She Owns the DEVIL Prince | Part 48 - Forgive Me [1]
UPDATEEE!!
HAPPY READING ^^
JANGAN LUPA BINTANGNYAAA!!!
Suka Happy / Sad ending? Hehe.
_______________________
Ayolah, Xavier sudah tidak butuh uluran tangan Javier Leonidas disaat dia dalam keadaan terpuruk seperti ini. Ya, dulu mungkin Xavier pernah berharap untuk mendapatkan hal itu dari Javier....but see? Yang lelaki ini berikan malah perlakuan seakan-akan Xavier adalah hal yang tidak berarti.
Javier Leonidas sudah terlambat enam tahun untuk mengulurkan tangannya. Untuk peduli padanya. Xavier sudah tidak butuh dia lagi.
***
Playlist : Happier - Ed Sheeran [Lyric]
https://youtu.be/zWQN7u6g62c
"Oh, ain't nobody hurt you like I hurt you
Tak ada yang menyakitimu seperti aku menyakitimu
But ain't nobody love you like I do
Namun tak ada yang mencintaimu seperti aku"
Playlist kamu :
***
"Pesawat jet kita sudah siap. Kita pulang satu jam lagi."
"Javier Leonidas... Please... Kau bercanda? Kita saja baru pulang dari pemakaman Daddy!"
Oh, lord... Jangankan Anggy. Aurora sendiri langsung menghentikan langkahnya begitu dia mendengar sayup-sayup perkataan Javier melalui pintu kamar yang sedikit terbuka. Aurora tidak berniat menguping, tapi dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Anggy dan Javier ketika dia melintasi lorong mansion Adams.
Aurora baru saja dari dapur, sengaja membuatkan matcha tea untuk Xavier yang terus berada di kamar mereka sejak Clayton dimakamkan. Namun perkataan Javier Leonidas membuat Aurora tidak jadi langsung beranjak.
"Aku tahu. Aku tahu. Aku masih belum pikun hingga kau perlu mengingatkanku. Tapi aku ingin kita tetap pulang sekarang Anggy!. Aku-"
"Kalau begitu pulang saja sendiri!"
Bentakan Anggy kembali mengejutkan Aurora hingga nyaris membuatnya menjatuhkan gelas di tangannya. Astaga... Aurora benar-benar tidak asing dengan kejadian semacam ini. Dia yakin jika setelah ini akan ada pertengkaran besar. Karena itu Aurora terus diam di balik pintu dan menolak pergi.
Ayolah... Dengan penampilannya yang memiliki tubuh tinggi tegap, mata biru tajam tatapan elang layaknya milik Xavier, hingga rahang kokohnya-semua orang bisa menebak jika Javier Leonidas adalah lelaki yang keras. Dia termasuk orang yang selalu ingin semua keinginannya terpenuhi. Kata tidak, tidak akan berlaku untuknya. Sehingga bentakan Anggy tentu saja akan menjadi hal yang tidak bisa ditolerir. Lelaki itu akan marah besar. Aurora takut Javier akan main tangan.
Tetapi ternyata....
"Sendiri? Haha, lucu sekali...." Alih-alih mendengar suara bentakan, Aurora malah mendengar nada pasrah dari Javier. "Tidak bisa dikatakan pulang jika aku melakukannya tanpamu. Kau tahu aku selalu tidak bisa tanpamu kan, Putli?"
Aurora terpekur mendengar itu. Ah, bodoh. Apa sih yang sempat dia pikirkan tadi? Jelas-jelas dia sering melihat sendiri bagaimana cinta Javier pada Anggy. Javier jelas-jelas berbeda dengan lelaki brengsek yang suka menyiksa Ibunya. Javier Leonidas sangat mencintai istrinya. Dan mungkin itu juga yang Anggy rasakan jika dilihat dari bagaimana suara Javier membuat Anggy menurunkan nada suaranya.
"Ayolah Jabear... Sekali ini saja... Xavier dan Crystal, kau tidak melihat bagaimana terpukulnya mereka? Mereka butuh kita. Terutama Xavier... Dia pasti-"
"Dia pasti akan menjadikan alasan kehadiranku untuk semakin membenciku."
Deg. Entah kenapa, meskipun Javier Leonidas memang mengatakan ucapannya dengan lirih-nyaris tidak terdengar, kata-katanya terasa menghunjam dada Aurora. Seakan-akan dia bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan Javier juga.
Xavier memang membencinya. Tapi Aurora tahu, di salah satu sisi Xavier yang terdalam, lelaki itu masih mencintai Ayahnya.
"Jabear... Dia tidak membencimu."
"He did. Putramu itu memang selalu menemukan alasan untuk mengatakan untuk membenciku, Anggy. Xavier selalu seperti itu," tambah Javier lagi.
"Kau tahu? Aku bahkan masih ingat kali pertama Xavier berani mengatakan dia membenciku. Saat itu aku terlambat menghadiri pertandingan basket final pertamanya. Dia marah. Benar-benar marah. Dia berteriak kepada seisi mansion jika dia membenciku. Dia mengunci kamarnya. Menolak mengatakan kata lain selain kalimat aku benci Daddy, Daddy tidak pernah menyayangiku," kekeh Javier garing.
Itu membuat Aurora hanya bisa memejamkan matanya. Aurora menyandarkan kepalanya ke pintu sementara kalimat Javier yang berkata Xavier memang selalu seperti itu terus berputar di kepalanya.
"Kau tahu pasti jika alasan Xavier mengatakan itu karena dia mencintaimu. Lagipula saat itu juga dia masih anak kecil, Jabear...."
"I know... Karena itu, saat itu aku memakluminya. Lagipula dia Leonidas, wajar jika dia selalu ingin semua kemauannya tepenuhi. Tinggal kewajibanku memberikan apapun yang dia mau. Dia putraku. Aku menyayanginya. Dia putraku satu-satunya, apa yang tidak akan aku berikan jika itu untuknya?" kekeh Javier miris.
"Setelah hari itu aku selalu menuruti semua maunya, Anggy. Aku melakukannya karena semata-mata aku benci mendengar dia berkata dia membenciku. Apapun untuknya. Katakan padaku apa permintaan Xavier yang tidak aku turuti, Anggy? Markas untuk geng bodohnya? Belasan pulau pribadi yang dia mau? Puluhan mobil sport yang aku yakin tidak semua sudah dia naiki? Walaupun itu berarti aku harus berdebat denganmu. Bertengkar denganmu. Selama aku bisa memberikan apa yang dia mau, kenapa tidak? Aku hanya selalu berpesan agar dia menjaga dirinya sendiri."
Ah, ayolah... Aurora menghela napasnya panjang. Ayolah, Xavier... Kau seharusnya mendengar ini.... Mengingat bagaimana pemikiran Xavier tentang Ayahnya saja sudah membuat Aurora miris, padahal jelas-jelas disini Aurora mendengar dengan jelas betapa Javier mencintai putranya. Ah, belum lagi menyadari jika semua pemikiran Xavier itu diawali karena kesalahan Victoria. Kesalahan keluarganya. . Sementara Aurora Regina masih tidak tahu cara untuk memperbaikinya.
Akhirnya Aurora lebih memilih untuk segera pergi. Situasi seperti ini menyesakkan benaknya. Namun sebelum itu Aurora masih sempat mengintip melaui celah pintu untuk melihat Javier dan Anggy. Javier ternyata hanya berdiri beberapa langkah dari pintu. Wajar saja Aurora bisa mendengar suaranya. Sementara Anggy sendiri saat ini terlihat sudah memeluk Javier dari belakang. Well, terlihat sangat romantis bagi Aurora hingga segaris senyum terbit di bibirnya.
Sayangnya senyum itu langsung menghilang begitu saja disaat Aurora mendengar ucapan Javier lagi.
"Tapi seperti biasa, hanya perlu satu kesalahan untuk membuatnya langsung membenciku. Dia melupakan semua kasih sayangku secepat ombak menyapu pasir. Salahku memang. Aku tahu aku salah. Seharusnya aku merangkulnya, seharsunya aku mengulurkan tanganku padanya. Tapi pada saat itu aku sangat panik. Aku marah. Aku khawatir. Aku bertanya-tanya apa cara mendidikku selama ini salah hingga Xavier jadi sangat tidak terkendali? Apalagi ucapan Victoria-kau tahu bagaimana aku mempercayainya. Gadis itu sudah menjadi bagian keluarga kita juga sejak lama."
"Jabear.... Sudahlah..."
"Aku menyakitinya. Anggy. Kata-kataku menyakitinya, aku tahu itu. Aku menyesal. Jika aku bisa memutar waktu, menarik kata-kataku untuk menghapuskan memori buruknya, aku pasti sudah melakukannya. Dia putraku satu-satunya. Aku sangat mencintainya," ucap Javier pedih.
"Tapi aku juga memiliki hati. Dan Xavier meremukkannya disaat dia langsung membuangku disaat kata maaf sudah ada di ujung lidahku. Aku bahkan yakin jika sampai sekarang, anak itu juga tidak pernah berpikir bagaimana keras dia menyakitku, Anggy... Bayi yang ketika kecil kutimang, dia menyakitiku," ucap Javier sembari menghela napasnya panjang.
"Putraku sendiri. Kebanggaanku. Dia menolak nama belakangku. Xavier Leonidas bukan milikku lagi," ucap Javier getir.
Kalimat Javier kembali membuat Aurora kembali terpaku sementara genangan air mata dengan cepat memenuhi kelopak matanya. Ah, ayolah... Aurora kepala Aurora masih memutar nama Victoria yang sempat Javier sebutkan tadi.
Lagi-lagi Victoria... Lagi-lagi Victoria... Aurora berusaha keras menahan isakannya menyadari jika nama Victoria sudah menjadi mimpi buruk di keluarga ini. Tapi keputusan Aurora untuk menagan tangisnya malah membuat tubuhnya bergetar hebat hingga membuat gelas yang dia pegang jatuh tanpa dia sadari.
Prank!
Gelas itu pecah. Membuat pecahannya berserakan di sekitar kaki Aurora. Tapi bukan itu yang membuat Aurora takut, karena nyatanya suara Javier Leonidas yang menyadari kehadirannya terasa lebih mengerikan.
"Kau?! Sejak kapan kau disini?!"
TO BE CONTINUED. [dibagi dua dulu ya]
____________________
JANGAN LUPA KOMEN, VOTE, + SHARE KE TEMAN KALIAN!!!
Btw yang udah kenal Javier dari lama pasti udah hapal sama sikap Javier wkwk.
Ada yang udah baca My Bastard Prince nggak?
Yang belum? wkwk kasian deh, telat ampe kehapus dulu :P
**
Masih setia di tim mana nih? Wkwk
#Xavier
#Javier
#Aurora
#Anggy
#Andres
#Victora
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro