Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

She Owns the DEVIL Prince | Part 54 - He Never Need it

HAPPY READING!

HOPE YOU LIKE IT!

JANGAN LUPA KOMEN + VOTE YANG BANYAKKK!!!!

"Setelah Grandpa Clayton tidak ada, hanya kau yang aku punya. Jika sudah begitu apa kau pikir aku masih bisa memiliki pilihan lain, Ara?" kekeh Xavier hambar.

Lidah Aurora langsung kelu.

Xavier... Xavier mau memaafkan Javier Leonidas karena dia? Oh Tuhan... Semua ini benar-benar susah dipercaya. Apa ini berarti masih ada kesempatan untuk hubungan mereka?

***

Play list : Justin Bieber & Diplo - Where are U Now

Playslist kamu? :

_____________________________

Genggaman tangan Xavier di jemari Aurora semakin erat, sama halnya dengan langkah kakinya yang makin lama terasa makin berat. Sungguh, Xavier sama sekali tidak ingin melakukan ini. Memaafkan Javier Leonidas sama halnya dengan memberikan sesuatu yang percuma. Javier sudah pasti tidak pernah membutuhkan kata maaf. Apalagi mengharapkannya. Bukan hanya satu orang yang mengakui jika ego seorang Javier Leonidas seluas angkasa. Dengan egonya yang sebesar itu tentu saja Javier Leonidas tidak akan pernah merasa salah, apalagi menyesal.

Menunggu Xavier meminta maaf, mungkin. Mengingat Xavier tahu betul, selama perseteruan mereka, hanya ego Javier yang terluka. Lelaki itu menunggu Xavier meminta maaf untuk memperbaiki egonya! Hal yang pasti tidak akan pernah Xavier berikan jika alasannya bukan wanita yang tangannya kini tengah Xavier genggam.

Aurora. Aurora Regina.

Sampai sekarang Xavier bahkan belum tahu apa yang salah dengan wanita ini, kenapa dengan mudahnya Xavier mempertaruhkan semuanya hanya untuknya. Kenapa dengan mudahnya Xavier membiarkan Aurora masuk ke dalam hidupnya. Karena nyatanya, bahkan sejak awal pertemuan mereka... namanya... matanya... bahkan tatapan Aurora. Semuanya terasa tepat. Seakan-akan Xavier kembali mendapatkan hal berharga miliknya yang sempat hilang. Bahkan saking berharganya Xavier tidak ingin melepaskannya lagi. Ayolah... Tadi saja hanya dibutuhkan tangis Aurora untuk membuat Xavier berhenti dan kembali. Xavier butuh Aurora. Setelah semua kehilangannya yang bertubi-tubi, Xavier tidak ingin kehilangan dia juga.

"Kalian dengar itu?! Aku bilang juga apa! Itu pasti Tygerwell!! Gank milik Xander!! Victoria mengatakan kesaksian seperti itu karena Xander!! Victoria mengorbankan Xavier demi Xander!! Aku masih tidak habis pikir, kenapa kalian bisa lebih mempercayai jalang yang tidak bisa menentukan tempat dia ingin berdiri dibanding Xavier! Sahabat kalian sendiri!!"

See? Bahkan sampai sekarangpun, kenangan jika hanya Quinn yang berdiri di sampingnya saat dia terpuruk masih lekat di kepala Xavier. Itu kenangan enam tahun yang lalu.

Well, sebenarnya saat itu sebenarnya Xavier sudah masuk kedalam jet pribadi Clayton Adams, sudah bersiap terbang ke Amerika ketika sebuah panggilan membuatnya bergegas ke mansion Stevano. Darurat katanya, membuat Xavier berpikiran kondisi Andres memburuk.

Nyatanya, yang Xavier dapati begitu tiba disana adalah kumpulan orang-orang yang sedang menunggu Nolan membacakan berkas penyelidikannya. Javier, Anggy, Crystal, Rafael Lucero, Angeline Lucero, Aiden, Katherine, Kenneth, Quinn, bahkan Alexandre Jenner—ayah Quinn juga sudah ada disana. Hanya Victoria dan keluarganya yang tidak terlihat dimana-mana.

"Kenneth! Bicara kau sekarang?! Bukankah kemarin kau yang paling nyaring mengatakan kau kecewa?!"

"Quinn, stop it."

"Biarkan aku berbicara, Papa. Aku sedang ingin menyadarkan mereka semua! Dari awal aku memang sudah merasa ada yang salah dengan Victoria! Dia dekat dengan Xander, ketua Tygerwell! Tapi nyatanya disaat yang sama dia juga dekat dengan Xavier... dengan kita... pikirkan... apa semua itu wajar!" sentak Quinn berapi-api.

(pic : Quinn Jenner)

"Ah, iya.. Jangan lupakan juga jika Victoria-lah yang menjadi alasan awal kenapa nama genk kita berubah! Holy shit... Aku bahkan masih benci ini. Dari Red Devils menjadi The Angels?! Kalian pikir kita ini kumpulan model cantik Victoria Secret?!"

Kalimat Quinn yang terakhir nyatanya menghancurkan suasana serius yang awalnya terbangun. Bahkan Xavier bersikeras menahan tawanya. Well, bagaimana tidak... jelas-jelas dulu Quinn yang paling akhir mengetahui nama gank mereka berubah, dan dia langsung shock. Ya, bagaimana tidam... Saat itu Quinn sedang tidak masuk, dan entah dari mana Victoria yang baru masuk ke high school yang sama dengan mereka mendengar kabar jika Red Devils membully seorang geek hingga babak belur. Victoria dengan sikap pahlawannya langsung pergi ke ruang istirahat yang selalu menjadi tempat berkumpul Red Devils ketika di sekolah dengan segala amarah yang dia bawa.

Untungnya saat itu Kenneth—the brilliant one berhasil mengelak dengan karangan bebasnya. Kenneth mengatakan Victoria salah orang.Red Devils bukan mereka. Tapi sayangnya Kenneth tidak sebrilliant itu. Kenneth tidak bisa menemukan nama gank baru yang keren dalam waktu dekat sehingga yang keluar dari mulutnya malah nama The Angels, terisnpirasi dari tanyangan Fashion TV di televisi yang tengah dia putar. Dan begitulah, begitu Quinn tahu apa alasannya, Quinn langsung bersikap antipati pada Victoria.

Tapi kembali ke masa sekarang, kenapa sikap 'pahlawan' Victoria tidak muncul lagi? Xavier measa Victoria seakan menjadi 'orang lain'. Well, Victora memang sudah menjadi orang lain sejak dia berselingkuh dengan Andres—sahabatnya sendiri. Namun, mendengar bukti laporan yang ada, Victoria yang sekarang tidak terlihat dimana-mana, ditambah ucapan Quinn yang mengatakan Victoria sengaja memberikan kesaksian palsu untuk 'membela' Xander, membuat Xavier semakin merasa tidak mengenal Victoria. Victoria yang Xavier kenal sepertinya memang sudah berubah menjadi b*tch tidak berperasaan.

Namun untuk apa Xavier memikirkan bitch itu disaat didepannya...hanya berjarak beberapa meter dari Xavier...Xavier juga tengah melihat orang tidak berperasaan lain?

Javier Leonidas. Ayahnya. Lelaki yang membuat Xavier bisa melihat harus seperti apa dia kelak, alasan nomor satu yang membuat Xavier selalu ingin mendapatkan emas dalam setiap kejuaraan. Lelaki yang seakan mampu memberikan dunia jika Xavier meminta...tapi ternyata...Javier juga monster yang membuat Xavier jatuh hingga ke dasar. Menuduhnya melakukan hal yang tidak Xavier lakukan, mengatainya bajingan memalukan, hingga menertawakannya ketika Xavier meminta nama belakangnya diganti dengan Adams. "Sehebat apa kau sekarang hingga kau merasa bisa berdiri tanpa namaku? Dasar anak kurang ajar!" itu kata-kata Javier. Beberapa saat setelah dia membanting garpu dan pisaunya beberapa hari yang lalu. Setelah itu mereka berdua tidak saling sapa, Javier bahkan terlihat tidak acuh ketika mendengar Xavier akan kembali ke Amerika lebih cepat dari jadwalnya.

Semua itu membuat Xavier menunggu...apa yang akan Javier lakukan ketika jelas-jelas Nolan membeberkan bukti jika Xavier tidak bersalah. Kenneth, Aiden, Katherine, bahkan Angeline dan Rafael—mereka jangan ditanya, orang-orang berbondong-bondong meminta maaf pada Xavier setelah itu sekalipun Xavier tidak terlihat memedulikan mereka. Tapi Javier Leonidas... sungguh, tidak terlihat sedikitpun niat lelaki itu untuk mendekat padanya, merangkulnya, mengatakan jika dia menyesal. Javier hanya duduk di sofa dengan wajagh datar sembari sesekali menjawab pertanyaan yang Alexander dan Rafael lontarkan padanya. Javier bahkan tidak sekalipun meliriknya, membuat Xavier seketika itu merasa...tidak berharga.

"Sudah selesai. Sekarang semua orang sudah tahu jika anak Mommy tidak bersalah." Belaian tangan Anggy di pipinya membuat Xavier langsung memutuskan pandangannya yang awalnya hanya Xavier tujukan pada Javier. Sesuai dengan kalimatnya, wajah Anggy terlihat begitu lega. Bahkan mata hijau Anggy sudah berkaca-kaca saking senangnya.

"Setelah ini Xavier ingin makan apa? Mommy sendiri yang akan memasakkan untukmu. Akhir-akhir ini kau tidak terlihat berselera makan." Perkataan Anggy membuat Xavier tidak tahu harus merespon apa lagi selain tersenyum haru. Rasanya sedikit melegakan. Ya, sekalipun Xavier tahu jika Javier Leonidas sama sekali tidak mengharapkannya, tidak peduli, bahkan tidak menganggapnya berharaga... Nyatanya Xavier masih memiliki Anggy. Perhatian dan perlakuan Anggy yang membuat Xavier merasa dicintai.

Xavier masih belum menjawab ucapan Anggy ketika Crystal tiba-tiba menjawabnya lebih dulu.

"Kerang! Aku mau kerang. Tapi kali ini aku tidak mau berbagi dengan Victoria," sahut Crystal dengan wajah menahan tangis. Itu membuat Xavier segera menoleh, dia menatap Crystal yang malah langsung masuk ke dalam pelukannya sebelum tangisnya pecah.

"Siapa Xander, X? Siapa?! Kenapa Vee tega sekali... Aku menyayanginya. Tapi kenapa dia memperlakukanmu seperti ini?" ujar Crystal terbata-bata di tengah tangisnya. Crystal memang sangat dekat dengan Victoria, dan sepertinya dia sangat shock mengetahu jika Victoria yang menjadi penyebab dari masalah yang menimpa kakaknya.

"Crys... It's okay... I'm fine..."

"Jangan berbohong padaku. Tidak bisa. Kita pernah di perut yang sama." Jawaban Crystal membuat Anggy langsung terkekeh sebari ikut mengelus rambut Crystal, sayangnya itu malah semakin membuat tangis Crystal semakin keras saja. Dia benar-benar manja.

"Aku harap Xander-Xander itu dihukum berat. Agar Victoria sadar jika sikap pahlawannya itu tidak bisa digunakan untuk melindungi penjahat!"

Xavier tidak berkata apapun. Percuma. Crystal akan tetap menangis. Karena itu Xavier hanya mengusap punggung Crystal berharap agar tangisnya mereda.

"Kalau kau masih menangis kita tidak jadi makan kerang ya?" kekeh Xavoer pada akhirnya. Crystal menurut. Dia tidak menangis lagi, tapi sesenggukannya malah membuat Xavier terkekeh. Ah, jangan lupakan juga sikap Crystal ketika Aiden memanggilnya. Crystal hanya mendengus. Fix, sepertinya anak kecil ini masih dendam saja.

"Ayo kita pulang." Sebuah suara bariton membuat Xavier kembali menoleh.

Itu suara Javier.

Sayangnya, suara itu tidak pernah ditunjukkan pada Xavier, tapi hanya pada Anggy dan Cyrstal. Ya, benar. Tidak sekalipun Xavier melihat mata biru itu terarah padanya. Ternyata dia memang tidak berarti apa-apa.

Crystal sendiri langsung menghampiri Javier dan bergelayut manja di lengannya sebelum menarik Javier untuk pergi dari sana. Javier menurut, dia mengikuti tarikan tangan Crystal. Sementara Anggy, dia langsung mengalungkan tangannya di lengan Xavier—mengajakya turut serta disaat dia terus tertawa melihat tingkah Crystal. Well, biasanya Xavier juga akan begitu, bahkan kadang Xavier juga akan berteriak menggoda Crystal dengan mangatakan Crystal sok mencari perhatian karena tidak disayang. Tapi kali ini tidak bisa... Xavier sadar betul dia tidak bisa lagi menggoda Crystal dengan kalimat seperti itu disaat dia sendiri paham bagaimana rasanya berada dalam posisi seperti itu.

Sebuah Limousine hitam mewah dengan logo L E O N I D A S tampaknya sudah menunggu di depan mansion Stevano. Siap membawa mereka kemanapun. Sopir dan beberapa bodyguard sendiri sudah berjaga di kanan kiri pintu yang sudah dubuka, menunggu mereka memasukinya.

Ah, ralat. Bukan mereka.

"Mommy duluan saja. Aku akan meminta Granpda mengirimkan mobil yang lain saja. Baru kali ini akhirnya Xavier melihat Javier menatapnya. Persis setelah Xavier mengatakan penolakannya.

"Kau ini berkata apa! Mobil itu lebih dari cukup untuk kita ber—"

"Tujuanku Bandara, Mom... Bukan rumah," potong Xavier sembari tersenyum tipis.

Ah, apa katanya tadi? Rumah? Mendadak Xavier sadar jika selama ini—dia tidak punya rumah. Hanya mansion mewah, megah, sempurna yang ternyata semya itu membuat Xavier harus 'membayarnya'. Benar.... Semua yang Xavier miliki, nama belakang ini...segala kemewahan itu, harus Xavier bayar dengan hidupnya. Ya, Javier Leonidas—orang yang 'memberikan' itu akan memujinya, menganggap Xavier sebagai anak kesayangan, penerusnya yang berhak mendapatkan apapun ketika Xavier meminta. Tapi itu selama Xavier tidak mencoreng nama baiknya.

Tetapi ketika Xavier berbuat kesalahan...menghancurkan nama baiknya...menolehpun Javier enggan. Itu benar-benar terasa seakan hari kemarin kau dilambungkan, tapi hari ini kau dijatuhkan dengan sekali hantam. Semua ini...nama ini...semua ini kutukan. Xavier tidak ingin lagi. Xavier tidak ingin menggunakan nama belakang lelaki itu hanya untuk dijatuhkan lagi.

"Aku akan tetap ke Amerika, aku ikut Grandpa."

"Ayolah, Little bear...."

Xavier hanya terus menatap Javier Leonidas ketika dia mengatakan ini. Xavier bahkan sama sekali tidak mendengarkan ucapan Angggy selanjutnya.

Dia menunggu....Xavier hanya menunggu kalimat Javier.

Satu saja kata... cukup satu kata saja... Satu kata maaf atau menyesal...atau apapun yang mencegah Xavier pergi. Satu kata saja yang membuat Xavier merasa hal buruk yang tadi dia pikirkan hanyalah ilusi saja.

"Pergi? Sekalian saja jangan kembali." Tapi ternyata seperti biasa, nada arogan Javier yang dia dapatkan.

"Akan aku lakukan," ucap Xavier cepat. Menguatkan hatinya. Sengaja menolak mendengar apapun lagi. Ucapan Anggy, ucapan Crystal—semua terdengar tidak jelas.

Satu yang Xavier tahu, ketika Javier bisa dengan mudah mematahkan hatinya, kenapa Xavier tidak boleh mematahkan ego yang kerapkali dibanggakan lelaki ini?

"Aku memang tidak ingin tinggal bersamamu lagi. Karena setelah aku pikir lagi, kau ternyata tidak sehebat itu, Daddy."

***

Xavier sebenarnya tidak terlalu mengingat jelas kejadian enam tahun lalu. Hanya pembelaan Quinn, perlakuan Anggy dan ucapan Javier yang rasanya membekas keras.

"Pergi? Sekalian saja jangan kembali." Itu katanya. Sebelum bergerak masuk ke dalam mobil tanpa berkata apapun lagi.

Dan Xavier benar-benar melakukan apa yang diinginkan lelaki itu selama  beberapa tahun terakhir. Xavier menolak menginjak mansion Leonidas. Sekalipun tidak. Xavier bahkan semakin memperkuat tekdanya dengan bersumpah dalam hati.

Hingga Aurora datang...membuat Xavier melanggar sumpahnya sendiri. Membuatnya kembali menginjakkan kakinya di mansion Leonidas, bahkan, membuat kenangan manis dengan Aurora disana.

Dan sekarang...sekali lagi Aurora bisa kembali membuat Xavier melakukan hal di luar nalarnya sendiri?!

Oh God! Andai Xavier bisa memilih melepaskan Aurora saja daripada melakukan ini! Xavier benar-benar tidak sudi!

Tapi mendadak pemikiran Xavier itu buyar ketika dia melihat kekisruhan di depan ruang tengah mansion tempat Anggy dan Javier berada tadi.

Para pelayan terlihat berlarian, bahkan Nolan juga terlihat panik, caranya memberikan arahan lewat headset hitam seperti milik FBI yang selalu melekat di telinganya benar-benar tidak seelegan biasanya. Nolan membentak, membuat Xavier menajamkan telinga untuk mendengar apa yang Nolan katakan.

"Xavier ada apa?" Aurora bertanya dengan nada khawatir.

Tapi sesuatu yang Xavier tangkap dari ucapan Christian membuat Xavier langsung melepas genggamannya di tangan Aurora dan bergegas lari ke dalam.

Javier Leonidas jatuh pingsan.

TO BE CONTINUED.

___________________________

HOPE YOU LIKE IT!

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, SAMA SHARE KE TEMEN KALIAN!!!!

Part terakhir bisa 15K vote. Part ini kasih lebih dong wkwk

Komen tim apa aja yang masih adaaaaa...

#ARA

#X

#CRYS

#PABEAR

#MOMKUCINGLIAR

#ANDRES

#XANDER

Jangan lupa follow instagram :

Dyah_ayu28

The.angels05

Xavier.leonidas1

Aurora.regina1

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro