Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

She Owns the DEVIL Prince | Part 71 - I'm Only Human [full chapter]

HOLA!!

HAPPY READING!

JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH YA!

Hope you like it!

Jam berapa kalian baca ini?

BTW BACA SEMUA DARI AWAL YA. PART KEMARIN ADA YANG DY UBAH + TAMBAHIN, BIAR FEELNYA NGENA.

4000 KATA, KALAU MASIH KURANG DY SANTET BENERAN KALIAN!

"Dan soal saudaranya, aku sarankan jangan terlalu mempercayainya. Sifat mereka sepertinya sama." Itu pesan Andres beberapa hari yang lalu sebelum keluar dari kantor Xavier.

Well, mengingat itu mau tidak mau saat ini Xavier tersenyum pedih. Karena faktanya, bukan hanya sifat mereka yang sama, tapi mereka memang orang yang sama. Xavier tidak tahu, ini memang Aurora yang terlalu pintar, atau memang dirinya yang terlalu bodoh?

Bagaimana bisa Xavier Leonidas kembali dijatuhkan oleh domino jatuh yang sama? Xavier benar-benar tidak percaya. Apalagi saat ini tiba-tiba saja rasa rindu Xavier kembali menyerebak.

Sialan,

Bahkan sekarang saja Xavier sudah merindukan Ara-nya.

***

My Playlist : Christina Perri - Human

https://youtu.be/r5yaoMjaAmE

Playlist kamu :

***

XAVIER'S Penthouse. Manhattan, NYC-USA | 09:43 AM

"Ara... Pakaikan dasiku," ucap Xavier sembari melangkah keluar dari walk in closet penthousenya. Jas Xavier terlihat tersampir di bahunya ketika jemari Xavier sendiri tengah mengancingkan kancing lengan kemejanya dengan susah payah. Oh, ayolah... Xavier terlihat benar-benar kerepotan. Apalagi lima belas menit dari sekarang dia juga harus menghadiri meeting terakhir sebelum dia secara resmi pindah ke headquarter Leonidas International di Barcelona. Tapi Aurora malah belum muncul juga. Apa jangan-jangan wanita itu masih sibuk membuat matcha tea seperti biasanya?

Xavier berdecak kesal.

"Ara... Matcha teaku nanti saja. Sekarang dasiku du-" Ah, sialan.

Haha, ayolah.... Memangnya siapa yang Xavier pikir sedang dia ajak bicara? Siapa yang sedang Xavier tunggu? Dan siapa yang sedang Xavier harapkan? Bukankah selama empat hari terakhir Xavier juga hanya tinggal sendirian di penthousenya? Tanpa Aurora. Tanpa domino jatuh itu.

Well, sepertinya keputusan Xavier untuk menyakiti pembawa masalah itu memang berakhir sukses. See? Saat ini Victoria Cercadillo bahkan sama sekali tidak terlihat ingin menunjukkan dirinya lagi. Dia pergi. Persis seperti apa yang Xavier mau.

Tapi...kenapa? Di sisi lain semua ini malah membuat Xavier nyaris gila. Ketidak hadiran Aurora memengaruhinya. Bukan hanya waktu tidur Xavier yang berakhir kacau, tapi tidak sekali dua kali Xavier lupa akan hal itu dan bertingkah seakan-akan Aurora masih dengannya. Dan ketika Xavier tersadar, seketika itu pula emosi Xavier gampang tersulut.

Seperti sekarang....

ADAM'S Skyscraper Building. Manhattan, NYC-USA | 09:58 AM.

"Apa ini?! Laporan seperti apa ini?! Kau baru bekerja tiga hari dan selama itu kau terus-terusan membuat kesalahan seperti ini?!" bentak Xavier marah sembari membanting berkas di tangannya di lantai lobby. Padahal baru beberapa waktu yang lalu Xavier turun dari helicopternya, tapi sudah ada saja hal yang membuat amarah Xavier meledak.

Sekretaris baru Xavier-seorang wanita berambut merah yang terlihat masih muda itu langsung menundukkan kepalanya takut-takut. Oh, ayolah... bahkan kali ini dia sudah menunggu Xavier di helipad atas Adam's Skyscreaper Building hanya untuk segera memberikan laporan itu pada Xavier; tapi tetap saja, dia masih berakhir di marahi. Kemarin-kemarin karena alasan lelet, tidak kompeten bahkan sampai rasa matcha tea yang tidak sesuai dengan keinginan bossnya ini. Tapi hari ini, di awal mereka bertatap muka si Devil yang dengan kurang ajarnya bisa setampan ini bahkan sudah memarahinya karena laporan dimana bukan dia yang membuatnya.

"Itu laporan yang saya terima langsung dari sekretaris Mr. Claude, Sir...," ucap sekretaris itu berusaha membela diri.

Sayangnya Xavier Leonidas sama sekali tidak peduli. Xavier bahkan hanya memberikan pelengosan sebalnya dan berkata, "perintahkan dia pergi ke ruanganku," sebelum kembali meneruskan langkahnya menuju ruang kantornya.

Tanpa kata maaf.

Xavier Leonidas hanya melangkah dengan kepala tegak disertai pandangan mata angkuhnya. Lelaki itu bahkan sama sekali tidak merespon pada pegawai-pagawai yang langsung berhenti dan menundukkan kepalanya begitu Xavier lewat. Ah, itu juga...kali ini tidak ada sama sekali kalimat sapaan dari para pegawai itu seperti beberapa bulan belakangan. Itu karena kabar jika sisi Devil Xavier Leonidas sudah kembali sudah tersebar cepat ke seluruh devisi perusahaan selama beberapa hari terakhir. Ayolah... bagaimana tidak jika bukan hanya satu dua orang yang sudah menjadi korban Xavier? Bahkan katanya, direktur perencanaan keuangan Adam's Group juga lebih memilih menghubungi Xavier lewat panggilan telpon saja.

That Devil is Back. Itu kata mereka.

Bahkan Xavier Leonidas yang sekarang katanya lebih mengerikan. Lebih baik tidak bertemu dengannya dibanding tanpa sengaja berbuat salah di mata lelaki itu. Bahkan saat ini mungkin sebagian besar pegawai wanita yang sejak dulu sudah mengidolakan CEO Leonidas International ini juga lebih memilih agar si charming itu cepat-cepat pindah ke Barcelona dibandingkan harus terkena amukannya. Semengerikan itu.

"Anda sudah di tunggu di ruang meeting, Tuan muda."

Namun tetap saja, dari semua orang, hanya Christian yang tidak terpengaruh dengan perubahan Xavier. Mungkin itu karena Christian memang sudah mendampingi Xavier sejak lelaki ini kecil.

"Pastikan sekretaris tidak kompeten itu sudah menyiapkan semua yang aku perlukan, Chris...."

Christian mengangguk.

"Nyonya Anggy tadi juga menghubungi saya," ucap Christian lagi beberapa saat sebelum Xavier bergerak masuk ke dalam ruangannya. "Beliau meminta Tuan muda dan Nona Aurora kembali ke mansion. Katanya ada beberapa hal yang perlu di urus untuk persiapan pernikahan kalian."

Sialan. Victoria sialan.

Xavier langsung mengepalkan tangannya bebarengan dengan bibirnya yang menyunggingkan senyuman sinis. Well, sebenarnya bisa saja Xavier membawa Aurora kembali sekarang juga. Jadi Xavier tidak perlu bersusah payah untuk menghindari pertanyaan Anggy terlebih semua kenangan mereka di mansion itu. Toh selama Aurora mengenakan kalung ursa minor pemberiannya, bukan masalah besar bagi Xavier untuk menemukannya sekalipun ke ujung dunia. Empat hari terakhir saja Xavier tahu jika Aurora tengah berada di kediaman pribadi keluarga Petrov yang ada di Brooklyn. Well, tidak jauh sebenarnya.

Tapi tidak... Biarkan saja. Xavier tidak mau menyusulnya. Persetan dengan perasaan Xavier yang sudah sangat merindukannya. Persetan juga jika semuanya kini terasa lebih besar dan menjemukan tanpa ada Aurora. Toh, ini cuma masalah waktu. Bukankah dulu Xavier juga pernah berhasil menghilangkan Victoria dari kepalanya? Saat ini Xavier hanya perlu menghapus Aurora Regina dengan cara yang sama.

"Katakan saja pada Mommy aku masih sangat sibuk," ucap Xavier tidak acuh. Xavier sudah tidak peduli. Domino jatuh itu seharusnya memang tidak pernah masuk ke dalam kehidupan Xavier lagi. Biar saja dia menghilang seperti gelembung seperti di cerita little mermaid. Bukankah Aurora juga tidak menyukai cerita Cinderella?

"Ex-ee-vii-ee ...."

Sialan. Victoria benar-benar sialan. Berbading terbalik dengan yang Xavier pikirkan, wanita itu sepertinya memang berniat membuat semuanya tidak mudah. Lihat saja, disaat Xavier baru saja bertekad, tanpa disangka-sangka dia malah menemukan Aurora di dalam ruang kerjanya.

Ya, Aurora terihat berdiri di tengah ruang kantornya. Tersenyum tipis dengan wajah pucat pasi, sementara tubuhnya terbungkus dengan mantel hijau tebal. Oh, God.... Apa dia sakit?

Dada Xavier serasa diremas. Membuatnya langsung mengepalkan tangannya kuat untuk menahan diri agar tidak memeluk Aurora erat. Aurora terlihat sangat rapuh. Tapi tidak... tidak boleh. Semua ini sudah cukup. Xavier tidak ingin membiarkan domino jatuh seperti dia kembali mengacak-acak kehidupannya lagi.

"Hai," ucap Xavier berbasa-basi.

Aurora kembali tersenyum. "Hai?" ulang Aurora dengan miris, seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Xavier. "Selama beberapa hari terkakhir ini aku menunggumu menghubungiku. Dan sekarang kau hanya berniat mengucapkan kata itu?"

Xavier mengabaikan ucapan Aurora dan memilih untuk duduk di kursi kebesarannya. Christian sendiri langsung keluar dan membiarkan mereka berdua. Aurora sendiri langsung membalik tubuhnya dan menatap Xavier. Membuat mereka berdua hanya dibatasi oleh meja kerja besar Xavier saja.

"You know you've hurt me, right? Don't you want to give me an explanation for that?"

Xavier langsung mengalihkan pandangannya, sama sekali tidak berniat menatap Aurora apalagi merespon pertanyaannya.

Well, lagipula untuk apa? Toh nyatanya mereka berdua dengan sadar sudah sama-sama menyakiti. Dan kenapa juga wanita ini sok meminta sekali meminta penjelasannya? Apa wanita ini tidak memiliki kaca? Ayolah... selama ini Aurora juga pernah berniat menjelaskan siapa dirinya. Malah yang Xavier tahu, ketika enam tahun yang lalu Victoria Cercadillo sudah berhasil menghancurkan hidup Xavier Leonidas dengan tingkahnya, kali ini Aurora Regina kembali menghancurkan Xavier dengan kebohongannya. Dia tidak pernah berubah. Seharusnya wanita ini memang tidak perlu ada. Persis seperti little mermaid. Toh di akhir cerita pangerannya juga masih bisa berbahagia sekalipun duyung menyedihkan itu sudah menjadi busa.

Sementara itu di sisi lain keterdiaman Xavier nyatanya membuat Aurora kembali tersenyum miris. Haha, lucu sekali. Memang apa yang Aurora harapkan? Sungguh, melihat Xavier yang seperti ini nyatanya membuat hati Aurora sakit. Bodohnya dia. Seharusnya memang dari awal Aurora memang tidak perlu datang hanya untuk memberi Xavier kesempatan menjelaskan. Ayolah... ketika jelas-jelas dia mendapati tidak ada niatan Xavier untuk menghubunginya sama sekali, seharusnya dia sudah bisa menyimpulkan jika itu pasti dikarenakan tidak ada hal yang memang perlu Xavier jelaskan. Lelaki ini memang bersalah.

Oh, God.... Akhirnya semuanya terbuka sekarang. Andres Lucero memang berengsek, tapi kata-kata kadang memang ada benarnya. See? Ketika hubungan mereka sudah se-serius ini, bahkan setelah sumpahnya saat itu, Xavier masih saja bisa setega itu mengkhinatainya dengan berhubungan dengan wanita lain. Lalu bagaimana dengan dulu sekali? Ketika mereka masih berpacaran dan terpisah jarak karena Xavier kuliah di Amerika? Pasti lebih parah lagi.

Tapi sudahlah, lupakan saja. Toh nyatanya saat ini Xavier jelas-jelas sudah berselingkuh dengan Kendra Mikhailova. Gadis pendiam yang ketika high school dulu sempat Aurora rasa lebih cocok untuk Xavier dibanding dirinya. Kendra....memiliki semuanya. Dia cantik, berbakat, dan juga berasal dari keluarga besar terpandang yang kerapkali menjadi contoh keluarga harmonis yang bahagia di Rusia. Sama seperti Xavier.

Berbeda dengan Victoria. Berbeda pula dengan Aurora Regina.

Aurora mengehela napas pelan, berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Sangat sulit sebenarnya, menyadari betapa besar keingingannya untuk menangis.

Dia ingin Xavier. Dari dulu hingga sekarang dia selalu ingin Xavier.....

"Kalian berdua... Kau dan Kendra... Aku benci mengakui ini, tapi kalian memang benar-benar serasi," ucap Aurora pelan dengan pandangan mata menerawang. Kalimatnya membuat Xavier kembali menatapnya. Sekali lagi dengan tatapan datar, tanpa mau mengatakan apa-apa.

"Pantas jika akhirnya kau memilihnya. Sumpahmu saat itu.... Kau pasti juga tidak akan mengatakannya jika seandainya kau sudah menyadari itu dari awal ya kan?" ujar Aurora lagi sembari menghapus setitik air matanya dengan ujung jari.

Jangan menangis, Ara... Tidak sekarang... Jangan menangis sekarang.

Aurora menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan dirinya.

"Baiklah, aku mengerti" ucap Aurora lagi. Aurora sepertinya harus benar-benar mengakhiri ini. Lihat saja, sedari tadi sepertinya hanya dia yang bermonolog sendiri tanpa Xavier menanggapi.

"Xavier Leonidas, aku melepasmu," ucap Aurora. Kali ini disertai isakannya.

Sungguh. Sebenarnya sangat sulit bagi Aurora untuk mengatakan ini, tapi melihat respon Xavier yang hanya menghela napasnya lega sebelum memejamkan mata dan bersandar di kursinya membuat Aurora menyadari jika kalimat inilah yang sebenarnya Xavier tunggu-tunggu. Lelaki itu memang mendambakan perpisahan mereka. Aurora yang terlalu bodoh hingga berharap Xavier akan mempertahankannya.

Berusaha mengenyahkan semua kebodohannya, jemari Aurora akhirnya meraih lehernya, bergerak melepaskan kalung ursa minor yang memang tidak pernah sekalipun ia lepas sejak pertama kali Xavier mengenakan itu di lehernya.

Ursa minor... Little bear...

Sama seperti Aurora melepaskan Xavier, dia juga akan melepaskan kalung ini juga. Tidak hanya itu, Aurora juga langsung melirik jemarinya yang masih dihiasi cincin berbentuk mahkota yang juga turut disematkan Xavier ketika lelaki itu melamarnya.

Keduanya sama-sama cantik. Membuat Aurora menyempatkan diri untuk menatap kedua benda itu untuk terakhir kali sebelum menaruhnya di atas meja kerja Xavier.

"Xavier... Aku pergi," ucap Aurora pelan.

Terlalu pelan sebenarnya. Tapi itu mampu membuat Xavier kembali membuka matanya.

Bukan untuk untuk menatap Aurora, tapi pandangan mata biru Xavier lantas tertuju pada kedua benda yang Aurora taruh dengan tidak terbaca. Cukup lama, seakan pikiran Xavier tengah melayang entah kemana.

Ya, lagi-lagi Xavier Leonidas tidak mengacuhkan Aurora, membuat Aurora merasa tidak ada hal lain lagi yang bisa menahannya untuk keluar dari ruang kerja Xavier. Lagipula Victor juga sudah menunggu terlalu lama di bawah sana.

Tapi kemudian.... beberapa saat sebelum Aurora membuka pintu ruangan Xavier.

"Ara...." Xavier kembali memanggilnya.

Membuat Aurora membeku untuk sesaat. Apa... apa Xavier akhirnya memilih untuk mempertahankannya dan melepas Kendra?

Tidak. Aurora tidak ingin berharap. Tetapi nyatanya ucapan Xavier selanjutnya membuat Aurora kembali berbalik dengan harapannya yang kembali melambung tinggi.

"Ambil cicinmu lagi," ucap Xavier.

Aurora menahan napasnya. Oh, God.... Apa ini berarti.....

"Itu bukan milikku, itu milik Mommy. Jika kau memang tidak mau, kembalikan saja sendiri. Aku tidak ada urusan dengan itu."

Haha. Aurora salahm. Karena Xavier Leonidas malah mengeluarkan nada dinginnya sebelum bangkit dari berdiri dan bergerak mengambil kalung di mejanya. Setelah itu Xavier langsung melangkah menuju pintu, bukan untuk menghampiri Aurora, tapi untuk sekadar keluar dari ruangannya.

Tapi sebelum dia menghilang, Aurora masih sempat mendengar ucapan Xavier. "Gara-gara kau aku jadi terlambat meeting. Jangan membuatku lebih susah lagi dengan meninggalkan cincin sialan itu disini." Itu katanya.

Aurora memejamkan matanya. Membiarkan air matanya keluar tanpa ditahan-tahan. Tingkah dan ucapan Xavier benar-benar menohok dadanya. Haha... atau, itu dikarenakan dia masih sempat-sempatnya berharap lagi. Bodoh sekali.

Karena itu, begitu Xavier tidak tampak lagi, tubuh Aurora sudah terhempas ke lantai. Aurora menangis keras disana. Oh Tuhan... Padahal dulu selalu ada Xavier yang kerap kali memeluk Victoria ketika gadis itu menangis seperti ini, tapi tiba-tiba saat ini Xavier malah yang akhirnya menjadi alasan Aurora menangis sekeras ini.

Kali ini Aurora benar-benar menyadari jika Xavier Matthew Leonidas memang bukan prince charmingnya. Lelaki itu bukan Prince Charming Victoria Cercadillo, bukan juga Prince Charming Aurora Regina.

***

ADAM'S Mansion. Manhattan, NY-USA | 14:15 PM

"Tidak.. tidak, Nak... Kau pasti salah... Ini hanya salah paham. Little bearku tidak mungkin seperti itu, dari dulu hingga sekarang aku yang paling tahu jika dia hanya mencintaimu."

Tangisan Aurora yang awalnya sudah reda sayangnya kembali jatuh begitu dia mendengar ucapan Anggy. Ah, bukan hanya karena ucapannya, tapi itu karena dia bisa melihat Anggy juga ikut menangis sembari menggenggam pergelangan tangannya, berusaha meyakinkannya. Sialan Xavier, sepertinya lelaki itu sengaja menyuruhnya mengembalikan cincin Anggy sendiri agar dia tidak sendirian menerima respon Anggy mengenai berakhirnya hubungan mereka.

"Aku turut bersedih dan menyesal dengan bayimu. Xavier juga pasti tidak berniat begitu, dia juga pasti akan sangat menyesal jika dia tahu. Maafkan dia, Nak... Beri putraku kesempatan lagi. Selama ini dia juga pasti sudah menunjukkan betapa dia mencintaimu kan?"

"Sudah, Anggy. Sudah. Berhenti membela anak keparat itu!" Sentak Javier Leonidas dari tempat duduknya. Sentakannya tidak hanya membuat Anggy terkejut. Aurora, Victor, Nolan, bahkan Crystal yang juga berada di dalam ruangan itu juga turut terkejut juga.

Beberapa saat yang lalu Aurora sudah tiba di mansion Adams bersama Victor. Dan karena terlalu sulit bagi Aurora menjelaskan segalanya, Victor yang akhirnya mengatakan semuanya. Sayangnya disertai dengan bumbu tambahan yang membuat Xavier terdengar jahat. Entah apa yang memengaruhi Victor. Yang jelas kata-kata Victor tadi berhasil membuat Javier Leonidas dan Crystal terlalu terkejut hingga bungkam. Javier bahkan baru mengeluarkan suaranya begitu dia merasa jenuh dengan ucapan Anggy yang terus-terus membela putra mereka disaat Xavier-lah yang jelas-jelas membuat cucu pergi bahkan sebelum menghirup udara dunia.

"Dia tetap salah. Sekalipun aku yakin betul dia tidak mungkin melakukan itu, dia tetap salah! Dia sudah menghilangkan cucu kita, Anggy! Cucu kita!"

"Jabear, ayolah... bahkan Xavier sendiri bahkan masih belum tahu. Ketika dia mengetahui semua ini, sudah pasti dia yang paling terpukul, Jabear!" rengek Anggy lagi, berusaha agar Xavier tidak semakin terhakimi. Tapi Javier Leonidas tampaknya terlalu marah untuk sekadar mau peduli.

"Aku benar-benar tidak habis pikir, sebenarnya dia anak siapa? Apapun alasannya, seharusnya dia tidak melakukan hal itu. Lagipula itu memang seperti bukan Xavier. Aku jadi bertanya-tanya, apa mungkin dia sudah tahu jika Aurora itu Victoria? Makanya dia bertingkah seakan-akan dia-"

"Wait... Aurora.... Aurora itu Victoria? Victoria? Maksud Daddy Vee?" potong Crystal cepat, seakan dari seluruh kalimat Javier hanya hal itu yang menarik perhatiannya. Crystal juga langsung menatap Aurora shock, dia bahkan menutup mulutnya dengan satu tangan disaat matanya yang tadinya sudah berkaca-kaca kini semakin terlihat ingin menangis saja.

"Vee? Kau Vee yang itu?" tanya Crystal dengan suara bergetar, menahan tangisnya. Sayangnya dibanding menanggapi ucapan Crystal, Aurora lebih memilih menanggapi ucapan Javier dengan memberikan lelaki itu gelengan.

"X tidak tahu, Dad... Aku baru ingin memberitahunya dan dia-"

"Astaga! Anak kurang ajar!"

Javier Leonidas bahkan tidak perlu menunggu ucapan Aurora selesai. Itu sudah lebih dari cukup. Apalagi setelah itu dada Javier juga terasa sakit, semua ini benar-benar memukulnya. Dan Anggy sepertinya sadar itu, karena itu dia buru-buru menyuruh pelayan untuk memberi Javier minum agar dia bisa cukup tenang.

Victor sendiri yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.

"Jujur saja, sebelumnya saya benar-benar berterima kasih dengan bantuan keluarga Leonidas selama ini. Kakek juga menitipkan kata terima kasih yang tidak terbatas Anda, Sir atas bantuan yang telah Anda berikan kepada keluarga kami," ucapnya.

"Anda akan selalu diterima di kediaman kami di Rusia. Tapi untuk putra Anda. Maafkan kami. Sama seperti Anda yang menganggap putra Anda berharga, Victoria juga berharga untuk kami. Kami semua tidak bisa menolerir perbuatannya."

"Nak... Tolong jangan seperti itu," ucap Anggy pelan masih dengan isakannya. Sepertinya Anggy sudah bisa menebak akan dibawa kemana ucapan Victor ini.

"Kami akan kembali ke Rusia dua hari lagi. Victoria akan ikut dengan kami. Sekali lagi terima kasih banyak atas bantuan Anda selama ini. Saya sendiri merasa terhormat bisa berhadapan dengan Anda langsung seperti ini, Sir.... Mungkin jika Tuhan mengijinkan, kita akan bisa bertemu lagi disaat saya sudah benar-benar terjun ke dunia perpolitikan seperti yang Grandpa inginkan."

"Nak... Kumohon... Beri Xavier kesempatan. Sekali ini saja. Biarkan dia menjelaskan...."

Anggy tidak mau menyerah. Alih-alih menanggapi ucapan Victor, wanita itu malah membuat Aurora semakin merasa semakin kesulitan untuk pergi. Tapi kata iya juga sulit keluar dari mulut Aurora. Oh ayolah... Xavier bahkan tidak terlihat menyesal sama sekali.

"Baiklah, aku mengerti. Kalau memang akhirnya harus seperti ini, maka pergilah, Nak. Aku merelakanmu. Tapi berjanjilah kau harus hidup dengan bahagia dia pilihanmu. Victor, jaga adikmu ya....," ucap Javier Leonidas tanpa disangka-sangka.

Anggy langsung memekik. "JABEAR!"

"Sejak dulu sebenarnya aku juga sudah menganggapmu seperti putriku sendiri, Vee. Kau sama halnya seperti Crystal di mataku. Tapi memang kemarahanku beberapa tahun belakangan memang membutakanku. Aku menumpahkan semua kesalahan padamu disaat aku tahu kau sebenarnya juga tidak salah. Dan ketika pada akhirnya aku menyadari jika semua yang terjadi di masa lalu itu memang bukan salahmu, dengan bodohnya putraku malah menyakitimu. Aku... aku sebenarnya juga ingin membela Xavier. Tapi di lain sisi aku juga tidak terima putriku diperlakukan seperti itu. Kau masih putriku, sama seperti beberapa tahun yang lalu."

"Dad....."

Aurora terlalu terkejut hingga dia hanya bisa mengatakan kata itu. Tapi ketika Aurora melihat Javier merentangkan tangannya untuk memberi isyarat agar Aurora memeluknya, Aurora langsung berlari ke sana.

Beberapa saat selanjutnya Aurora sudah menenggelamkan tubuhnya di pelukan Javier Leonidas dan menangis keras. Well, semua ini membuat Aurora de javu. Dulu sekali Javier juga pernah memeluknya seperti ini setelah Crystal dengan mulut embernya mengatakan ucapan Victoria kecil yang berkata dia sangat ingin memiliki Ayah yang bisa memeluknya seperti Javier Leonidas memeluk Crystal. See? Perkataan Aurora yang mengatakan Crystal adalah sahabat baik yang bahkan memberilan Victoria keluarga benar kan?

Nyatanya pelukan hangat dan juga bisikan Javier Leonidas selalu bisa membuat Aurora tenang, persis seperti dulu. Bedanya kali ini tidak ada Crystal di dekat mereka, gadis itu sepertinya sudah keluar lebih dulu. Mungkin karena terlalu shock mendapati jika Victoria dan Aurora adalah orang yang sama.

Semua akhrinya terselesaikan beberapa saat kemudian. Anggy menyerah, wanita itu akhirnya bisa menerima keputusan Aurora yang ingin pergi sekalipun masih dengan berat hati. Dan sama seperti Javier, Anggy juga memaksa Aurora tetap membawa cincinnya. Mereka berkata siapapun wanita yang pada akhirnya menjadi pilihan Xavier nanti, hanya akan ada Victoria Cercadillo, ralat-Aurora Regina yang akan selalu mereka anggap menjadi menantu mereka.

"Vee....."

Aurora dan Victor baru saja sampai di halaman mansion Adams ketika suara Crystal mengehentikan langkah mereka. Aurora sendiri langsung berbalik dan mendapati jika saat ini Crystal Leonidas sudah berdiri di depan ambang pintu mansion dan menatapnya dengan wajah yang sudah penuh dengan air mata.

"Vee.... Maafkan aku.... Maafkan aku yang tidak mengenalimu. Terlebih... Maafkan aku juga yang sudah membencimu."

"Crystal....." Aurora berucap tidak percaya. Sungguh, setelah melihat sendiri betapa bencinya Crystal pada Victoria beberapa kali, sebenarnya Aruora sudah sangat ragu Crystal akan mau meaafkannya ketika dia tahu. Tapi siapa yang menyangka Crystal Leonidas malah meminta maaf padanya? Sekarang saja Crystal sudah berlari dan menubruk tubuhnya sebelum memberikannya pelukan erat.

"Aku merindukanmu, Vee! Aku merindukanmu! Aku terlalu merindukanmu hingga akhirnya aku berakhir dengan semakin membencimu!" ucap Crystal masih dengan isakannya. Crystal memeluk Aurora erat, membuat Aurora tidak bisa menahan diri untuk menangis juga.

"Aku memang membencimu karena kau melukai Xavier. Aku juga membencimu karena kau membuatku kehilangan Xavier! Tapi lebih dari itu, aku lebih membencimu karena setelah kau bukan temanku lagi, aku sendirian. Aku tidak punya teman. Aku tidak bisa menemukan teman yang tulus seperti dirimu lagi. Tidak ada... tidak ada yang mau berteman denganku dengan alasan selain aku ini putri bungsu Leonidas. Kau tahu kan betapa aku membenci orang-orang miskin seperti mereka, Vee?"

Aurora mengangguk. Dia tahu bagaimana kisah Crystal dulu, dan itu membuatnya merasa menyesal dan terus mengucapkan kata maaf berkali-kali. Tapi di sisi lain Aurora sungguh lega, paling tidak sekarang ada satu bebannya yang sudah terangkat; Crystal Leonidas sudah tidak membencinya lagi. Lagipula menemukan Crystal tumbuh menjadi gadis ceria sekarang juga sudah membuat Aurora yakin jika Crystal sudah berhasil melewati semuanya sendiri.

Mereka berpelukan lama, hingga ucapan Victor yang mengatakan mereka harus segera pergi membuat Crystal terpaksa melepaskan pelukan Aurora dengan tidak rela. Disaat itulah Aurora menyadari, jika selaian dirinya, Crystal dan Victor... juga ada satu lelaki lain yang turut melihat sedari tadi.

Andres Lucero.

Well, lelaki itu tampak shock. Seakan-akan dia masih belum mempercayai dengan apa yang dia lihat dan dengar tadi. Andres memang masih belum tahu bagaimana lengkapnya, tapi dari percakapan Crystal dan Aurora tadi, Andres mendadak tahu jika ternyata Aurora adalah... Victoria.

Astaga! Pantas saja Andres sering melihat persamaan pada mereka tiap kali Aurora menatapnya!

"Vee? Kau... kau Vee? Kau Victoria?" tapi tetap saja, Andres masih saja mengeluarkan pertanyaannya untuk lebih memastikan.

Ck! Andres sialan. Aurora sebenarnya sangat ingin memakinya, tapi dia lebih memilih menyunggingkan senyum manisnya seperti dulu.

"Hai, Andres. Long time no see, right?" ucapnya santai.

Andres kembali menggeleng. Mungkin untuk meyakinkan dirinya sendiri apakah ini benar atau tidak. Tapi begitu dia melihat Aurora sudah bergerak mengikuti Victor untuk memasuki mobil dengan sopir yang sudah menunggu mereka, Andres langsung bergegas menghampiri Aurora. Masih dengan wajah kalutnya, dia lantas bergerak mencekal lengan Aurora yang langsung Aurora hempaskan.

"Vee... Aku... Aku....," ucap Andres gelagapan. Pasalnya saat ini mata hijau Victoria terlihat sudah menatapnya dengan tatapan bencinya. Lagi. Dan kali ini sepertinya untuk selamanya.

"Maafkan aku, Vee... Aku tidak tahu," ucapnya. Seakan-akan dengan kalimatnya itu semua kesalahannya sudah bisa dimaklumi. Tapi sayangnya tidak bisa. Aurora sudah kerapkali melihat rupa Andres yang sesungguhnya. Lelaki itu ternyata memang bayangan gelap. Perusak.

Memaafkannya? Well, mungkin Aurora bisa saja. Dengan syarat Aurora sudah berubah menjadi malaikat. Sayangnya, sampai saat ini Aurora masih manusia, sementara Andres sendiri sudah sangat keterlaluan. Jadi jangan salahkan Aurora ketika lebih memilih masuk ke dalam mobil yang beberapa saat selanjutnya sudah melaju pergi dari sana.

Sementara Andres Lucero? Ah, tenang. Lelaki itu masih saja terpaku di tempatnya. Makan itu, sialan!

TO BE CONTINUED.

One more chapter left....

_____________________

HOPE YOU LIKE IT!

JANGAN LUPA KOMEN, VOTE + SHARE KE TEMEN KALIAN!

TULIS EMOTICON KALIAN PAS BACA CHAPTER INI!

Ada yang mau kalian sampein ke....

Xavier

Aurora

Crystal

Atau.... Andres?

More info go follow instagram :

@dyah_ayu28

@xavier.leonidas1

@aurora.regina1

See you soon! Sayang kalian!

With Love,

Dy Putina. Istri sah Sean O'Pry.

Btw yang nyari novel MBP tapi stocknya kosong mulu bisa check di akun Shoopenya penerbit Dy; Melvana Media Store.

https://shopee.co.id/melvanamediastore


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro