She Owns the DEVIL Prince | Part 36 - The Strom
Holaaa!!!
Jangan lupa bintang kecilnya ya!
BTW part ini Dy dedikasiin buat AndiAnugrahZA yang katanya jadi istri Babang Evan Stevano wkwk. Padahal ceritanya aja belum dibikin. Dia selalu manggil Dy 'emak', padahal tuaan dia juga. *lempar sepatu nih*
Sama itu, tolong baca part sebelumnya, udah di revisi hehe.
So, Happy reading!
_______________________
"Dan kau, X... Kau menyuruh Mommy bercerai dari Daddy. Tapi kau bermesraan dengan tunanganmu di depannya. Kau benar-benar anak berbakti ya?" ucap Crystal lagi yang membuat Xavier terkekeh geli. Damn... Aurora sendiri langsung sadar jika disini masih ada orang lain selain mereka, termasuk Anggy juga. Langsung saja itu membuat Aurora menutup wajahnya malu.
Astaga... Apa hanya dia yang salah tingkah disini?
Tapi Aurora tidak bisa mengingkari, jika dadanya masih bergemuruh mengingat perkataan Xavier yang terakhir. Lelaki ini mencintainya, oh my God. Ini seperti mimpi.
_______________________
My Playlist : Taylor Swift - Style
Playlist kamu :
***
LEONIDAS'S Mansion, Barcelona-Spain 07:30 PM
Sayangnya semua mimpi yang sempat di rasakan Aurora langsung menghilang ketika pesta sudah dimulai. Well, sebelumnya Xavier memang terus disampingnya, memeluk pinggangnya hingga memberikan tatapan tajamnya pada setiap lelaki yang menatapnya. Itu membuat Aurora merasa benar-benar spesial dalam sekejap. Tapi sayangnya begitu Katherine Lucero datang dan mengajak Xavier pergi dengan gaya manjanya, Xavier langsung menitipkan Aurora di meja Kevin dan Olivia.
"Jangan kemana-mana. Aku hanya ingin mebayar hutangku pada si sombong itu. Dia ingin aku bersikap baik pada putrinya kan?" bisik Xavier tadi.
Namun tetap saja Aurora sangsi. Hell... Xavier sama sekali tidak terlihat terpaksa. Dia bahkan tampak riang dan ceria ketika berbincang bersama Katherine yang sudah bergelayut manja padanya di tengah ballroom sana.
Aurora tersenyum miring.
Well, bisa saja Xavier mendadak terpesona pada Katherine yang terlihat sangat cantik. Gaun putih panjang dengan belahan yang mempertontonkan paha putih mulus yang dipakai Katherine memang membuat Katherine terlihat seperti Princess Disney.
Ah, seharusnya Aurora tahu, ketika Xavier dengan mudahnya bisa mengatakan dia menginginkan dan mencintainya dalam waktu yang singkat, bukannya tidak heran jika Xavier juga bisa melakukan itu pada dengan mudah pada wanita lainnya?
"Kenapa kau diam saja, Vee? Biasanya kau selalu ceria," itu suara Kevin.
Sontak itu membuat Aurora menatap Kevin jengah. Ish, Victoria lagi....
"Dia Aurora, Kevin. Bukan Victoria." Olivia mewakili apa yang ingin Aurora katakan, dan itu membuat Kevin mengeluarkan nada protesnya.
"Duh! Sudahlah, Oliv... Kepalaku tidak bisa lagi menghapal nama," ucapnya kesal.
"Dasar kau ini. Jangan salah berucap. Xavier kita membenci Victoria."
"Iyakah? Kenapa?" tanya Kevin yang sama sekali tidak berniat Olivia jawab. Si pikun ini sudah pasti akan melupakannya lagi nanti.
Semua itu membuat Aurora terkekeh geli.Entah kenapa di tengah perdebatan mereka berdua, mereka malah semakin terlihat serasi dan bahagia dia masa tua mereka. Andai dia bisa menjadi seperti itu di masa tuanya....
"Itu Xavier bersama Andres?"
Pertanyaan Kevin membuat Aurora kembali menatap Xavier sembari menahan napasnya. Ya, Xavier dan Katherine memang terlihat sedang berbicara dengan lelaki berambut coklat yang tengah berdiri membelakangi mereka. Aurora berusaha tenang, bisa jadi itu Aiden, bukan Andres. Bukankah mereka berdua sangat mirip dan hanya bisa dibedakan dengan warna matanya?
"Dia Aiden, mana mungkin Xavier bisa sesantai itu jika besama dengan Andres. " Benar sekali. Ucapa Olivia langsung membuat Aurora menghembuskan napas lega.
Ayolah, Aurora benar-benar membenci Andres Lucero. Lelaki itu pembuat masalah. Dia dan Michael Cercadillo-suami Ibunya benar-benar paket yang lengkap untuk membuat sebuah kesalah pahaman. Beberapa hari yang lalu saja Andres sudah membuat pemberitaan dengan membawa-bawa nama Victoria dalam pemberitaan hoaxnya. Bertunangan? Menikah? C'mon... Victoria tidak sedang bersama mereka.
Namun pemikiran Aurora mengenai Andres langsung lenyap begitu saja ketika telinganya mendengar sorak-sorai orang-orang. Aurora mengedarkan pandangannya untuk melihat sumber dari sorak-sorai itu. Dan astaga.... di tengah ruangan sana dia melihat Xavier dan Ketherine sedang berciuman!
Dasar bastard, jadi ini yang Xavier maksudkan dengan membayar hutang?
"Astaga, wanita itu tidak tahu malu. Bisa-bisanya dia mencium Xavier seperti itu."
Aurora sama sekali tidak mau mendengarkan ucapan sebal Olivia. Dia segera bangkit dari duduknya dan hendak pergi dari sana.
"Kau mau kemana, Nak?"
"Ke kamar mandi, Grandma."
"Cepatlah kemari, aku takut Xavier mencarimu," ucap Olivia.
Aurora tersenyum miring. "Sepertinya tidak. Dia sudah asyik bersama Katherina."
"Ayolah, aku yakin ciuman tadi tidak berarti apa-apa. Katherine memang sudah mengejar-ngejar Xavier sejak mereka kecil."
Aurora hanya membalas ucapan Olivia dengan senyum tipisnya. Well, jika saja beberapa saat sebelumnya Aurora tidak melihat bagaimana nyamannya Xavier dengan Katherine di lengannya, Aurora pasti akan percaya. Tapi sekarang....
Astaga... C'mon, Aurora... Tidak seharusnya kau cemburu begini!
Tapi mau bagaimana lagi. Aurora meyadari jika dirinya memang pencemburu dan seringkali hanya dibutuhkan sedikit sulutan untuk membuat sisinya itu keluar. Dan soal Xavier... Ayolah, biasanya lelaki itu terlihat sangat sinis dan masa bodoh denga orang lain, karena itu melihatnya bersikap baik pada Katherine membuat sebagian benak Aurora menjerit tidak terima.
Aurora buru-buru pergi begitu dia melihat Xavier mengedarkan pandangannya setelah sebelumnya melihat meja Grandpanya. Sepertinya lelaki itu mencarinya. Xavier tidak boleh tahu jika dia cemburu. Aish... Memikirkan itu membuat Aurora langsung menyadari kebodohannya yang sudah berkata hal yang menyiratkan kecemburuannya pada Olivia. Semoga saja nenek baik itu tidak mengatakannya pada Xavier.
Aurora sempat melihat Javier Leonidas dan istrinya di salah satu sisi ruangan sebelum dia benar-benar keluar dari ballroom. Mereka berdua terlihat serasi. Bukan karena gen mereka yang memang sama-sama tampan dan cantik, keserasian mereka lebih terlihat dari bagaimana cara Javier menatap Anggy. Dia memujanya. Dari tatapannya saja orang bisa mengetahui bagaimana Javier Leonidas mencintai istrinya.
Xavier saja yang buta. Hell... lelaki bastard seperti dia mana mungkin meyadari jika sebenarnya dia lah bastardnya?
Aurora menarik napas berkali-kali di dalam kamar mandi untuk meredakan emosinya dan merasa bodoh menyadari jika ternyata dia secemburu ini. Merasa kesal dengan dirinya sendiri Aurora segera membasuh tangannya sebelum merapikan make upnya sebelum keluar dari kamar mandi.
"Hai. Bagaimana? Kau sudah tahu bagaimana brengseknya Xavier kan? Aku tidak pernah berbohong. Aku yakin kau bisa melihat bagaimana bernafsunya dia mencium Katherine."
Aurora langsung membeku.
Sungguh, dia kenal betul dengan nada nakal dalam suara itu. Benar saja, begitu Aurora menoleh dia mendapati jika yang menyapanya adalah sosok lelaki bermata biru dengan rambut coklat. Andres Lucero. Dia terlihat berdiri sembari menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu kamar mandi. Seakan menunggunya. Ah, shit. Kenapa Aurora harus bertemu lelaki ini disini?
"Benarkah? Aku tidak melihatnya," ucap Aurora berusaha terlihat tenang.
"Kau melihatnya. Aku tahu itu. Apa kau takut menerima kenyataan jika setelah ini Xavier akan meninggalkanmu seperti dia meninggalkan Victoria?"
Sialan. Baru saja Aurora ingin melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Andres, ucapan lelaki ini membuat langkahnya tertahan.
"Kau yang membuat Xavier melakukan itu," ucap Aurora geram.
"Benarkah? Apa salahku? Ah, iya.... Apa Victoria tidak pernah mengatakan padamu jika sebelum mereka berpisah, Xavier sempat mengkhanatinya? Xavier banyak bermain dengan teman wanitanya di Amerika sewaktu dia kuliah. Dia tidak pulang di liburan summer dengan alasan berburu aurora. Padahal kenyataannya? Ayolah, mereka berpisah karena Xavier bosan padanya."
"Xavier tidak seperti itu! Itu hanya bualanmu!" pekik Aurora kesal sembari menatap Andres penuh peringatan.
"Xavier benar-benar melakukan apa yang dia katakan! Dia tidak pernah berkhianat seperti apa katamu. Kau yang-"
"Kalau begitu kemana dia enam tahun belakangan ini? Apa dia pernah menghubungi Victoria? Menanyakan keadaannya? Apa itu sesuai dengan ucapannya tentang dia yang mencintai Victoria?"
Gosh! Aurora langsung mengalihkan pandangannya.
Ya, ucapan Andres memang benar. Xavier melupakan Victoria begitu saja seakan tidak pernah ada nama Victoria di hidupnya. Lelaki itu memang brengsek, sekarang saja Xavier masih sama berengseknya dengan mencium Katherine disaat beberapa waktu sebelumnya dia berkata jika dia mencintainya.
Tapi jika memang Andres bermaksud baik, untuk apa dia mengatakan ini padanya disaat dia sendiri sudah membuat berita hoax dengan membawa-bawa nama Victoria? Dan di masa lalu bukannya Andres juga yang membuat Victoria sempat meragukan Xavier karena bualannya?
"Dan kau, apa tujuanmu mengatakan semua ini padaku?" tanya Aurora sinis.
"Kau ingin aku menganggap Xavier bajingan? Padahal jika dilihat-lihat kau lebih bajingan dibanding dia?"
Andres merespon dengan hanya mengangkat satu alisnya.
"Kau yang membuat Xavier membenci Victoria. Semua adalah settinganmu. Jika tidak bagaimana kau bisa membawa-bawa nama Victoria dan mengatakan pada dunia jika kalian akan menikah disaat orangnya saja sama sekali tidak ada denganmu?"
"Ah, soal Victoria.... Aku hanya melakukan perintah Daddyku-Javier Leonidas," ucap Andres yang membuat Aurora cukup terkejut. Tetapi dia menutupi keterkejutannya itu dengan tersenyum miring pada Andres.
"Apapun alasannya, bukankah sangat aneh mendapatimu tiba-tiba mengatakan hal jelek soal Xavier padaku?"
Andres langsung menyeringai. "Haha, tenyata kau lebih pintar dari Victoria," ucapnya santai.
Aurora langsung merasa hawa tidak mengenakkan disini. Oh God. Seringaian itu... Aurora tahu betul jika Andres adalah orang yang nekat. Karena itu Aurora buru-buru bergerak pergi dari sana untuk menghindari hal yang tidak diinginkan jika saja cekalan Andres di tangannya tidak menahannya.
"Well... Kau benar, Xavier memang tidak pernah mengkhianati Victoria. Kau tahu? Aku bahkan sudah berkali-kali menawarkan wanita yang menjadi barang taruhan kami padanya. Tapi si suci itu memang selalu menolaknya," ucap Andres sembari menarik tubuh Aurora.
Tidak hanya itu saja, Andres juga langsung menghantamkan punggung Aurora ke dinding dan mengurung Aurora dengan kedua tangannya.
"Dasar kau berengsek! Lepaskan!"
"Yes I am. Aku memang berengsek. Lalu kenapa? Kau ingin mengatakannya pada saudaramu begitu dia sadar dari koma?" ucap Andres dengan senyum miringnya.
"Asal kau tahu, kau mengatakannya atau tidak, kondisinya akan tetap sama. Aku mengenal Xavier, dia tidak akan mengambil kembali hal yang sudah dia buang. Victoria, sekarang posisinya hanya buangan Xavier Adams."
Plak!
Aurora tidak bisa menahan diri untuk menampar Andres. Mengabaikan tubuhnya yang menggigil karena kedekatan mereka, mata hijau Aurora menatap Andres dengan tatapan sakit hatinya. Andres berbohong. Ah shit. Kenapa dia bisa setega ini?
"Ah, kau ingin belagak suci dengan menamparku?" tanya Andres sembari tersenyum miring dan merapatkan tubuh mereka. Itu membuat Aurora takut. Kehadiran Andres membuatnya takut.
"Aku hanya mengatakan kebenaran. Kau sendiri, apa kau pikir kau berbeda denganku? Dengan bersama Xavier saja kau sudah sama brengseknya. Bagaimana bisa kau membuat dirimu berada di tempat yang diinginkan saudaramu? Ah, iya... Aku juga sangsi Xavier mengetahui hubunganmu dengan Victoria. Dia pasti akan meninggalkanmu jika dia tahu kau saudaranya."
"Kau tidak tahu apa-apa!" pekik Aurora kesal sembari mendorong tubuh Andres. Tapi percuma, tubuh Andres bahkan sama sekali tidak bergerak. Lelaki itu malah memajukan tubuhnya dan merapatkan tubuh mereka. Oh, God... Aurora benar-benar jijik merasakan hembusan napas Andres di lehernya.
"Jadi dia sudah tahu jika kau saudara Victoria tapi dia masih menerimamu?" bisik Andres dengan nada serak.
Aurora semakin menggigil. "Andres, please...," mohon Aurora. Dia sangat ingin lepas terlebih ketika dia merasakan hidung Andres sudah menempel di lehernya.
"Baiklah, it's okay. Sama ketika dia meninggalkan Victoria, aku juga bisa membuatnya meninggalkan Aurora. Ah iya... Mau mau menggunakan cara yang sama?"
Aurora membeku. Kakinya juga terasa lemas hingga dia yakin dia akan jatuh ke lantai jika bukan karena tubuh Andres yang menahannya. Aurora benar-benar takut. Dia bahkan hanya bisa memejamkan matanya ketika Andres mulai mengecup lehernya, rahangnya, ujung bibirnya, hingga hidungnya yang benar-benar membuatnya jijik. Keringat dingin Aurora berucucuran. Efek yang diinginkan Andres benar-benar berbeda dari Xavier, lelaki ini benar-benar membuat Aurora lebih memilih mati daripada dilecehkan seperti ini.
"Caranya seperti ini," ucap Andres sembari merobek bagian atas gaun Aurora.
Aurora menjerit, tapi Andres langsung menutup bibir Aurora dengan salah satu tangannya. Tidak berakhir disana, Andres langsung melarikan bibirnya di pundak Aurora, memberikan bekas-bekas basah kecupannya disana, turun ke dadanya.....
Oh, God... Aurora benar-benar merasa jijik, tapi ketakutannya membuatnya sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk melawan Andres. Tubuhnya saja sudah benar-benar lemas. Dia ingin Xavier disini. Terlepas dari seberapa brengseknya Xavier, lelaki itu tidak pernah memperlakukannya seperti ini!
"Di masa lalu aku hanya perlu mencumbu Victorira dan Xavier membuangnya. Lelaki dengan ego setinggi Xavier tidak akan mau menggunakan tempat yang sudah dipakai orang lain. Begitu juga kau, setelah ini aku pastikan dia akan membuangmu juga."
"Andres lepaskan!" teriak Aurora frustasi begitu tangan Andres di bibirnya terlepas.
Andres mengabaikannya, lelaki itu terlalu sibuk mencumbu lehernya. Oh, God! Aurora sendiri sudah berusaha keras mendorong tubuh Andres, tapi tidak bisa. Dia juga sudah berteriak, tapi sudah pasti tidak akan ada yang bisa mendengar teriakannya di tempat sepi seperti ini sementara di dalam ballroom sana orang-orang sudah bersenang-senang.
"Please, An... Jangan lakukan ini," mohon Aurora sungguh-sungguh berbarengan dengan air matanya yang sudah jatuh.
Astaga... Xavier... Aurora benar-benar frustasi. Terlebih ketika dengan bodohnya Aurora menyadari jika perasaan takut Xavier akan meninggalkannya lebih besar dibanding dengan rasa takutnya atas apa yang akan Andres lakukan. Itu gila. Ternyata niatnya datang kemari sudah benar-benar melenceng. Seharusnya dia datang hanya untuk pergi.
Namun kemudian,
"Kau tidak dengar dia meminta dilepas."
Ucapan sebuah suara familliar membuat Aurora langsung merasa lega. Sebuah harapan menyeruak ke dadanya. Terlebih ucapan itu membuat bibir Andres langsung menyingkir dari pundaknya.
"Andres Lucero, ternyata baik itu dulu maupun sekarang, kau masih tetap berengsek, ya?" ucap suara itu lagi sebelum sebuah suara gedebum membuat tubuh Andres benar-benar menyingkir dari tubuh Auorora.
Aurora sendiri langsung meluruh ke lantai. Tubuhnya bergetar hebat. Andres Lucero, lelaki ini benar-benar sialan.
Aurora membencinya. Sangat membencinya.
TO BE CONTINUED.
_________________________________
HOPE YOU LIKE ITTTT!!!!!!!!!!!!!
JANGAN LUPA KOMEN YANG BANYAK, VOTE SAMA SHARE KE SOSMED KALIAN YA!
Nodong 15K vote ya,buat next part :P
Emoticon untuk part ini?
Pesan untuk Aurora?
Pesan untuk Xavier?
Pesan untuk Andres?
Pesan untuk Dy :P ?
Loading next part.....
Dy mau namain judulnya sama salah satu lagu Ariana Grande. Yang pertama kali nebak Dy dedikasiin. Hihihi
See you soon!
With big kiss,
Dy Putina.
Istri SAH Sean O'Pry. Istri pertamanya Justin Bieber. Selingkuhannya Shawn Mendes. Pacarnya Marc Marquez. Kesayangannya One Direction. Pelakornya Zayn Malik. Yang dikejar-kejar Luke Hemming
Go follow instagram :
Dyah_ayu28
The.angels05
Xavier.leonidas1
Aurora.regina1
Javier.Leonidas
Anggy.Sandjaya
Crystal.leonidas1
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro