She Owns the DEVIL Prince | Part 52 - Let's End Up Now
XAVIER UPDATEEE!!
HOPE YOU LIKE IT!
JANGAN LUPA BINTANG & KOMEN YANG BANYAKK!!
Btw Dy mau buat GIVE AWAY #LeonidasMerchandise buat 2 orang yang masuk #timVictoria dan paling getol bantu Dy lawan #TeamAra wkwkw. Pokoknya kalau ada #TeamAra yang hujat Victoria, kalian cuma perlu belain. Ada yang mau join?
____________________
"Vic, ayo... Kondisimu baru membaik. Kita kembali ya?" Itu Revina—dokternya.
Ucapan Revina membuat Vic kembali menatap saudara kembarnya yang kini terlihat kembali berpelukan bersama Xavier dengan tatapan sedih. Seharusnya dia yang ada disana, seharusnya dia yang memeluknya.
Tapi Vic tau dia tidak bisa. Karena itu Vic segera mengikuti Revina dan menghilang di jalanan kota Manhattan.
***
Playlist : The Feelings - Chainsmoker
Your Playslist :
__________________
ADAMS Mansion. Manhattan, New York—USA. 09:15 AM
Mr. Hitler : Kakak laki-lakimu tidak bisa diharapkan. Ini sudah terlalu lama.
Mr. Hitler : Kau mau ikut dalam politik atau tidak, itu sudah bukan masalah. Paling tidak posisi keluarga kita akan semakin diperhitungkan melihat siapa yang akan kau nikahi.
Mr. Hitler : Kau harus muncul ke permukaan. Aku tidak mau tahu.
Mr. Hitler : Lagipula bukankan aku sudah mengatasi Michael Cercadillo seperti yang kau mau?
Aurora sedang memilihkan jam tangan untuk Xavier ketika pesan dari William Petrov masuk ke ponselnya.
Dan sudah bisa langsung ditebak, senyum yang awalnya terus menghiasi wajah Aurora sejak empat hari terakhir langsung pudar begitu matanya membaca kalimat demi kalimat yang kakeknya kirimkan.
Ck! Coba lihat. William bahkan lebih buruk dari Javier. Jika Javier Leonidas hanya mendengus tidak peduli ketika Crystal dan Anggy nyaris berjingkrak-jingkrak mengetahui Xavier melamarnya, William malah seakan-akan menganggap hubungannya dengan Xavier adalah alat yang bisa dia manfaatkan. Sepertinya memang tidak ada hal lain yang William pikirkan selain posisi keluarga yang dia agung-agungkan itu.
"Crystal mencarimu."
Aurora belum sempat mengetikkan balasan atas pesan William ketika suara Xavier mengejutkannya. Rupanya Xavier mengikutinya masuk ke dalam walking closet mereka. Lelaki itu terlihat segar sehabis mandi, rambutnya masih basah—membuat Aurora ingin memainkan jemarinya disana, sementara tubuh Xavier sudah terbalut setelan jasnya yang rapi.
Aurora sendiri? Well, jangan tanyakan. Aurora benar-benar merasa menjadi upik abu mendapati dia masih mengenakan kimono tidur hitamnya dengan rambut yang di cepol asal-asalan.
"Crystal?" ulang Aurora.
Xavier mengangguk. "Ya. Sepertinya dia ingin kau temani jalan-jalan," jawab Xavier santai.
Bahkan kelewat santai hingga membuat Aurora merasa ada yang Xavier sembunyikan. Ayolah, Aurora mengenal Xavier. Lelaki ini memiliki prinsip jika kekasihnya harus menemaninya, bukan adiknya.
"Crystal atau kau yang ingin Crystal menemaniku?" Aurora memicingkan matanya.
"Katakan. Ada yang sedang kau sembunyikan ya?" tuduh Aurora langsung.
Benar saja, Xavier tidak berusaha menyangkal. Lelaki itu malah terkekeh geli sembari membiarkan Aurora memasangkan arlojinya di tangan kanan.
"Hari ini mungkin aku akan lembur. Aku tidak mau kau sendirian. Lagipula disini masih ada Katherine. Katherine tidak akan mengganggumu jika Crystal menemanimu," ucap Xavier menjelaskan.
Aurora langsung mengangguk paham, Katherine Lucero biasanya memang lebih memilih jauh-jauh dibanding menghadapi mulut tajam Crystal. Well, bukan berarti Aurora tidak bisa mengatasinya. Hanya saja bisa lebih baik jika mereka berjauhan. Pasca lamaran Xavier, Katherine memang terlihat semakin sinis padanya. Aurora sendiri tidak tahu kenapa Katherine dan Andres belum pulang juga, padahal Aiden sudah kembali dua hari yang lalu.
"Bukannya lebih baik aku membantumu? Sepertinya kau benar-benar sibuk. Atau jangan-jangan kau sudah memiliki sekretaris baru?" Lagi-lagi Aurora memberikan tuduhannya. Ayolah, ini sudah sangat lama sejak dia terakhir difungsingkan menjadi sekretaris. Xavier patut dicurigai.
Dan ternyata.... "Namanya Kendra Romanova. Dia temanku di high school dulu."
"Teman?"
"Lebih tepatnya mantan Kenneth, kami jarang berbicara. Ayolah, jika kau yang masih menjadi sekretarisku, bisa dipastikan aku tidak akan bisa fokus bekerja, Ara."
Xavier terlihat berusaha meyakinkannya. Tapi sungguh, nama Kendra Romanova benar-benar membuat Aurora tidak bisa tenang. Dia... dia cemburu. Namun sebisa mungkin Aurora berusaha untuk tidak menunjukkannya pada Xavier.
"Jadi aku dipecat?" erang Aurora kesal.
"Kau naik jawaban Mrs. Adams," goda Xavier geli. "Kau menjadi atasan mereka," bisik Xavier lagi sembari membawa Aurora masuk ke dalam pelukannya.
Aurora sendiri tidak menolak. Dia malah menenggelamkan kepalanya di dada bidang Xavier dan menghirup aroma maskulin Xavier banyak-banyak. Akhir-akhir ini dia memang sangat suka menempel pada Xavier, dan membayangkan hari ini Xavier akan lembur bersama Kendra-Kendra itu, Aurora sedikit tidak rela.
"Kau memang harus lembur ya?"
"Sepertinya iya. Saat ini aku sedang mengusahakan perpindahan headquarter Leonidas International dari Spanyol ke Amerika."
"Wait... what? Kau apa?"
Aurora reflek melepaskan pelukannya dari Xavier dan menatap lelaki itu dengan tatapan mata terbelalak. Apa katanya? Memindahkan? MEMINDAHKAN?! Apa lelaki ini sudah gila?
Memindahkan kantor pusat perusahaan mega besar sekelas Leonidas sudah tentu bukan hal yang main-main. Terlebih lagi, bagaimana perasaan Anggy? Perasaan Javier? Mereka mungkin sudah berpikir putranya akan menetap di negara mereka lagi. Memang, sedikit terselip perasaan senang di benak Aurora mendapati dia masih bisa dengan Vic. Tapi Xavier tidak boleh bersikap seperti ini, dia akan menghancurkan harapan banyak orang. Harapan Anggy, harapan Javier....
"Aku akan memindahkan headquarternya. Akan sangat menyusahkan jika aku harus bolak-balik Spanyol – Amerika. Selain mengurus Leonidas aku juga harus mengurus Adams, remember?"
Tidak... tidak... Itu bukan alasan.
"Kau bisa menetap di Spanyol."
"Tidak bisa. Aku ingin bersamamu," jawab Xavier kelewat santai.
Sayangnya Aurora tidak bisa menjawab ucapan Xavier sesantai lelaki itu melakukannya. Ayolah, ucapan Xavier benar-benar membuat Aurora merasa dia masih memiliki kesempatan untuk tetap dekat dengan Vic. Aurora tetap bisa menemani Vic.
Tapi disisi lain keinginan Aurora agar Xavier kembali ke keluarganya juga besar. Jika suda begitu Aurora juga pasti ingin ikut, dia ingin bersama Xavier. Tapi Vic? Vic... dia akan sendirian disini.
"Kau tahu kau selalu bisa membawaku denganmu kan?"
Entah bagaimana caranya hingga Aurora berhasil mengatakan ini. Aurora berusaha menekan kepentingannya sendiir. Ayolah, memangnya siapa dia hingga dia harus menghempaskan harapan banyak orang dengan membuat Xavier terus melanjutkan rencana kekanak-kanakannya?
Tidak. Tidak. Xavier harus pulang.
Lelaki ini harus kembali pada keluarganya, pada Ayahnya. Xavier harus kembali menggenggam apa yang dulu hilang karena ulah Victoria. Xavier harus mendapatkan semua yang dulu dia punya.
"I know. Kau memang akan selalu ada dimanapun aku berada. Tapi keputusanku sudah bulat, Ara. Ini yang terbaik. Kau hanya perlu percaya padaku."
Sayangnya malah ucapan ini yang keluar dari mulut Xavier. Xavier bahkan tidak terlihat mempertimbangkan ucapan Aurora. Sepertinya keputusan Xavier memang sudah bulat. Perpindahan itu bukan karena Aurora, Xavier sepertinya sudah merencakannya lama sekali.
Itu yang membuat Aurora tidak lagi berkomentar. Dia hanya membiarkan Xavier mencium keningnya lama sebelum lelaki itu bergerak keluar dari ruangan yang mereka tempati setelah berpamitan dan mengatakan dia mencintainya.
Oh my God... Mendadak semua ini membuat Aurora membenci dirinya sendiri. Aurora sadar diri jika dia memang tidak berusaha keras untuk membuat Xavier berubah pikiran. Aurora sama sekali tidak bersikeras. Dia membiarkan Xavier. Dan Aurora tahu itu karena Vic. Aurora mengikuti keinginan hati kecilnya untuk tetap disini bersama Vic.
Ah, dia memang egois. Jika sudah begini apa lagi yang menjadi pembeda antara dia dengan Kakeknya? Disaat William mengorbankan semua anggota keluarganya mulai dari putra hingga cucunya agar posisi Petrov sebagai keluarga berpengaruh di perpolitikan Rusia tetap berjaya, Aurora sadar betul dia sudah mengorbankan semua orang yang mengharapkan Xavier pulang hanya untuk dekat dengan Vic sekalipun dia tahu resikonya.
Aurora Regina : Akan aku pikirkan, Grandpa.
Aurora Regina : But please. I beg you, give my brother a chance 😞
Aurora Regine : You must trust him☹️
Aurora memijit keningnya pelan usai membaca kembali balasan yang dia kirimkan pada Grandpanya. Satu menit. Dua menit. Pesan itu hanya dibaca William tanpa ada tanda-tanda akan ada balasan darinya.
Xander William : It's a boring day. Want to meet me, my princess?
Malah pesan dari Xander masuk beberapa saat setelah Aurora selesai mengirimkan pesan kepada Revina untuk menanyakan kondisi Vic. Well, itu membuat Aurora tersenyum geli sekaligus mendengus sebal. Boring katanya? Untuk orang sekelas Xander yang sangat anti dengan hal serius dan menyukai kebebasan kata boring sepertinya sudah tidak asing lagi.
Aurora Regina : Not ur princess. But Xavier's 😝
Aurora Regina : Where?
Balasan dari Xander segera masuk.
Xander William : I don't care. You are still my favorite princess
Xander William : My new restaurant. I promise, I'll serve you like a queen if you come 😋
Sebuah tautan lokasi Xander kirimkan di bawah pesannya yang membuat Aurora hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Setelah ini Xander pasti akan mengatakan dia lebih menyukai menjadi pelayan daripada melakukan perkerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Aurora Regina : Jadi seorang Xander William sudah beralih profesi menjadi pelayan? 🤣
Xander William : Just for you 😋
Xander William : Tapi sungguh! Ini lebih mengasyikkan daripada mengurus semua berkas dan orang-orang itu. 😪
See? Tebakan Aurora seratus persen benar. Kapan memang seorang Xander William bisa diharapkan?
Aurora baru saja keluar dari walking closet ketika dia melihat pintu kamarnya kembali terbuka. Itu Xavier, lelaki itu kembali dengan langkah terburu-buru disertai tatapan kesalnya.
"Mana matcha teaku?"
Astaga... ada-ada saja.
***
[TO BE CONTINUED]
HOPE YOU LIKE IT!
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, SAMA SHARE KE TEMEN KALIAN
Dibagi dua dulu. Next chapternya bakal Dy posting nanti malam/besok. Harusnya bisa hari ini, tapi chapter selanjutnya ntar bakal nyambung ke cerita Crystal Leonidas hehe. Makanya Dy butuh nyesuain lagi alur ini biar bisa masuk ke Crystal.
Lagian kalau nggak dibagi dua, Dy yakin bakal banyak santet online berterbangan kalau lihat judulnya wkwk. Jadi segini dulu yaaaaa XD
Kalian shipper siapa?
Xavier – Victoria
Xavier – Aurora
Xander – Crystal
Aiden – Crystal
Andres – Aurora
Andres – Victoria
Xander - Aurora
Dy - Sean
With love,
Dy Putina
Istri sah Sean O'Pry
Go follow :
Dyah_ayu28
The.angels05
Xavier.leonidas01
Aurora.regina01
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro