya Alika. Anak kelas 11.3A dan juga pacar Rei. Dia memang seorang yang tempramen, mungkin karena ia Cantik dan juga populer disini, ditambah pacarnya Rei juga murid terkenal disini." Mike menjelaskan secara lengkap meskipun pertanyaan Rika termaksud singkat dan hanya memerlukan jawaban berupa ya atau tidak.

Rika mengangguk mengerti. Biar bagaimanapun, ia harus meminta maaf atas perbuatannya. Tadi Mike bilang kalau setelah ini, kelas mereka ada pelajaran olah raga, bukan? Sebaiknya Rika memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta maaf. Pasti Alika tidak ada di samping Rei saat itu.

"Kau tidak perlu memikirkan cara untuk meminta maaf pada Rei." Kata Mike. Rika langsung membulatkan matanya dan menatap Mike heran. Apakah Mike bisa membaca pikiranku? "Ku yakin Rei juga tidak ingin bertemu denganmu saat ini." Lanjut Mike yakin.

"Tapi, Aku harus meminta maaf padanya. Setidaknya aku harus mencuci pakaiannya." Sesal Rika.

"Aku mengenal Rei, Rika-Chan. Kau lebih baik jangan muncul di hadapan Rei lagi dalam waktu dekat ini." Tegas Mike. "Ia tidak akan senang meskipun kau bersedia mencuci bajunya dengan sikat gigi sekalipun."

Rika hanya terdiam menerima masukan dari Mike. Mike memperingati Rika seakan Rika berurusan dengan orang yang salah saat ini. Dan untuk saat ini, Rika hanya mengangguk dan memilih untuk sekali lagi menurut.

*

Rei mendrible Bola basket di tangan kanannya dengan cepat dan melakukan Lay-up lalu menangkap kembali Bola yang masuk kedalam Ring basket tersebut. Mike kemudian berjalan dan mencoba untuk merebut bola yang sedang berada di tangan Rei dengan melakukan pertahanan.

"Hei, Mike." Panggil Rei tanpa mengalihkan pandangannya dari kaki dan tangan Mike untuk mewaspadai gerakan menyerang Mike.

Mike bergumam menyahut panggilan Rei.

"Kenapa kau membantu Gadis itu?" Tanya Rei Akhirnya.

"Maksudmu Rika-Chan?"

"Dia Orang Jepang? Kenalanmu?"

Mike merebut bola yang berada di tangan Rei lalu mendriblenya kemudian melakukan shot, dan mereka kembali ke posisi awal, namun kini Mike yang mempertahankan Bolanya. "Aku baru bertemu dengannya Pagi tadi." Ujar Mike. "Dan dia sedikit ceroboh."

"Kenapa kau bisa tiba-tiba membelanya?" Rei mencoba merebut bola dari tangan Mike, namun tangan dan tubuh Mike dengan cepat menghindar. "Ini tidak seperti dirimu." Lanjut Rei.

"Entahlah.." Mike mencoba melakukan Shot namun terpental akibat menabrak Papan Ring. "Ia terlihat ketakutan tadi. Aku hanya ingin melindungi yang lemah." Ujar Mike seraya tertawa.

"Aku tidak ingat kapan terakhir kali kau berbicara mengenai seorang perempuan." Pancing Rei yang sudah mendapatkan Bola basket dari tangan Mike.

"Aku hanya merasa ia perlu dilindungi dari Serigala betina dan juga serigala Jantan yang siap menerkamnya hidup-hidup." Ejek Mike.

"Maksudmu, aku dan Alika?" Dengus Rei tidak terima namun tertawa juga.

"Aku tidak mengatakannya." Mike berpura-pura tidak tahu. "Aku hanya menganggapnya lucu, itu saja." Mike menegaskan sekali lagi. "Kau tidak perlu berpikir macam-macam."

"Aku juga tidak mau berpikir macam-macam. Setidaknya tidak pada Gadis seperti itu." Gumam Rei masih kesal dengan Rika. "Aku tidak akan setuju kalau kau memutuskan untuk berhubungan dengan Gadis culun sepertinya."

Mike tertawa dengan keras."Kau berpikir terlalu jauh, Rei!" Komentar Mike. "Dan lagi, Namanya Rika."

"Ya ya ya, Aku tidak peduli." Ucap Rei cuek.

Rei benar-benar tidak peduli pada Gadis itu, Nama, asal usul, dan apapun mengenai gadis itu. Karena bagi Rei, Gadis itu tidak lah lebih dari gadis-gadis lain selain Alika. Ditambah dengan penampilan culun Gadis itu yang membuat bulu kuduk Rei berdiri dan merasa sedang berada di Gedung tua sebuah sekolahan di Jepang yang penuh dengan Hantu seorang gadis yang putus cinta. Kebanyakan penampilan hantu-hantu disekolahan adalah seperti Rika itu. Dikuncir dua dan berkacamata tebal. Memikirkannya saja sudah membuat Rei merinding disko.

***

TBC

Oke, So here's the deal guys. *ciailaaah

Cerita ini adalah karya pertama aku setelah My maid is a Princess (yang sedang aku ikut sertakan lomba di GWP) dimana aku sama sekali GAK PERNAH publish dimanapun.

Story ini udah 2 tahun mendekam di laptop aku. Dan aku baru ketemu beberapa minggu lalu, kemudian setelah aku baca aku kayak wah gue pernah tulis ini?

Dan mengikuti saran dari penerbitku, aku akhirnya mempublish story ini sebelum dibukukan sekalian menyelesaikan ending yang masih belum kelar aku tulis semenjak 2 tahun.

Semoga kalian menyukainya dan jangan lupa tinggalkan vote dan Commentnya kalau kalian suka ^^

Ps. Update setiap hari might be possible dikarenakan beberapa part sudah standby, dan hanya perlu revisi. 😉😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro