Panic attack
[Name] tertawa bersama sahabatnya, kedua gadis itu kini baru saja keluar dari gerbang sekolah, bel pulang telah berdering beberapa menit yang lalu.
"Rasanya jadi aneh setelah dua Minggu tak sekolah," ucap sahabat [Name] sambil merangkul bahu gadis itu.
"Kau pulang dengan pacarmu?" tanya [Name] sambil menunjuk kearah halte, di sana, tak jauh dari halte bus seseorang familiar berdiri di samping sebuah motor sport berwarna merah, kekasih sahabatnya.
"Eh? Dia menjemputku?" bingung sahabat [Name].
"Loh? Kau ini bagaimana mana sih! Kekasihmu datang menjemput malah tak tahu!" ucap [Name] sambil menepuk pinggang sahabatnya itu.
"Aku tidak mengabarinya untuk menjemputku perasaan," ucap gadis ber-name tag Yerim itu, Na Yerim.
"Bersyukurlah punya pacar peka seperti dia! Tak perlu mengkode-kode!" [Name] mendorong pelan bahu Yerim untuk berjalan ke arah pemuda itu.
"Sana pulang!" suruh [Name], Yerim langsung mengerjapkan matanya, "Lalu kau? Naik bus sendirian begitu?"
"Tidak, aku akan naik taksi online! Tenang saja! Aku bukan anak kecil!" ucap si surai silver.
Yerim mengerucutkan bibirnya, "Ah! Aku kasihan padamu! Kau yakin, [Name]? Aku bisa menyuruhnya pulang dan naik bus seperti biasanya bersamamu loh."
"Eh? Jangan begitu! Kasihan dia sudah jauh-jauh kemari untuk menjemputmu, kau pernah bilang dia tinggal di Gangbuk kan?"
"Ya.." Yerim menggaruk tengkuknya lalu melirik kearah kekasihnya, pemuda itu tersenyum kearahnya, sontak saja Yerim salah tingkah.
"Sudah sana pulang!"
"Huhu.. maaf ya, [Name]~" Yerim memasang raut sedih dan tak tega.
[Name] tertawa sambil melambaikan tangannya pada sahabatnya itu, ia memperbaiki posisi tas di bahunya, "Hati-hati di jalan!"
"Kau juga!" teriak Yerim sambil berlari kearah kekasihnya yang sudah bersiap menaiki motor.
Brrmm!!
Kini tinggal [Name] berdiri sendiri tanpa partner di depan gerbang sekolah, gadis itu melangkahkan kakinya ke halte lalu mendudukan dirinya di sana.
Ia membuka resleting tasnya lalu mengambil ponsel yang tersimpan di dalam bersama beberapa buku, tangannya tergerak berniat memesan sebuah taksi online.
Tap
Tap
Tap
Tap
"Siapa mereka?"
"Eh!? Bukankah mereka dari Gangbuk? Buat apa mereka kemari?"
"Crew baru dari Gangbuk itu kan?"
"Seram.."
"Yang rambutnya hijau itu pemimpinnya pasti!"
"Eh? Mereka berjalan kearah [Name]!"
"[Name] siapa? Gadis yang duduk sendirian di halte itu?"
"[Name] ada hubungan dengan mereka?"
[Name] yang semula menunduk menatap layar ponsel langsung mendongak saat mendengar bisik-bisik yang lumayan terdengar jelas menyebutkan namanya.
"Ada ap-" ucapan gadis itu terpotong karna melihat seseorang berdiri di hadapannya.
"Dia gadis di foto itu kan?" orang itu melirik kebelakang, lima orang di belakangnya mengangguk, salah satu dari mereka nampak membandingkan wajah [Name] sekarang dengan sebuah foto di ponsel, ia Dae Kyung.
"Iya, dia pacar cowok sialan itu!" ucap Kyung sambil menunjuk [Name].
Si pemilik manik abu-abu mengerjap bingung, tangannya meremat ponsel di genggamannya yang nampak sedang memanggil nomor seseorang, berdering namun tak diangkat.
"Ada apa?" [Name] angkat suara, kini dirinya dan orang-orang berbadan besar di hadapannya menjadi pusat perhatian para murid-murid yang masih berada di sekitar sekolah.
"Dia cantik juga."
"Main-main dengannya dulu yuk, bos!"
"Dadanya lumayan tuh!"
[Name] melototkan matanya saat mendengar lontaran tak layak keluar dari mulut para laki-laki itu, satu orang yang berdiri paling depan menunjukan sebuah senyum menjijikan, [Name] muak dan jijik.
"Hei! Jaga mulutmu! Yang baru saja kau lakukan itu pelecehan!" bentak [Name], ia merasa dilecehkan.
"Wow! Lihat dia! Penuh adrenalin!"
"Hahaha, membuatku semakin ingin mendapatkannya!"
"Kita main-main dulu yuk, bos!"
Mata [Name] memanas, hatinya berdenyut sakit, ia direndahkan, gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan tangis, lalu dengan sekali sentakan dia berdiri sambil memegang erat ponsel dan tasnya di tangan kanan, tangan kirinya ia gunakan untuk menunjuk salah satu pemuda yang berdiri paling depan.
"Kau pikir itu keren?! Menjijikan, bodoh!" geram [Name].
"Benarkah?" pemilik surai hijau terang memeletkan lidahnya mengejek.
"Hei! Berhenti mengganggunya!"
Seorang laki-laki berseragam sama dengan [Name] datang, kemudian dia mengelus bahu [Name] memenangkan, dia salah satu teman sekelas [Name], Woojin namanya. Satu-satunya orang yang berani menolong [Name] saat itu.
Orang-orang di sekitar tak berani menolong [Name] karna tahu pada siapa mereka akan berhadapan, salah satu anggota terkuat crew XYZ, Jiho, si rambut hijau terang.
"Wah? Siapa ini? Selingkuhanmu, jalang kecil?" Jiho menatap rendah Woojin, sontak saja pemuda berambut coklat itu mengeluarkan tatapan tak suka.
"Siapa kau? Kenapa menggangu, [Name]?!"
"Huh? Mengganggu katanya? Kita mengganggu ya?" Jiho mengorek telinganya lalu melirik kebelakang seolah bertanya pada lima orang di belakangnya.
"Kita tidak mengganggu kok," Jiho tersenyum lalu berkata, "Mengganggu itu kan yang seperti ini."
Bugh!
Sebuah bogeman kuat Jiho hantamkan pada wajah Woojin, pemuda itu langsung terlempar ke atas kursi halte di belakangnya.
Para penonton di sekitar langsung memekik kaget, beberapa orang berbisik-bisik.
"Hei! Itu keterlaluan!"
"Cepat telpon 911!"
"Berapa nomor 911?!"
"JANGAN ADA YANG BERANI MENELPON POLISI ATAU AKAN KUHAJAR KALIAN SATU-PERSATU SEBELUM POLISI DATANG!" Jiho berteriak memperingati, sontak saja suasana langsung hening.
"Nah! Begitu dong!" salah satu laki-laki yang berdiri di belakang Jiho tertawa, "Jangan buang-buang tenaga!"
[Name] menangis sambil membantu Woojin untuk berdiri, gadis itu merasa sangat bersalah, sangat, teman sekelasnya itu tak salah apa-apa.
"Maaf, Woojin. Maaf!" isak [Name], Woojin yang mimisan terkekeh, "Seharusnya aku yang meminta maaf karna tak bisa-"
"Tidak! Kau-" [Name] menggigit bibir bawahnya kuat-kuat saat Woojin meringis kesakitan sambil menyentuh hidungnya, matanya sampai memejam.
Sekelebat ingatan masa kelam menghantam kepala [Name], gadis itu tiba-tiba menegang kaku dan wajahnya memucat. Bisikan-bisikan gaib menyalahkan dirinya mulai terdengar bersahut-sahutan di telinganya.
"Maaf, Woojin!" setelah mengucapkan hal itu langsung saja [Name] luruh ke tanah, menunduk, kemudian badannya gemetar hebat, nafas gadis itu tiba-tiba naik-turun tak stabil, dia terlihat sulit bernapas, sontak saja orang-orang di sekitar memekik khawatir.
"Hei! [Name] kenapa?!"
"Dia punya asma?!"
"Dia panic attack!"
"Ya ampun! Dia panic attack!"
"Tolong dia, hei!"
Jiho mengangkat tangannya sambil mengepal, memperingati orang-orang di sekitarnya untuk kembali diam dan jangan mendekat.
"KALIAN DIAM!"
Mereka sontak kembali tenang, namun wajah mereka khawatir, [Name] sedang di ujung tanduk, wajah gadis itu pucat pasi! Panic attack bukan hak sepele!
Woojin kebingungan, ia berusaha memandu gadis bersurai abu-abu di dekatnya untuk bernafas normal.
"[Name]! Bernapaslah pelan-pelan!" Woojin menepuk-nepuk bahu gadis itu, manik abu-abu [Name] bergerak liar kesekitar nampak tak sadar, tangannya menggaruk leher hingga menimbulkan luka.
"Hahaha! Gadis itu gila!" Kyung, pemuda yang memegang ponsel itu tertawa keras, di ikuti empat orang di dekatnya.
"Siapa yang kau sebut gila?"
Suasana tiba-tiba dingin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro