She Owns the DEVIL Prince | Part 50 - Pinky Promise
HAPPY READING!!!
JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA!
Xavier malah tersenyum geli.
"Tadi aku berkata jika aku hanya ingin mengambil milikku. Masalahnya tadi aku sempat lupa jika kau juga milikku. Jadi maaf, kau nyaris ketinggalan," kekeh Xavier geli.
Damn it. Ini tidak benar.... Tapi sialnya kalimat dan senyuman itu memang membuat Aurora kehilangan semua kata protesnya. Ayolah.... Itu senyum pertama Xavier sejak kakeknya tiada. Aurora menyukainya.
***
Playlist : The Chainsmokers - This Feeling ft. Kelsea Ballerini
https://youtu.be/YuPzpoC3QNc
Your Playlist :
________________________
"Tamu-tamu yang lain belum pulang, X? Mobil mereka masih ada, tapi kenapa aku hanya melihat keluarga Stevano dan Jenner saja sejak tadi?" tanya Aurora heran begitu Xavier membawanya memasuki basement parkir mansion Adams. Xavier masih menggendongnya sekalipun Aurora sudah meminta diturunkan berkali-kali.
Banyak sekali mobil terparkir di basement parkir ini, mungkin jumlahnya puluhan. Mulai dari mobil mewah sejenis limousine dengan warna netral hingga mobil-mobil sport mewah keluaran terbaru seperti Ferrary, Lamborghini, Lykan, Bugatty Veyron dan entah apa lagi dengan warna-warna mencolok. Well, dari jumlahnya bukankah seharusnya Aurora melihat banyak orang di dalam mansion?
"Tidak ada tamu, itu mobilku semua," jawab Xavier santai
Oh my.... Jawabannya membuat Aurora menatap Xavier horor. Terlebih ketika Xavier membuka salah satu pintu mobil sport berwarna merah tanpa kunci sama sekali seakan sidik jarinya saja sudah cukup untuk membukanya. Oh, damn! Jangan katakan jika mobil-mobil di tempat ini juga begitu.
"What? Kau berniat membuka show room mobil,X?!" Aurora mengumpat pelan sembari menatap Xavier horor. Xavier sendiri malah terkekeh geli sembari bergerak mendudukkan Aurora ke dalam mobil merah itu.
"Tenang, itu semua tidak dijual. Akan menjadi milikmu semuanya jika kita sudah menikah," goda Xavier geli ketika dia sudah duduk di bangku pengemudi. Hell.... Bukan itu maksud Aurora!
"Itu kalimat sarkas, Xavier!" erang Aurora kesal, namun tawa pelan Xavier membuat Aurora sadar jika sebenarnya Xavier tahu kalimat sarkasnya. Lelaki ini hanya menggodanya.
Namun Ketika Aurora berpikir Xavier akan berkata-kata lagi, ternyata Xavier hanya diam selama mobil melaju keluar dari mansion dan berjalan cepat di jalanan distrik Manhattan. Aurora lantas menatap Xavier dan menyadari Xavier sudah terlarut dalam kegiatan mengemudinya. Atau malah dia sedang larut dalam pikirannya sendiri? Aurora tidak tahu, tapi untuk menutupi kesunyian ini Aurora memilih memutar lagu di music player mobil Xavier.
I'll tell you a story before it tells it self
Aku akan menceritakan sebuah kisah sebelum diceritakan dengan sendirinya
I'll lay out all my reasons, you'll say that I need help
Aku akan menjelaskan semua asalanku, kau akan berkata bahwa aku butuh bantuan
We all got expectations, and sometimes they go wrong
Kita semua punya harapan, dan walau terkadang itu salah
But no one listens to me, so I put it in this song
Tapi tak ada yang mendengarkan, jadi kutaruh di lagu ini
They tell me think with my head, not that thing in my chest
Mereka berpikir aku berpikir dengan kepalaku, bukan dengan hatiku
They got their hands at my neck this time
Mereka seolah mencekikku
But you're the one that I want, if that's really so wrong
Tapi kaulah yang aku inginkan, jika itu benar-benar salah
Then they don't know what this feeling is like
Maka mereka tak tahu seperti apa perasaan ini
https://youtu.be/YuPzpoC3QNc
[ The Chainsmokers - This Feeling ft. Kalsea Ballerini]
Aurora menatap Xavier dan tersenyum tipis. Sudah menjadi kebiasaan, Xavier akan mengetuk-ngetukkan pelan tangannya ke setir tiap kali musik diputar di mobilnya apapun jenis lagunya. Ah, ternyata kalimat yang berkata when we're happy, we enjoy the music, but when we're sad we understand the lyrics ada benarnya. Nyatanya sekarang Aurora bisa melakukan keduanya, menikmati dan memahami arti lagu yang sekarang terputar secara bersamaan.
"Well... Kita sampai." Ucapan Xavier yang lelaki itu katakan begitu mobil yang mereka naiki berhenti di depan sebuah cafe yang tidak asing membuat Aurora tersenyum.
Miracle Cafe.
Ah, entah kapan terakhir Aurora kesini, rasanya waktu berjalan sangat cepat selama dia bersama Xavier. Tetapi warna putih, tanaman hijau dan kaca-kaca yang menjadi ornamennya masih terlihat sama dengan yang terakhir Aurora ingat. Semua itu membuat Aurora buru-buru masuk ke dalam cafe. Aurora ingin bertemu Ellizabeth-perempuan tua hangat yang dulu memperkerjakannya. Well, sebenarnya saat itu Aurora juga tidak benar-benar ingin bekerja. Aurora hanya sedang membeli cookies di tempat ini ketika dia melihat Ellizabeth kewalahan mengurusi cafenya sendiri. Saat itu Aurora ingin membantu tapi Ellizabeth sempat menolak bantuannya dengan alasan dia takut tidak bisa menggajinya.
"Kenapa sepi sekali?" Aurora berkata keheranan begitu dia sudah memasuki pintu cafe.
Denting pintu cafe padahal sudah berbunyi ketika dia masuk. Biasanya setelah mendengarnya Elliabeth akan muncul mengingat itu adalah tanda jika ada pelanggan yang datang. Tapi kali ini Aurora tidak melihat orang dimana-mana. Ellizabeth juga.
"Hanya ada kita," bisikan Xavier di telinganya begitu lelaki itu memeluknya dari belakang membuat Aurora meremang. Tapi Aurora menutupi hal itu dengan mendongakkan kepalanya untuk menatap Xavier yang kini telah menenggelamkan kepala di ceruk lehernya.
"Aku harap kau tidak berniat mengatakan kau sudah membeli cafe ini, X," ucap Aurora penuh peringatan. Kebiasaan Leonidas biasanya di luar nalar, karena itu Aurora sedikit curiga. Tapi Xavier malah terkekeh geli sebelum menyarangkan kecupannya di pelipisnya.
"Sebenarnya aku ingin. Tapi bukankah Miracle Cafe tidak akan sama lagi jika bukan Elly yang membuat kuenya?" jawab Xavier yang diangguki Aurora.
"Kau pasti lapar kan?" Pertanyaan Xavier kembali diangguki Aurora. Aurora juga membiarkan ketika Xavier menariknya menuju dapur miracle cafe. Aurora ingin tahu apa yang Xavier rencanakan ketika dia membawanya kemari.
Tapi ternyata...
"Sekarang buatkan aku matcha tea, aku juga lapar dan aku ingin lagi."
What the hell! Perkataan itu sukses membuat Aurora menatap Xavier gemas. Ayolah, jika Xavier berpikir sudah melupakan hal curang Xavier yang langsung pergi dari ruang makan pasca matcha tea-nya habis, maka Xavier salah. Malah ucapan Xavier membuat Aurora merasakan kekesalannya yang tadi sudah agak mengabur.
"Aku tidak mau. Buat saja sendiri!" ucap Aurora ketus.
"Ara...."
"No...."
"Please?"
"No, Xavier! Kau sudah menipuku!" erang Aurora kesal sembari mengerucutkan bibir.
Uh oh... Sayangnya Aurora terlambat menyadari arti senyuman miring yang Xavier tunjukan ketika beberapa detik selanjutnya Xavier sudah menciumnya tiba-tiba! Lelaki itu meraih kepalanya dan mendekatkan wajah mereka sebelum bibirnya menempel di bibir Aurora beberapa saat kemudian.
Aurora melotot kaget, semua ini terlalu tiba-tiba. Tapi semakin lama, seperti biasa Xavier selalu bisa membuatnya terlarut dalam cumbuannya. Cara Xavier mencecap bibirnya, menghisapnya, bahkan melumatnya membuat Aurora mengerang. Aurora bahkan tidak sempat memikirkan hal lain selain mengalungkan lengannya di leher Xavier ketika ciuman mereka semakin instens. Xavier kini bahkan sudah mengangkat tubuhnya dan mendudukkan Aurora di atas counter dapur dan memperdalam ciuman mereka sebelum dia menarik wajahnya yang lantas membuat ciuman mereka terputus.
"Stop. Aku tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak menodai dapur Elly dengan kegiatan kita jika kita terus melanjutkannya," ucap Xavier dengan nada menggoda, padahal napas mereka berdua masih sama-sama memburu.
Aurora memukul pundak Xavier kesal. Sungguh, rasanya dia masih ling-lung setelah apa yang Xavier lakukan.
"Itu salahmu, X!"
"Kali ini itu salahmu, Ara," balas Xavier tidak mau kalah.
Aurora melotot kesal. "Salahmu! Kau yang menciumku duluan!"
"Salahmu yang tidak mau membuatkanku matcha tea. Sekarang ayo buatkan!" perintah Xavier dengan nada bossy. Bahkan pandangannya sekarang sudah berubah menjadi pandangan boss-boss galak yang suka memarahi karyawannya. Hell... Itu membuat Aurora kesal. Mengabaikan pijakan kakinya yang masih lemah setelah Xavier menciumnya, Aurora dengan segera turun dari counter dapur dan bergerak keluar. Itu harus, karena saat ini tiba-tiba saja keinginan Aurora untuk menyeleding Xavier dengan sepatunya kembali bangkit setelah terkubur cukup lama. Dasar devil!
"Kau yakin mau keluar? Tidak mau menemaniku disini?" Panggilan Xavier begitu Aurora sampai di pintu dapur membuat Aurora menghentikan langkah dan menolehkan kepalanya.
Aurora lantas menatap Xavier. Dan mendapati jika saat ini mata biru Xavier tengah menatapnya jenaka sebelum berkata, "kau mau pulang jalan kaki?" membuat Aurora mengangkat jari tengahnya.
Damn. Devil ini benar-benar menyebalkan!
***
Dan Xavier tidak bisa terasa lebih menyebalkan lagi begitu Aurora menyadari dia sudah terkurung di cafe ini. Pintu depannya terkunci! Tidak butuh orang jenius untuk menyadari jika Xavier yang melakukan itu begitu mereka masuk tadi. Hell.. Pantas saja Xavier sama sekali tidak menahannya keluar dari dapur.
Ngomong-ngomong soal dapur, Xavier masih di dalam. Sementara Aurora masih bertahan dengan egonya untuk tidak kembali masuk ke dapur itu. Aurora hanya duduk di kursi cafe sembari menunggu Xavier dengan bosan. Dia tidak membawa ponsel, jadi dia tidak mempunyai pengalih perhatian dan itu membuatnya agak mengantuk.
Tiga puluh menit. Empat puluh menit.
Aurora mungkin sudah menutup matanya jika saja aroma harum dari arah dapur tidak membuat perutnya keroncongan. Damn. Masa bodoh dengan ego jika itu sudah berurusan dengan perut, Aurora langsung bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam dapur untuk menemukan pemandangan yang membuatnya takjub.
Wow.... Xavier Leonidas membuat kue? Itu sudah jelas, mengingat bau harum yang Aurora cium tadi berasal dari loyang di panggangan. Mendadak Aurora tersenyum. Dia ingat, dulu sekali dia pernah melihat Xavier memasak dari jauh-tepatnya saat dia masih junior high school dulu. Saat itu kelas Xavier memang sedang dalam mata pelajaran tata boga. Dan sama seperti teman-temannya lainnya yang menatap Xavier, Xander, Andres, Kenneth, Quinn dan juga anggota genk Xander yang lain mengacaukan adonan, Aurora juga ikut melihat mereka dari balik kaca jendela. Rasanya saat itu geli sendiri melihat wajah bad boy sekolah-ralat-genk bodoh, pengacau sekolah yang gemar berkelahi dilumuri tepung-tepung seperti itu.
Namun berbeda dengan dulu, kali ini pekerjaan Xavier sangat rapi. Sama sekali tidak ada tepung yang nyasar ke wajahnya ditambah lagi Xavier terlihat semakin seksi dengan lengan yang digelung sampai siku. Ah, lord... Kapan laki-laki ini tidak tampan sih?
"So, jadi Cinderella kita sudah tidak marah lagi?" Ucapan menggoda Xavier membuat Aurora sadar jika kehadirannya sudah Xavier sadari. Mau tidak mau itu membuat Aurora memberengutkan wajahnya sembari berjalan mendekati Xavier.
"Aku lapar," ucap Aurora manja.
Tingkah Aurora membuat Xavier tertawa, entah sudah tawanya yang keberapa dalam malam ini. Sungguh, tawa itu menghangatkan benak Aurora. Dia suka ketika Xavier terlihat bahagia.
"Makanya jangan keras kepala," ucap Xavier sembari mengacak pelan puncak kepala Aurora. "Sekarang tolong buatkan matcha tea ya?"
Geez... Topiknya sama lagi. Aurora memutar kedua bola matanya jengah menyadari jika Xavier memang tidak akan pernah berhenti hingga keinginannya dipenuhi. Akhirnya Aurora mengalah, dia bergerak membuatkan Xavier matcha tea mengingat mendadak dia sangat ingin memakan apapun makanan yang tengah di panggang Xavier.
Matcha tea buatan Aurora akhirnya jadi bersamaan dengan suara denting oven yang menyiratkan jika kue yang Xavier panggang sudah matang. Aurora sendiri tidak bisa menyembunyikan binar takjubnya melihat jika yang ternyata Xavier buat adalah kue jahe dengan bentuk orang-orangan yang lucu! Astaga... Bagaimana bisa orang semaskulin Xavier bisa membuat hal lucu macam ini?!
Aurora menunggu Xavier memindahkan kue-kue itu ke atas piring sembari, nyaris tidak sabar memakannya akibat mencium bau harum dari kue-kue itu. Well, itu membuat Xavier terkekeh geli dimana kekehan geli Xavier berubah menjadi tawa kecil melihat Aurora mendadak bersikap manja lagi padanya. Wanita itu bahkan memajukan tangannya-memberi isyarat agar Xavier menggendongnya naik ke atas counter dapur yang memang lumayan tinggi.
"Enak?" tanya Xavier geli ketika beberapa menit selanjutnya Aurora sudah memakan kue jahenya dengan lahap. God, ingatkan Xavier untuk memberi makan Aurora setelah ini, wanita ini terlihat benar-benar kelaparan.
Aurora tidak menjawab pertanyaan Xavier. Dia masih terus fokus dengan kegiatan makannya yang terlihat tidak mau diganggu sedikitpun. Terlihat lucu bagi Xavier. Karena itu Xavier bergerak untuk mencoba sendiri. Ini kali pertama sejak dia terakhir membuat kue dimana saat itu Victoria mengatakan jika kue jahe yang dia buat lebih cocok disebut kue gula karena terlalu manis.
Shit.
Xavier menggeram tertahan. Kenapa bayangan wanita itu lagi-lagi muncul disaat seperti ini?
"Aku hanya ingin coba satu," erang Xavier kesal ketika Aurora menepuk tangannya ketika dia hendak mengambil kue jahenya. Ah, ayolah... Tidak hanya itu, Aurora juga sudah memberikannya tatapan aku akan membunuhmu jika kau ambil ini, X! Sepertinya Aurora sangat menyukainya hingga tidak mau berbagi satupun.
Tapi ternyata Xavier salah. Mendapati setelah itu Aurora menyuapkan sendiri satu potong kue jahe ke mulut Xavier dengan tangannya. Ah, benar... kali ini sudah tidak terlalu manis, Xavier menggumam dalam hati. Namun ketika Xavier berpikir Aurora hanya akan memberikan satu kue padanya, Aurora kembali menyuapinya lagi dan lagi bergantian dengan dirinya sendiri.
"Sini aku saja yang menyuapimu! Kau jangan pegang-pegang! Kau mematahkan kaki-kaki mereka seperti kau sedang memutilasi orang Ex-ee-vii-ee!!"
"Pada akhirnya kau juga menggigitnya, Vee... Jadi apa bedanya?"
"Paling tidak aku tidak melihat kaki-kaki mereka patah di depan mataku. Sekarang jauhkan tanganmu!"
Damn. Damn. Damn. Damn.
Lagi-lagi hanya perbuatan kecil Aurora-dimana seharusnya perbuatan itu tidak mengingatkan Xavier pada Victoria malah membuat Xavier menemukan kembali kenangannya yang sudah dia kubur bersama Victoria dalam-dalam. Xavier tidak ingin mengingatnya, tapi mendadak saja Xavier teringat.
Ah, Vee... apa aku benar-benar bisa membencimu jika pada akhirnya kita bertemu lagi? Mendadak kepala Xavier memutar pertanyaan itu. Tidak. Tidak. Tentu saja Xavier akan membencinya, dia domino jatuh. Hidup Xavier seharusnya tidak akan sekeras ini jika Victoria tidak melakukan itu padanya.
"X... Ada apa?" pertanyaan Aurora membuat Xavier keluar dari lamunannya. Dia lantas menatap Aurora dan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. See? Sekarang dia sudah memiliki Aurora, dia penyembuhnya, wanita ini adalah cahaya yang masuk di tengah lubang menganga dalam hidup Xavier. Xavier tidak butuh apapun lagi selain dia, Victoria tidak ada apa-apanya.
Lalu dering ponsel Xavier mendadak mengusik kebersamaan mereka. Membuat Xavier langsung mengangkat panggilannya dan melangkah menjauh dari Aurora. Aurora sendiri terus menatap Xavier, entah apa panggilan yang Xavier terima-tampaknya itu kabar buruk melihat betapa terlihat geramnya wajah Xavier sekarang.
"Aku harus ke kantor. Ada masalah. Kau ikut aku." Itu perintah, bukan ajakan. Mendadak Aurora menjadi kesal sendiri. Aurora masih ingin disini.
"Kue jaheku belum habis!" ucapnya beralasan.
Namun tarikan napas Xavier sebelum lelaki itu memeluknya erat membuat Aurora tidak bisa mengatakan kata tidak.
"Aku berjanji, setelah ini, kapanpun kau mau, sepanjang hidup kita, aku akan membuatkan itu jika kau memintanya."
"Pinky promise?" Aurora mengulurkan jari kelingkingnya, meminta kepastian.
Xavier sendiri terlihat berusaha menahan tawa sebelum menautkan kedua jari kelingking mereka.
"Pinky promise," janji Xavier.
TO BE CONTINUED.
_____________________
HOPE YOU LIKE IT!
JANGAN LUPA KOMEN + VOTE + SHARE KE TEMAN KALIAN!!!!
Komen emoticon kalian buat part ini dong wkwkw
TINGGAL KLIK PUBLISH KE PART SELANJUTNYA :p 5K KOMENTAR DAN NEXT PARTNYA BAKAL DI POSTING SAAT ITU JUGA!!
Apa yang kalian tunggu di next partnya?
Terakhir, kalian masih masuk Tim yang mana?
#XAVIER
#VICTORIA
#JAVIER
#ANGGY
#ANDRES
With love,
DY PUTINA
Istri sah Sean O Pry
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro