She Owns the DEVIL Prince | Part 38 - Love Me Harder
DOUBLE UPDATE! WKWK
TUMBEN, KESAMBET APA? XD
JANGAN LUPA BINTANGNYA! KALAU VOTE SAMA KOMEN PART SEBELUMNYA JOMPLANG, DY NGAMBEK. NGGAK MAU TAU T.T HUHUHU
BTW PART INI DY DEDIKASIIN UNTUK WKWK. SEMOGA NANTI ADA YANG BELAI YA XD
__________________________
"Xavier...."
Lagi-lagi ucapan Xander membuat langkah Xavier terhenti. Ah iya, dia belum mengucapkan terima kasih pada lelaki ini.
"Jaga dia. Dia kesayanganku," ucap Xander sembari tersenyum miring.
Langsung saja, itu membuat Xavier merengut tidak suka.
Damn. Kesayangannya? Dia pikir karena dia telah menyelamatkan Aurora, Xavier akan rela mendapati orang lain menyayangi Ara-nya?
Wanita ini segalanya. Miliknya.
***
My Playlist : Ariana Grande - Love Me Harder
Your playlist?
__________
Note : Dy itu shipper Sean - Tay Tay, Jariana sama Jarbara. Denger lagi jadi pengen bikin JDB kayak dulu hehe...
***
LEONIDAS'S MANSION. 01:12 AM
"Saya sudah menghubungi detektif swasta untuk mencari data yang Tuan Muda inginkan," ucap Christian.
"Bagus. Aku ingin data-data tentang Aurora masuk ke email-ku secepatnya, Chris," perintah Xavier tegas. Sungguh, kata-kata Xander tadi masih membayangi kepala Xavier.
Kesayangannya? Shit. Xavier tidak terima itu. Karena itu dia menyuruh Christian mencari semua data tentang Aurora mengingat data-data yang masuk ke database perusahaan hanya berisi informasi dasar. Sementara itu fakta jika William Petrov mengakui Aurora sebagai cucunya juga tidak membantu banyak. Damn. Xavier benar-benar penasaran. Bagaimana bisa Aurora mengenal Xander William?!
"Kami akan mengusahakannya, Tuan." Christian menjawab patuh.
"Tapi sepertinya akan memakan banyak waktu. Russia benar-benar tertutup, sementara keluarga Miss Regina sendiri adalah keluarga berpengaruh disana. Akan sangat sulit mengorak informasi tentang mereka."
"Aku tidak mau tahu, aku hanya ingin semua data tentang Ara, terutama hubungannya dengan Xander William aku terima."
"Baik Tuan Muda." Christian tidak lahi berkomentar. Dan ketika Christian merasa Xavier sudah tidak akan berkata-kata lagi, dia pamit undur diri.
Usai Christian pergi, Xavier sendiri masih tetap berdiri di depan pintu kamarnya. Pikiran Xavier sendiri sudah berpikir kemana-mana. Aurora... Xander... Kesayangannya....
Semua itu membuat Xavier langsung menghubungkannya ke kepurusan William Enterprise untuk bekerja sama dengan Adams Group. Hell... Jangan bilang Xander melakukan itu karena Aurora. Dia sedang berusaha merebut Aurora-nya?
Dafuq. Langkahi mayatnya dulu!
Tapi pikiran Xavier langsung buyar begitu dia mendengar suara teriakan Aurora.
Aurora ternyata terbangun setelah sebelumnya dia tidur pulas usai Xavier menenangkannya. Langsung saja, itu membuat Xavier bergegas masuk ke dalam. Tapi sial, keberadaan Tallulah yang entah kenapa selalu menghalangi jalan Xavier dengan bergerak ke arah kanan dan kiri di tengah-tengah pintu membuat Xavier kesal sendiri.
"Ck! Malam ini kau tidur di luar!" geram Xavier sembari mengangkat Tallulah.
Tanpa banyak kata Xavier mengendong Tallulah dan menaruh kesayangan Aurora itu di luar sebelum menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Damn. Anjing itu benar-benar anjing! Kerjaannya hanya mengganggu Xavier!
Namun kekesalan Xavier pada Tallulah langsung kandas begitu Xavier melihat Aurora.
Oh, lord... Wanita itu terlihat tengah meringkuk dengan posisi duduk di atas ranjang. Wajahnya dia benamkan di lekukan kakinya. Dia terlihat ketakutan. Itu yang lantas membuat Xavier buru-buru menghampiri Aurora dan memeluknya.
Andres Lucero...
Xavier menggertakkan giginya tanpa sdar begitu kepalanya mengingat sosok lelaki itu. Bajingan itu benar-benar brengsek. Xavier yakin jika Andres benar-benar sudah melakukan sesuatu yang buruk dengan melihat kondisi Aurora sekarang. Lelaki itu menghilangkan Ara-nya. Dia membuat Aranya yang segarang macan berubah kelinci yang ketakutan. Aurora seperti bukan dirinya sendiri. Xavier tidak suka ini.
"It's alright, baby. I am here," bisik Xavier sembari mengeratkan pelukannya pada Aurora.
Aurora sendiri langsung menurut. Dia menenggelamkan kepalanya di dada Xavier yang membuat Xavier menyadari jika tubuh Aurora masih menggigil.
"Hidupkan lampunya. Gelap. Aku takut."
Suara bisikan Aurora yang terbata-bata membuat Xavier beranjak sedikit untuk mengambil remote di atas nakas guna menghidupkan lampu tidur. Tapu gerakannya langsung membuat Aurora merapatkan dirinya seakan-akan dia takut Xavier akan pergi. Shit. Wanita ini benar-benar ketakutan. Andres benar-benar keparat. Dasar bajingan laknat!
Kepala Xavier terus memutar kata-kata rutukan untuk Andres bahkan disaat dia tengah mengelus punggung Aurora. Xavier juga mengecup pelipis Aurora sayang, berusaha menenangkannya. Terlebih ketika Xavier menyadari Aurora terus saja mengeluarkan keringat dinginnya. God... Benak Xavier benar-benar serasa seperti di remas melihat ini.
"It's okay. Tidurlah, lupakan semuanya. Aku berjanji, mulai saat ini semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak akan membiarkan seorangpun menyakitimu lagi. Tidak akan pernah," janji Xavier.
Mata Xavier sendiri sudah berkilat menyeramkan, sementara pikirannya sudah dipenuhi banyak hal. Termasuk merebut Leonidas International jika seandainya itu membuatnya bisa memberi pelajaran Andres dengan maksimal.
"Dia menciumku.... Dia-"
"Stt.... Lupakan semuanya, Ara. Kau sudah baik-baik saja. Aku disini." Xavier berbisik. Mencoba menenangkan.
Aurora sendiri langsung menggeleng di dalam pelukannya.
"Aku benar-benar jijik. Aku sudah berusaha menendangnya. Tapi aku tidak bisa-Aku-"
Xavier memejamkan matanya. Dia benar-benar ingin meledak. Tetapi Xavier tahu dia harus tetap tenang. Aurora membutuhkannya. Karena itu alih-alih keluar untuk mencari Andres Lucero, Xavier lebih memilih memeluk Aurora lebih erat lagi.
"Aku kotor, X.... Kau pasti akan jijik padaku. Kau akan membenciku."
"Sst... Kau tidak kotor. Dan kenapa aku harus membencimu? Itu bukan salahmu," bisikan Xavier membuat getaran tubuh Aurora tidak sehebat tadi.
"Aku takut padanya, X.... Aku benar-benar jijik," gumam Aurora lagi.
Kali ini Aurora kembali menangis yang membuat Xavier tidak mampu berkata-kata lagi.
Xavier tahu, dia sangat tahu bagaimana takutnya Aurora. Getaran di tubuhnya tidak menipu. Ketakutannya... Kebenciannya... Rasa frustasinya... Xavier merasa dia ikut merasakan itu semua.....
"Aku membencinya, X...."
Aku juga. Bahkan rasa benciku jauh-jauh lebih besar mengetahui dia melakukan ini padamu, Ara. Batin Xavier dalam hati.
Mulut Xavier sendiri masih terkunci rapat. Mungkin kemarahan Xavier yang semakin membuncah membuat Xavier tidak bisa mengatakan apa-apalagi. Dia hanya memeluk Aurora erat sembari berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Dia menciumku dimana-mana. Kau pasti akan jijik jika melihat-"
Kecupan Xavier di keningnya membuat kalimat Aurora terhenti. Tapi kemudian tangis Aurora kembali pecah ketika dia mengatakan ucapannya lagi. "Aku kotor, X... Kau akan membenciku...."
Dasar Andres sialan! Xavier kembali menggertakkan giginya. Ah, shit. Kenapa lelaki itu begitu membencinya? Dulu dia merebut Victoria, lalu mengambil tempatnya, dan sekarang dia membuat Auroranya menjadi seperti ini. Sebenarnya apa maunya? Kenapa Andres serasa seperti ingin mengambil semua yang Xavier miliki?
"Dia menciumku, X! Dia-"
"Katakan padaku, dimana dia menciummu, Ara?" geram Xavier sembari menatap Aurora lekat. Tangan Xavier sudah tidak memeluk Aurora lagi, tapi jemarinya bergerak memegang wajahnya.
Mata biru Xavier lantas menatap Aurora lekat, membuat Aurora tidak bisa melakukan hal lain selain menatapnya dengan mata hijaunya yang penuh air mata.
"Apa dia menciummu disini?" tanya Xavier sembari membelai bibir Aurora dengan ibu jarinya.
Aurora menutup matanya. Dia lalu mengangguk cepat tanpa memedulikan air matanya yang terus mengalir di pipi. Tapi beberapa waktu kemudian Aurora langsung membuka matanya. Oh, Tuhan... Dia benar-benar terkejut mendapati bibir Xavier yang sudah mendarat di bibirnya.
Xavier mengecupnya ujung bibirnya, sebelum bergerak melumatnya pelan.
"Apa dia menciummu disini?" kali ini Xavier mendaratkan bibirnya di leher Aurora.
Pertnyaan Xavier membuat Aurora kembali memejamkan mata dan mengangguk mengiyakan. Yang menciumnya adalah Xavier, bukan Andres. Dia tidak boleh takut. Dia ingin Xavier, dari dulu hingga sekarang, dia hanya ingin Xavier.
"Ijinkan aku menghapus bekasnya, can I?" kali ini Xavier berbisik tepat di dekat telinganya.
Lagi-lagi Aurora mengangguk. Sungguh, dia sama sekali tidak mempunyai pemikiran untuk menolak Xavier. Dia melupakan semua hal yang bisa menghalanginya. Yang Aurora mau hanya bebas dari jejak menjijikkan Andres Lucero. Dan ketika Xavier mampu melakukan itu untuknya, Aurora menerimanya.
Dan Xavier benar-benar melakukannya. Lelaki itu menciumnya dimana-mana. Di pundaknya... di lehernya.... Naik ke dagunya..... Pipinya, sebelum memutuskan bermain lebih lama di bibirnya.....
Oh, Tuhan... Sepanjang itu pula Aurora terus menahan napas. Terlebih ketika Xavier terus saja melumat bibirnya dengan lumatan nikmat yang membuat Aurora lupa daratan. Lidah Xavier membelai langit-langit mulutnya, giginya bibir bawah Aurora. Damn. Semua itu membuat Aurora melupakan semua hal-termasuk Andres. Dia bahkan tidak sadar ketika dia akhirnya turut membalas ciuman Xavier, sementara Xavier sudah membaringkannya di atas ranjang.
"Kau ingin aku menciummu dimana lagi, Ara?" desis Xavier serak begitu ciuman mereka terlepas.
Mata biru Xavier sendiri terlihat berkilat penuh gairah, sementara napas mereka berdua masih sama-sama memburu. Pikiran Aurora sendiri beanr-benar blank. Semua momen ini membuatnya tidak bisa berpikir, Aurora bahkan tidak bisa menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Xavier.
Namun sepertinya Xavier langsung tahu apa yang Aurora inginkan. Bibir lelaki itu turun ke dada Aurora, mengecupnya disana hingga membuat Aurora melengkungkan tubuhnya. Oh, my God! Kepala Aurora langsung kosong sementara kenikmatan terus menggerogotinya. Tidak. Tidak. Tida.... Dia tidak bisa menahan semua ini. Xavier Leonidas benar-benar membuatnya kehilangan kewarasannya. Lelaki ini benar-benar godaan. Atau mungkin memang ini yang Xavier mau melihat bagaimana Xavier terus mencumbu Aurora tanpa terlihat memliki niat berhenti sama sekali?
Ketika Xavier kembali menaikkan tubuhnya dan membuat wajah mereka sejajar, Aurora bisa melihat jika saat ini manik biru Xavier tengah menatapnya seakan-akan dia adalah santapan. Kilatan di mata birunya memperlihatkan dengan jelas jika Xavier sangat-sangat berhasrat. Dan astaga... Ketika Aurora mengalihkan pandangannya dari mata Xavier yang melemahkannya, entah kenapa rambut Xavier yang acak-acakan malah membuat lelaki ini terlihat semakin seksi dimatanya.
Gosh! Semua itu membuat Aurora kembali menahan napasnya, terlebih ketika Xavier kembali menundukkan wajah untuk mencium lekukan lehernya.
"Jangan pernah menyuruhku berhenti," bisik Xavier serak sebelum menyarangkan kecupan panjangnya disana. Ah, Aurora yakin jika besok semua ini pasti akan membekas.
"Kau tahu? Aku tidak akan mau berhenti meski kau memintaku. Kita akan mengakhiri semua ini. Kau tidak boleh memikirkan hal lain yang menyakitimu. Kau hanya boleh memikirkanku," tambah Xavier sebelum kembali mencium bibir Aurora.
Aurora hanya pasrah. Dia lantas menutup matanya dan mengalungkan lengannya di leher Xavier.
Oh, lord. Aurora tahu besok dia akan menyesali ini. Tapi sama seperti Xavier, dia juga tidak ingin berhenti. Dia ingin meneruskan kegiatan yang membuat darahnya berpacu cepat seperti ini.
***
Sial. Sial. Sial. Sial!
Sunggug, awalnya Aurora merasa jika yang dia alaminya hanya mimpi saja. Tapi ketika dia menyadari dia benar-benar terbangun di dalam pelukan Xavier, dia langsung merutuki dirinya yang dengan bodohnya menyerahkan diri pada si devil ini!
Damn. Salahkan pikirannya yang benar-benar kalut ketika dengan kurang ajarnya si bajingan Andres melakukan hal menjijikkan itu padanya. Tapi tapi tapi.... C'mon... Setelah Aurora berhasil lepas dari bajingan itu, kenapa dia malah melakukan hal bodoh dengan terjebak pada bajingan yang lain?
Shit. Dia kena zonk!
Aurora merutuk dirinya lagi ketika dia merasa semua sendinya seakan sudah dilolosi. Terlebih pada tubuh bagian bawahnya. Dasar devil sialan! Lelaki ini sepertinya sengaja mencari kesempatan di dalam kesempitan. Bayangkan, setelah mengatakan cinta padanya beberapa waktu yang lalu, lalu mencium Katherine, sekarang Xavier mengambil-ah, sudahlah. Aurora sudah bisa membayangkan jika setelah ini Xavier akan berbuat berengsek lagi dengan menikahi Katherine. Kenapa baru sekarang pikiran Aurora waras? Devil ini tidak bisa dipercaya.
Mengabaikan kekesalannya-terlebih ketika dia sadar benar jika dia dengan bodohnya turut menikmati apa yang Xavier lakukan, Aurora segera melepaskan pelukan Xavier dan turun dari ranjang. Dia juga langsung memunguti pakaiannya yang sempat Xavier lempar menjauh. Ah, jangan lihat ranjang Xavier. Itu seperti kapal pecah. Xavier benar-benar seperti beruang grizzly yang liar.
Aurora mengedarkan pandangannya, mencari Tallulah. Ayolah, dia lebih memilih pergi dan tidur di sofa bersama Tallulah daripada terus berada di sisi Xavier. Dia bahkan berharap Xavier menganggap apa yang terjadi sebelumnya hanya ada dalam pikirannya saja. Ya, semoga seperti itu....
Tapi kemudian.....
"Xavier!" Aurora langsung memekik menyadari tubuhnya sudah melayang.
Oh, shit. Rupanya Xavier sudah bangun. Lelaki ini mengangat tubuh Aurora dengan sangat mudah, membaringkannya di tas ranjang dan mengurungnya dalam pelukan.
Dan astaga... tanpa melihatpun Aurora bisa merasakan jika Xavier sama telanjangnya! Sontak itu membuat wajah Aurora langsung memanas. Terlebih ketika dia kembali memutar kenangan mereka beberapa saat yang lalu.
"This Devil! Lepaskan... Aku mau pergi!"
Xavier malah tertawa geli. "Sudah terlambat," ucap Xavier sembari kembali menenggelamkannya di leher Aurora.
"Seingatku waktu untuk Cinderella melarikan diri itu sekitar jam 00:00 AM, Ara. Sekarang sudah jam 03:00 AM. Ini sudah waktuku, bukan waktumu," gumam Xavier sembari meneruksan kegiatannya lagi.
"Eh?" Aurora bertanya bingung.
Oh Tuhan... Kecupan kecil kecil lelaki ini di lehernya membuat Aurora kesulitan berpikir. Xavier sialan! Lelaki ini benar-benar devil!
"You said that I'm a Devil, right?" jawab Xavier sembari menyunggingkan senyum kemenangannya. Aurora tidak bisa mendengar, otaknya mendadak terasa seperti rongsokan.
"This is the Devil's time, isn't it? So let's we play. I don't let you go anywhere," bisik Xavier beberapa saat sebelum dia kembali mencium Aurora.
F*cking shit. Lelaki ini gila.
TO BE CONTINUED.
_________________________________
HOPE YOU LIKE ITTTT!!!!!!!!!!!!!
JANGAN LUPA KOMEN YANG BANYAK, VOTE SAMA SHARE KE SOSMED KALIAN YA!
Komen emoticon kalian dong buat part ini!!! Wkwkw
Little bear menang banyak ya :') Dia udah gede ternyata. Baru kemarin Anggy nolak cumi di pesawat XD
Nodong 17K buat next chapter ^^ Dy butuh istirahat. Dan target 15K itu bikin Dy istirahat 2 hari doang -_- (Kecup sini semua :*)
Btw Dy udah baca komen kalian di part sebelumya wkwk. Tenang, dari awal Dy udah bilang Dy bakal namatin semua cerita Dy di wattpad. Perbedaan di buku hanya penambahan 1 ekstra part, kayak MBP sama CL hehe Dann.... Karena Dy sayang Xavier, biarian penerbit yang ikutin kita ya. Mau juli kek, agustus, september, oktober... Kalau mereka bisa netapin bulan Juli, kenapa nggak di bulan ketika Xavier udah tamat tanpa diburu-buru? XD
Biarkan Xavier bertahan lama di rank #1 kayak Papa Bear hehe... Kalian masih mau kan jadi tim spam komen sama vote biar si songong tetep di atas? :P
Loading next part.....
See you soon!
With big kiss,
Dy Putina.
Istri SAH Sean O'Pry. Istri pertamanya Justin Bieber. Selingkuhannya Shawn Mendes. Pacarnya Marc Marquez. Kesayangannya One Direction. Pelakornya Zayn Malik. Yang dikejar-kejar Luke Hemming
Go follow instagram :
Dyah_ayu28
The.angels05
Xavier.leonidas1
Aurora.regina1
Javier.Leonidas
Anggy.Sandjaya
Crystal.leonidas1
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro