She Owns the DEVIL Prince | Part 41 - I Don't Wanna Go
KANGEN XAVIER?
Jangan lupa bintangnya ya!
Maaf telat. Semalam tepar habis ngerank cuma gegara pengen skin gratis T.T Dikiranya skin allucard, tapi bukan :')
HAPPY READING!!
_______________________
Ah, bukankah semua ini sama saja dengan Javier mengatakan; lawanmu aku, bukan Andres.
Sialan.
Sepertinya Andres benar-benar putranya.
_____________
Playlist : ZAYN - Dusk Till Dawn ft. Sia
https://youtu.be/tt2k8PGm-TI
Playlist kamu :
***
Aurora baru saja terbangun ketika dia mendengar suara ribut-ribut di luar sana. Suara bentakan Xavier. Oh, lord... Sepertinya mood Xavier sedang tidak baik dan itu pasti membuat akan ada korban di luar sana. Bayangan beberapa pramugari yang sedang menangis sesenggukan sudah ada di kepala Aurora ketika dia berjalan cepat ke bagian tengah pesawat. Tetapi bukannya menemukan hal itu, Aurora malah menemukan beberapa pegawai-termasuk Christian sedang menunduk sembari sesekali menatap Xavier khawatir.
"X... Astaga!" Aurora langsung memekik melihat tangan Xavier yang sudah bersimbah darah. Tidak hanya di buku-buku tangannya seperti di Dubai dulu, tapi juga di telapak tangannya. Sementara itu di lantai terlihat juga banyak pecahan kaca yang sepertinya berasal dari gelas yang pecah.
"Masuk ke kamarmu lagi, Ara."
What?! Aurora langsung menatap Xavier dengan pandangan 'kau sudah gila ya?' mendengar nada datar lelaki itu. Ayolah... darah dimana-mana, tapi tidak ada sama sekali nada kesakitan di suara Xavier ditambah lagi lelaki itu malah menyuruhnya pergi.
"Tanganmu, X! Tanganmu berdarah!"
"Ck! Masuklah... Hanya luka kecil. Jangan panik seperti Christian, aku hanya terlalu keras memegang gelas, jadi gelanya-ARA!"
Aurora tidak memedulikan bentakan Xavier begitu lelaki itu melihatnya melangkah mendekat. Aurora bahkan langsung duduk disamping Xavier dan meraih tangan lelaki itu. Damn! Dasar bodoh. Lukanya dalam. Bahkan beberapa pecahan gelasnya masih tertinggal disana. Itu membuat Aurora mengigit bibir bawahnya menahan tangis sebelum menyuruh pegawai disana membawakannya kotak P3K. Ayolah, kenapa bisa begini?
"Bersihkan yang benar! Satu kaca mengenai Aurora, aku akan memecat kalian."
Bentakan Xavier pada pada orang-orang yang bergegesa membersihkan kekacuan yang Xavier lakukan juga sama sekali tidak Aurora pedulikan. Aurora hanya meringis pelan ketika dia berusaha mengeluarkan pecahan kaca itu dari tangan Xavier. Oh lord... Bahkan darah Xavier yang terus keluar membuat tangan Aurora bergetar.
"Chris... Darahnya tidak mau berhenti. Apa tidak ada dokter?"
"Kami tidak membawa dokter, Nona. Tapi saya akan menghubungi dokter sekarang. Dokter itu akan ada begitu pesawat ini mendarat."
"Astaga, Christian! Itu masih belasan jam lagi!" ucap Aurora kesal. Ayolah, penerbangan Barcelona-New York tidak sebentar. Bisa-bisa si bodoh ini sudah kehabisan darah begitu mereka mendarat jika di biarkan.
"Kita tidak mendarat di New York."
Aurora langsung menatap Xavier begitu dia mengeluarkan suaranya.
"Kita ke La Palma. Tujuan kita berubah, aku lupa belum memberitahumu," tambah Xavier dengan santainya.
Well, mungkin jika mereka sedang berada pada kondisi yang biasa Aurora tidak akan segan-segan memaki Xavier yang seenaknya membawanya kemana-mana. Tapi mendengar dari Christian jika hanya dibutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk mereka sampai di tempat itu, Aurora tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. Sungguh, darah yang terus mengucur dari tangan Xavier juga masih membuat Aurora panik. Aurora bahkan sama sekali tidak menggubris pemandangan indah pulau La Palma yang dia lihat dari atas beberapa saat sebelum pesawat mereka mendarat.
Padahal pulau itu sangat indah, di kelilingi lautan berwarna biru, memiliki gunung-gunung di sekitarnya, sementara bangunan kota di pinggiran laut juga terlihat tertata dengan apik.
Pesawat yang mereka naiki ternyata mendarat di private airport milik Leonidas International. Itu bisa Aurora lihat dari logo L E O N I D A S yang terlihat di sepanjang bangunan.
Ah, jangan lupakan logo Leonidas di badge para pegawai yang dengan sigap menghampiri mereka. Dan Christian benar, beberapa dokter juga sudah mengunggu mereka disini, dan Aurora membiarkan mereka mengobati luka Xavier ketika dia sendiri pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan tangannya.
Aurora menyempatkan diri untuk memeriksa ponselnya sebelum dia pergi dari kamar mandi. Ada beberapa pesan yang masuk dari kakeknya, Ian, dan juga dokter pribadi Vic. Damn. Semoga bukan hal buruk lain-mengingat apa yang terjadi pada Xavier saja sudah membuat tangan Aurora dingin.
Ian.Salvatore : Kapan kau pulang?
Ian.Salvatore : Aku merindukan Tallulah.
Aurora membuka pesan dari Ian dulu karena dia pikir dari semuanya pesan Ian yang tidak begitu beresiko. Benar saja, pesan Ian membuatnya tersenyum, sekaligus bertanya-tanya dimana Xavier menaruh anjingnya.
Revina : Aku memiliki kabar gembira, kondisi Vic meningkat pesat.
Revina : Respon otaknya benar-benar bagus. Jika kondisinya terus seperti ini aku memiliki keyakinan jika tidak lama lagi Vic-mu pasti akan bangun.
Tulis Revina di pesannya. Oh lord... Aurora benar-benar merasa sangat lega melihat itu, sekaligus takut. Ayolah, Aurora jelas tahu jika situasi di sekitarnya akan berubah ketika Vic sudah terjaga. Tapi sudahlah.... Tidak apa-apa. Asal Vic bisa terjaga dan ada disisinya-semuanya akan baik-baik saja.
Sekarang giliran pesan kakeknya-William Petrov. Semoga bukan hal yang buruk juga.
Mr. Hitler : Aku sudah mengurusnya. Michael Cercadillo tidak akan berani menggunakan nama Victoria semaunya. Kau bisa tenang. Tulisnya.
Oh God. Baru kali ini Aurora merasa selega ini. Mengabaikan nama Hitler yang dia dan Vic gunakan sebagai nama kontak kakeknya mengingat betapa diktatornya William, kabar yang William berikan setelah sebelumnya Aurora memintanya mengurus perbuatan suami Ibunya membuatnya lega.
Michael dan Andres-dua orang itu memang paket komplit yang membuat Xavier membenci Victoria. Ya, meskipun saat ini Aurora sendiri sudah masa bodoh dengan Xavier yang terus membenci Victoria karena praduganya sendiri, tetap saja kelakuan dua orang itu tidak bisa dibiarkan.
***
"Kau sudah memastikan si sombong itu mendengar kabar jika aku membawa Aurora ke cottage kesayangannya kan, Chris?" ucap Xavier pada Christian begitu dia menunggu Aurora di lounge.
"Mata Tuan Javier dimana-mana. Apalagi saat ini kita medarat di private airport pribadinya. Tang saya khawatirkan kabar ini akan membuat Tuan Javier Leonidas marah besar, Tuan muda."
"Kenapa? Kau tahu jika itu memang tujuanku kan?" ucap Xavier dengan nada datar tanpa emosi sama sekali.
"Setelah melihat luka di tangan Anda, saya yakin memang iya."
Jawaban Christian yang membuat Xavier melihat tangannya yang sudah dibalut perban. Dokter memberikan beberapa jahitan disana yang membuktikan jika ucapan Aurora tentang lukanya yang parah memang benar.
"Dia sudah membunyikan genderang perang dengan membela Andres. Aku hanya membunyikan genderang perang balasan dengan membawa Aurora kemari," ucap Xavier sembari tersenyum tipis. Ayolah, Xavier masih mengingat jelas pesan Javier untuk hanya membawa orang-orang spesial ke tempat rahasianya. Cottage di La Palma yang terletak di kepuluan Canary, Spanyol. Pulau ini memang memiliki tingkat polusi yang sangat rendah hingga membuat bintang terlihat jelas ketika malam. Javier menyukai bintang-karena itu dia sangat menyukai tempat ini.
Dan sekarang Xavier membawa Aurora kemari. Dia membawa wanita yang tidak Javier sukai. Xavier bahkan sudah membayangkan bagaimana marahnya Javier karena merasa tidak dihargai.
Tapi ternyata beberapa jam selanjutnya Xavier sudah tidak lagi membayangkan bagaimana respon Javier. Aurora mengalihkan perhatiannya. Tatapan takjub wanita itu begitu mobil yang mereka naiki melewati jalanan kota Santa Cruz dengan pemandangan laut di sekitarnya... Tawa Aurora begitu dia bermain ombak di pantai yang terletak di belakang cottage milik Javier... Hingga bagaimana wanita itu sama sekali tidak berusaha mengalihkan pandangannya dari lautan bahkan ketika mereka sudah duduk di balkon cottage dengan makanan di meja mereka, menarik perhatian Xavier.
Rasanya semua beban dan kerisauan Xavier langsung terangkat. Membuatnya berpikir akan melakukan apapun jika itu membuat Aurora bisa tersenyum seperti sekarang.
"Tanganmu sudah tidak apa-apa kan?" tanya Aurora tiba-tiba tanpa menolehkan kepala. Xavier sendiri masih belum mengalihkan pandangannya dari Aurora.
"Sudah tidak apa-apa. Sedikit sakit, tapi sudahlah."
"Lain kali jangan berbuat ceroboh lagi. Kau membuatku khawatir, kau tahu?" ucap Aurora kesal. Well, itu membuat benak Xavier terasa hangat. Tapi tak lantas Xavier tetap terkekeh pelan.
"Ucapanmu membuatku menjadi memiliki niat untuk melakukan ini lagi."
Aurora langsung menolehkan kepala dan menatap Xavier panik.
"X! Kau sudah gila? Jangan macam-macam!"
"Tapi bagaimana.... Aku suka melihatmu mengkhawatirkanmu. Aku suka kau perhatikan, Ara," ucap Xavier masih dengan kekehannya. Aurora sendiri langsung terlihat speechless mendengarnya. Apalagi setelah itu Xavier kembali berkata.
"Kumohon, apapun yang terjadi tetaplah disini. Aku membutuhkanmu. Bukan hanya mactha teamu, tapi kehadrianmu, pelukanmu, ciumanmu.... Semua hal tentangmu, aku membutuhkannya. Kau penyembuhku, bukan untuk luka yang terlihat. Tapi dari luka yang rasanya lebih menyakitkan dari ini."
Oh, ayolah... Jika orang lain yang mengatakannya mungkin Aurora merasa orang itu hanya mengatakan kata-kata gombalan. Tapi ini Xavier, orang yang sangat jarang berterima kasih apalagi meminta maaf. Dan sekarang lelaki ini memohon padanya....
Itu membuat Aurora meraih tangan Xavier yang tidak diperban dan menyentuhnya. Oh, God... Dia tahu dia sudah ada di dekat jurang kehancuran dengan berkata, "aku tidak akan pergi, Xavier...."
Tapi dia memang ingin terus disini. Dia tidak ingin pergi.
TO BE CONTINUED
______________________________
HOPE YOU LIKE IT!
JANGAN LUPA KOMEN, VOTE SAMA SHARENYA!
Nodong 17K votes dong biar vote per partnya seimbang ^^
Btw Dy nggak mau janjiin. Tapi Dy bakal usahain setelah ini Dy bakal update Xavier teratur kayak Javier dulu. Paling lambat 3 hari sekali. Dy kena karma wkwk, masa Primal di updatenya jadi seminggu sekali T.T Sedih akutuh.
With Love,
Dy Putina.
Istri sah Sean O'Pry dan selingkuhan cogan-cogan di planet Bumi ^^
Jangan lupa follow :
@dyah_ayu28
@xavier.leonidas1
@aurora.regina1
@javier.leonidas
@anggy.sandjaya
@crystal.leonidas01
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro