She Owns the DEVIL Prince | Part 37 - My Everything
HOLA!!!!
UDAH NUNGGU YA? XD
This part dedicated for Racklyonster! Dia yang pertama komen My Everything wkwk. Dy selalu scroll up setiap komen. Serius deh hehe
HAPPY READING! JANGAN LUPA BINTANG KECILNYAAA!!!
"Andres Lucero, ternyata baik itu dulu maupun sekarang, kau masih tetap berengsek, ya?" ucap suara itu lagi sebelum sebuah suara gedebum membuat tubuh Andres benar-benar menyingkir dari tubuh Auorora.
Aurora sendiri langsung meluruh ke lantai. Tubuhnya bergetar hebat. Andres Lucero, lelaki ini benar-benar sialan.
Aurora membencinya. Sangat membencinya.
***
My Playlist : Ellie Goulding - Burn
https://youtu.be/CGyEd0aKWZE
Your Playlist :
_________________________
"Xavier! Kau mau kemana?"
"Ck! Jangan mengikutiku!" sentak Xavier sembari menghempaskan lengan Katherine yang kembali bergelayut manja padanya. C'mon... Ternyata memang Xavier tidak boleh berperilaku baik pada keluarga Lucero karena jika tidak mereka tidak segan-segan melewati batasan. Dulu Andres, dan sekarang Katherine. Ah, shit! Katherine benar-benar lancang, bisa-bisanya wanita ini menciumnya seperti itu!
"Ayolah, Xavier...." rengekan Katherine yang membuat mood Xavier semakin hancur.
Xavier tidak melihat Aurora di meja Grandpanya dan dia juga tidak menemukan Aurora dimana-mana. Karena itu dia segera menghampiri Olivia yang langsung menjawab pertanyaannya dengan sinis. Olivia berkata Aurora pergi ke kamar mandi karena Xavier lebih memilih Katherine. Oh, gosh! Apa jangan-jangan Aurora marah karena dia melihat Katherine menciumnya? Tapi bagaimana mungkin, Aurora tidak mencintainya. Wanita itu tetap bersamanya karena Xavier yang memaksanya.
Akhirnya Xavier ke arah pintu ballroom itu tanpa memedulikan Katherine yang mengikutinya. Ck! Seperti ekor saja. Tapi baru saja dia sampai di pintu Xavier mendengar suara dentingan dari sendok dan gelas di tengah ruangan yang menandakan seseorang tengah meminta perhatian.
Xavier kembali berbalik dan menemukan jika Javier Leonidas yang melakukan itu.
"Selamat malam. Terimakasih sudah berkenan hadir dalam pesta sederhana kami," ucap Javier dengan senyum manisnya. Xavier langsung melengos, dia yakin bukan hanya dia-tapi mayoritas orang di dalam ruangan ini pasti menganggap Javier kurang waras melihat pesta mewah dengan budget milyaran ini dia sebut sederhana.
"Ini benar-benar hari bahagia kami berdua, aku dan Anggy. Rasanya masih kemarin aku melamarnya, tapi sekarang tiba-tiba saja kami sudah merayakan pesta perayaan kami yang ke dua puluh delapan. Waktu berajalan cepat ya, Babe?" tanya Javier sembari menatap Anggy geli.
Anggy sendiri langsung tertawa. Semetara binar di matanya memperlihatkan jika wanita itu sangat bahagia. Ah, mendadak itu membuat Xavier memutar kata-kata Aurora. Benarkah jika sebenarnya Ibunya bahagia? Yang membuat Anggy tersiksa hanya hubungan buruknya dengan Ayahnya?
"Aku bahkan masih mengingat jelas lamaranmu, Jabear...." goda Anggy.
Javier terlihat memutar matanya. "Ayolah, jangan bilang kau sedang mengungkit lamaranku yang pertama,"
Anggy langsung tertawa, membuat Xavier tanpa sadar ikut tersenyum juga.
"Tentu saja. Will you have a perfect nightmare with me, Anggy Sandjaya? The bitch from Indonesia? Bukannya begitu?"
Hell! Xavier langsung terbelalak mendengar ucapan Ibunya. Apa-apaan... Lelaki itu benar-benar bastard biadab!
"See? Dia memang selalu menggodaku dengan kata-kata itu."
Javier terlihat memijat pelipisnya ketika mengatakan ini, tapi setelah itu suara teriakan seseorang membuat semua perhatian seseorang teralihkan ke arah suara itu. Dia Evan Stevano-Ayah Kenneth sekaligus sahabat Javier yang merangkap menjadi musuhnya.
"TIDAK APA-APA, JAV! ITU LAMARAN YANG SEMPURNA, AKU BANGGA PADAMU, KAU BENAR-BENAR JAHANNAM!"
Teriakan Evan membuat semua orang tertawa, dan entah kenapa itu membuat kekesalan Xavier yang sempat muncul perlahan hilang. Astaga... Sepertinya hanya dia yang menganggap lamaran itu terdengar buruk disini. Sementara yang lain menganggapnya sebagai hal ajaib yang menyenangkan. Well, itu membuat Xavier penasaran.
"Kau memang harus bangga padaku, Evan. Paling tidak cara lamaranku lebih baik dari cara lamaranmu."
"Oh, oh... Jangan bangga dulu, Jav. Lamaranku lebih jenius darimu. Bayangkan, aku memang harus pura-pura mati, kalau tidak si pirang ini akan-"
"Diam. Jangan mengacaukan pesta orang lain!" Abigail Stevano-ibu Kenneth langsung menyela ucapan suaminya. Membuat Xavier menyunggingkan senyum tipis sembari menggeleng pelan. Well... Bukan hal baru lagi melihat Evan Stevano dan istrinya tidak bisa akur satu sama lain.
Tidak mau berlama-lama, Xavier merasa dia harus menyudahi menonton semua ini mengingat dia harus mencari Aurora. Apalagi dengan terus berdiri disini membuat Katherine mengambil kesempatan untuk bergelayut di lengannya lebih lama lagi. C'mon... Apa ucapan-ucapan pedas yang Xavier lemparkan tidak membuat Katherine sadar jika dia membencinya?
Tapi baru saja Xavier menepis tangan Katherine dan bergerak menjauh....
"Baiklah, langsung saja. Malam ini aku benar-benar bahagia, karena selain karena ini malam bahagia kami, ini juga akan menjadi hari bahagia bagi putra kami, Xavier Leonidas."
Heh? Hari bahagia? Suara Javier membuat Xavier menatap lelaki itu heran. Dan keheranan Xavier semakin naik berkali-kali lipat melihat Javier tersenyum padanya sementara Anggy sendiri terlihat menatap Javier kesal. Hell, sudah pasti, ada yang tidak beres disini.
"Putra pertama kami, Xavier Leonidas akan bertunangan malam ini dengan Katherine Lucero. Well, sebenarnya ini juga acara kejutan. Kalian bisa lihat sendiri kan bagaimana mereka cocok satu sama lain? Mereka pasangan yang serasi, bahkan mereka sudah dekat sejak mereka kecil."
Holy shit. Mother fucker. Keparat. Bastard.
Rasanya semua umpatan tidak bisa melukiskan seberapa marahnya Xavier. That bastard! Dia pikir dia siapa hingga berharap Xavier akan mau bertuangan dengan ulat bulu yang kini kembali bergelayut di lengan Xavier dengan wajah berharap!
"Asatga... Xavier... Ini bukan mimpi kan? Kita akan-"
"Lepaskan, bicth!" sela Xavier marah. Tapi belum sempat dia menepis tangan Katherine, suara Javier kembali terdengar.
"Xavier, Katherine... Kalian bisa kemari," ucap Javier sembari tersenyum. Senyum licik di pikiran Xavier.
Karena itu tanpa berpikir panjang apalagu memedulikan respon semua orang, Xavier langsung menghempaskan tangan Katherine dari lengannya tanpa banyak kata.
"Ah, pertunangan ya. Terimakasih Daddy, aku sangat bahagia," ucap Xavier sarkas. Tentu saja hanya dia dan Javier yang menyari kata-kata sarkasnya itu mengingat saat ini Xavier sudah menyunggingkan senyum tipisnya.
Namun setelah itu Xavier menambahkan, "tapi bagaimana ya... Aku sedang ingin ke kamar mandi. Jika kau mau, kau bisa kan mewakiliku untuk bertunangan dengan wanita ini, Dad. Siapa tahu dia bisa menjadi istri cadanganmu sebelum Ibuku menceraikanmu. Lagipula aku tidak butuh dia, aku sudah mempunyai Aurora Regina."
"Xavier Leonidas!"
Teriakan Javier yang memanggil namanya sama sekali tidak Xavier pedulikan. Xavier bahkan langsung berjalan keluar dengan langkah santainya ke arah kamar mandi terdekat untuk menemui Aurora. Untunglah kali ini Katherine tidak mengikutinya-mungkin Katherine masih sangat shock. Tapi itu lebih baik, Xavier benar-benar marah. Dia nyaris meledak. Xavier tahu dia membutuhkan matcha tea Aurora. Pelukan Aurora. Ah, tidak. Tidak. Xavier hanya membutuhkan Aurora.
Hanya Aurora dan dia akan baik-baik saja. Javier Leonidas sudah benar-benar sukses membuatnya muak, marah dan kecewa.
Deg! Holy shit.
Baru tadi Xavier mengira Aurora akan memperbaiki moodnya, pemandangan di depannya malah mengatakan hal yang sebaliknya.
Aurora terlihat berdiri beberapa meter darinya, di dalam pelukan seorang lelaki bebadan tegap dengan rambut coklat keemasan. Dari tatto yang terlihat dari lengan jas yang lelaki itu sampirkan ke atas, Xavier langsung tahu jika lelaki itu adalah Xander William-musuh besarnya. Sialan, apa yang pikir sedang mereka lakukan?! Xavier tidak percaya ini.
"Sialan kau, Xander!" seru Xavier sembari menarik kerah jas Xander dan memberikan tonjokan di wajahnya.
Gerakan Xavier membuat pelukan Xander pada Aurora langsung lepas. Tapi bukan Xavier namanya jika dia akan berhenti disana, Xavier terus menonjok Xander, menendangnya, menghajarnya keras. Xavier baru berhenti ketika dia merasakan pelukan Aurora di tubunya.
"Stop, X! Stop! Kau bisa membunuhnya...," ucap Aurora dengan dengan suara bergetar.
Damn. Apa katanya? Xavier langsung muak mendengar kata-kata itu. Ya, selain karena itu membuat Xavier merasa Aurora membela lelaki keparat ini, mendadak Xavier juga langsung merasa de ja vu. Dia merasa pernah berada di posisi ini. Dengan Victoria...
Haha, lucu sekali. Ternyata Xavier memang sebodoh ini. Bagaimana bisa dia dengan bodohnya menyerahkan hatinya pada wanita lain semudah itu dan berakhir kembali dengan dikhianati? Dan tidak hanya itu saja, seperti yang lalu-lalu, para pengkhianat ini selalu saja membuatnya muak dengan membela selingkuhannya. Victoria... Aurora... Mereka sama saja. Sudah seharusnya Xavier tidak menyerahkan hatinya pada wanita bermata hijau seperti mereka.
"Lepaskan!"
Xavier baru saja ingin menepis tangan. Tapi teriakan Xander menghentikannya.
"Devil sialan! Jika kau melepaskannya sekarang, aku akan benar-benar membawanya menjauh darimu! Aku serius!" sentak Xander penuh ancaman.
Haha... Apa katanya? Dia pikir Xavier peduli?
"Silahkan saja. Aku tidak-"
"X... Kumohon... Jangan membenciku. Jangan membuangku...."
Deg. Dada Xavier langsung terasa mencelos hanya dengan kalimat itu.
Oh lord... Baru kali ini Xavier merasakan getaran takut Aurora. Suara rapuh wanita itu. Dan pelukan tidak berdayanya. Padahal selama ini Xavier selalu melihat Aurora sebagai wanita kuat dan berani. Tapi kali ini dia benar-benar merasakan Aurora memeluknya seakan wanita itu takut dia pergi. Setelah itu Aurora bahkan semakin mengeratkan pelukannya dan menempelkan wajahnya di punggung Xavier. Semua ini membuat Xavier sangat ingin meraih Aurora dan menenggelamkan wanita ini ke dalam pelukannya.
Tapi tidak. Tidak. Tidak. Tidak boleh.
Xavier tidak boleh goyah atau dia yang akan patah. Karena itu, Xavier sesegera mungkin hendak melepaskan Aurora jika saja sebuah suara familliar tidak menghentikan gerakannya.
"Aku akan melepaskannya jika aku menjadi kau, X."
Itu Andres Lucero. Xavier menoleh dan mendapati jika wajah Andres yang berdiri tidak jauh dari mereka terlihat babak belur, bahkan bibirnya juga sedikit robek. Damn. Xavier sepertinya terlalu fokus pada Xander dan Aurora hingga tidak menyadari Andres juga ada disini.
"Dia benar-benar jalang... Bayangkan, sebelumnya aku melihat wanita ini datang bersamamu, tapi beberapa saat kemudian aku malah mendapatinya bermesraan dengan Xander-musuh kita. Aku tidak terima sahabatku ditikung musuhku sendiri. Karena itu aku menghajarnya. Tapi Xander malah menghajarku balik dan meneruskan perbuatannya lagi," ucap Andres sembari merapikan kemejanya yang berantakan.
Setidaknya seperti itu, sebelum tendangan Xander di perutnya membuat Andres terhuyung kebelakang dan menghentikan perkataannya.
"Dasar keparat! Memutar balik fakta seperti biasa, huh? Apa kita perlu memutar cctv untuk menunjukkan kebohonganmu, Andres?! Sudah jelas-jelas kau yang berniat melecehkan Aurora!" geram Xander.
Andres sendiri terlihat terbatuk sebelum meludahkan darah di mulutnya.
"Tidak perlu. Xavier lebih pintar dari yang kau kira. Kau pikir dia akan lebih mempercayai musuhnya daripada sahabatnya sendiri?"
"Sahabat? Kau masih mengakui lelaki keparat ini sebagai sahabatmu, X?" ucap Xander dengan tawa mengejeknya sementara Xavier sendiri sudah menatap tubuh Aurora dengan padangan dinginnya.
"Andres benar. Itu tidak perlu," ucap Xavier dengan nada geram sembari melepaskan pelukan Aurora.
Damn. Dada Xavier terasa mencelos. Bagaimana bisa kemarahannya membuatnya bertindak sebodoh ini?
"Kau tahu, Andres? Lebih baik mempercayai musuh yang menusukmu dari depan daripada teman yang menikammu dari belakang!" sentak Xavier sembari menedang rusuk Andres, membuat Andres terkejut dan tersungkur di lantai. Tidak hanya sampai disana, Xavier juga terus menghajar Andres, meninjunya, menedangnya, menginjak kakinya, lengannya tanpa memedulikan jika perbuatannya ini akan membuat lengan Andres patah.
Sungguh, begitu Xavier menyadari dia salah, Xavier benar-benar merutuki dirinya sendiri. Aurora benar-benar terlihat ketakutan. Dan ketakutan itu bukan karena Aurora ketahuan olehnya, tapi karena perbuatan Andres!
Damn! Entah apa yang sudah Andres lakukan pada wanitanya. Tapi melihat gaun bagian atas Aurora yang robek sementara bekas cakaran tanda gaun itu dibuka paksa di sepanjang pundak Aurora, Xavier yakin Andres Lucero sudah berbuat keterlaluan. Kondisi Aurora benar-benar kacau, dan dengan bodohnya Xavier malah memperparah itu dengan sempat berpikir yang tidak-tidak.
"Xavier, hentikan...," suara Aurora bebarengan dengan pelukan wanita itu di pinggangnya menghentikan gerakan Xavier. Andres sendiri terlihat sudah tidak mampu melawan Xavier. Mungkin itu juga disebabkan karena luka yang diberikan Xander sebelumnya sudah menguras habis tenaga lelaki ini.
"Dia menyakitimu," ucap Xavier dengan nada bergetar.
"Hentikan. Hentikan...."
"Dia melukaimu. Dia... Dia membuatku hampir membencimu....." tambah Xavier perih sembari berusaha melepaskan pelukan Aurora.
Tapi baru saja Xavier hendak menghajar Andres lagi, suara Xander menghentikannya.
"Jika aku menjadi kau, aku akan meninggalkan bajingan itu. Wanita di belakangmu ketakutan. Aku akan lebih memilih memeluknya daripada mengotori tanganku dengan darah Andres Lucero," ucap Xander.
Xavier langsung melirik Aurora dan menghembuskan napasnya kasar. Xander benar... Dia benar-benar bodoh. Aurora benar-benar terlihat rapuh dan takut. Seharusnya dia memang tidak perlu mengurus bajingan yang sudah terkapar ini.
Akhirnya Xavier melepaskan Andres. Dia menghampiri Aurora yang hanya menatapnya pias. Aurora sudah tidak menangis. Mungkin wanita ini terlalu shock. Karena itu, tanpa menunggu waktu lama Xavier segera melepaskan jasnya, memakaikannya di tubuh Aurora sebelum menggendong Aurora dengan gaya bridal.
Aurora hanya diam. Dia menempelkan wajahnya di dada Xavier dan hanya diam ketika Xavier membawanya menjauh.
"Xavier...."
Lagi-lagi ucapan Xander membuat langkah Xavier terhenti. Ah iya, dia belum mengucapkan terima kasih pada lelaki ini.
"Jaga dia. Dia kesayanganku," ucap Xander sembari tersenyum miring.
Langsung saja, itu membuat Xavier merengut tidak suka.
Damn. Kesayangannya? Dia pikir karena dia telah menyelamatkan Aurora, Xavier akan rela mendapati orang lain menyayangi Ara-nya?
Wanita ini segalanya. Miliknya.
Tapi tunggu. Xander mengenal Ara-nya? Bagaimana bisa?
TO BE CONTINUED.
_________________________________
HOPE YOU LIKE ITTTT!!!!!!!!!!!!!
JANGAN LUPA KOMEN YANG BANYAK, VOTE SAMA SHARE KE SOSMED KALIAN YA!
Nodong 15K ya, tujuannya biar seimbang dan Xavier nggak kesalip orang wkwk
Tapi kalau malam ini vote sama komennya banyak dan notif Dy ngucur kayak keran air, sebelum sahur bagian duanya meluncur ^^
Judulnya next partnya lagu Ariana Grande lagi. Dedicated buat orang yang pertama kali nyebutin bener di inline ini wkwk Kamu bisa?
Btw masa kata penerbitnya Xavier bisa terbit bulan Juli? Dy nggak siap -_- Kalian juga kan? Mana mau cepet pisah? Di wattpad Xavier masih belum ada 4 bulan :( Komen pendapat kalian dong... Karena seperti biasa, Dy harus tamatin wattpad dulu wkwk
Sekarang kalian masuk tim mana nih?
#Xavier
#Ara
#Andres
#Victoria
#Xander
Loading next part.....
See you soon!
With big kiss,
Dy Putina.
Istri SAH Sean O'Pry. Istri pertamanya Justin Bieber. Selingkuhannya Shawn Mendes. Pacarnya Marc Marquez. Kesayangannya One Direction. Pelakornya Zayn Malik. Yang dikejar-kejar Luke Hemming
Go follow instagram :
Dyah_ayu28
The.angels05
Xavier.leonidas1
Aurora.regina1
Javier.Leonidas
Anggy.Sandjaya
Crystal.leonidas1
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro