She Owns the DEVIL Prince | Part 31 - Twice Surprise
Happy reading! Jangan lupa bintang kecilnya!!!!
Btw makasih buat 15,1K vote dan 3,38K komen di part sebelumya ^^ seneng banget :*
Komen yang banyak yaa!! Biar Dy makin semangat huhuhu.
So, happy reading!
***
"Ini berarti Anggy milikku. Dan seharusnya kau tahu jika aku tidak akan membiarkan apapun yang menjadi milikku diambil dariku. Termasuk kau, Xavier. Langkahi dulu mayatku," ucap Javier yang membuat Xavier tersenyum miring.
Well... Perkataan Javier memang terdengar romantis. Jika saja Xavier tidak mengetahui jika perkataan itu hanya dilandasi oleh ego lelaki itu.
"Ah, begitu...," ucap Xavier santai.
"Baiklah. Sekarang giliranmu. Aku yakin kau bisa melihat apa yang melingkar di leher Aurora. Itu tanda jika dia milikku. Dan sungguh, aku tidak akan segan-segan membenci siapapun yang menyakiti milikku. She's mine, exclusively mine. Do you understand?"
______________________
My Playlist : One Direction - You & I
Playlist kamu :
***
Xavier langsung menarik pingang Aurora dan merapatkan tubuh mereka berdua. Dia telalu mengenal Javier hingga dia tahu akan ada kata-kata menyakitkan lain yang akan lelaki ini ucapkan lagi.
Tapi ternyata, "bawa putramu masuk, Putli," ucap Javier pada Anggy. Setelah itu Javier tidak mengatakan apapun selain masuk ke dalam mansionnya tanpa menoleh pada Xavier.
Really? Hanya seperti ini? Xavier mengerutkan kening.
Sungguh, Xavier tidak habis pikir. Awalnya dia mengira pertengkaran mereka akan berlangsung panjang. Tapi ternyata... Ah, sudahlah. Xavier berusaha tidak memikirkan itu lagi dan menurut saja ketika Anggy menyuruhnya masuk ke dalam mansion.
Xavier langsung mengedarkan pandangannya begitu dia masuk. Warna putih emas yang mendominasi ruangan, tangga mewah, chandelier, kursi goyang milik Grandpa Lucas di dekat jendela, hingga frame besar berwarna emas yang berisikan foto keluarga kecil mereka; Javier, Anggy, Xavier dan Crystal kecil di tengah ruangan, ternyata masih ada pada tempatnya. Tidak ada yang berubah, seakan Xavier tidak pernah pergi dari sini.
"Mommy sudah menyuruh pelayan mempersiapkan kamarmu, Little bear. Oh, ya... Aurora tidur denganmu juga kan?"
"Tidak aku-"
"Ya, Mom... Si galak ini tidur denganku," potong Xavier yang membuatnya langsung mendapat tatapan tajam Aurora. Anggy menggeleng sembari menahan senyum, sementara Xavier terkekeh geli melihat tatapan memprotes Aurora. Hell... Apa wanita ini pikir Xavier akan melepaskan setiap kesempatan yang dia punya.
"Baiklah, kalian bisa beristirahatlah dulu sementara aku menemui Daddymu," ucap Anggy sembari memanggil salah satu maid menghampiri mereka. Itu membuat Xavier melepas jasnya dan memberikannya pada maid berseragam putih hitam itu sebelum mengikuti maid lain yang akan membawanya ke kamar tamu.
Xavier dan Aurora mengikuti maid itu menaiki tangga. Xavier mencoba melirik ke bawah dan dia mendapati Anggy sudah tidak ada. Dia mungkin sudah pergi menemui Javier. Ah, berbicara soal Javier, Xavier memang sudah tidak melihat Javier Leonidas dimana-mana. Bukankah dari sana sangat jelas sekali jika Javier tidak menyukai fakta mereka harus berbagi udara di bawah atap yang sama?
"Dimana Tallulah?" tanya Aurora yang membuat Xavier langsung menatapnya.
"Mungkin bersama Nolan...."
"Bagaimana jika dia hilang?"
"Tidak akan. Nolan mungkin membawanya ke halaman belakang. Mommyku memelihara banyak anjing disana," ucap Xavier menenangkan. Tapi bukannya mendengar apa yang dia katakan, Aurora malah berlari ke bawah tangga tanpa mendengar seruan Xavier.
"Ara! Kau bisa jatuh!" teriak. Dia sedikit kesal melihat Aurora yang terlihat akan terpeleset. Astaga... Bahkan wanita itu tidak berusaha menoleh sama sekali.
"Aku akan mencari Tallulah!"
"Really? Ada aku disini dan kau lebih memilih anjing?" teriak Xavier tidak terima. Teriakannya membuat salah satu pelayan yang berjajar di lantai atas terlihat menahan tawa. Sudah pasti, hal itu membuatnya tidak akan lepas dari lirikan tajam Xavier.
"Kau cepat temani calon istriku, setelah dia menemukan anjingnya bawa dia ke kamarku. Dan ingat, jangan sampai dia lecet atau aku akan memecatmu," ucap Xavier geram.
Pelayan itu menggangguk paham dan bergegas mengejar Aurora. Semetara Xavier sendiri sedikit tertegun menyadari dia telah mengatakan ancaman yang dulu sering dia keluarkan ketika dia tinggal disini.
Ketertegunan Xavier tadi ternyata masih bukan apa-apa. Karena begitu dirinya sampai di depan sepasang pintu mahogani besar berwarna hitam yang terletak di sayap kanan mansion, Xavier kembali tertegun lagi. Ini kamarnya yang dulu. Xavier mengenalinya dari ukiran bertuliskan Javier Leonidas Jr. di sisi pintunya. Ah, jadi Javier belum memberikannya kepada Andres?
Xavier tersenyum miring, sementara pikirannya sudah memutar bayangan Andres menempati kamar ini ketika dia tidak ada.
Sayangnya semua pikiran itu langsung menguar begitu pelayan membukakan pintu kamarnya. Ayolah.... Xavier tidak mempercayai ini. Bagaimana bisa semua yang ada di dalam ruangan ini masih terlihat sama? Posisi empat tidurnya, frame-frame di dinding, gitar di sudut kamar bahkan teleskop di balkon juga tampak tidak bergeser sama sekali. Semuanya terlihat seperti tidak ada orang yang pernah masuk kemari, meskipun itu tidak mungkin melihat betapa bersihnya kamar ini.
"Kau bisa keluar," usir Xavier cepat. Pelayan itu langsung keluar, meninggalkan Xavier sendirian di kamarnya dengan emosi yang meledak-ledak.
Xavier benar-benar tidak menyangka jika dari semua hal yang diambil Andres ternyata masih ada yang tersisa. Mungkin ini terlihat sepele, tapi Xavier benar-benar berterimaksih mendapati Anggy masih menjaga tempatnya. Jika tidak ada Anggy, pasti Javier sudah memberikan ini pada putranya.
Mengingat Andres membuat Xavier segera melangkah ke arah salah satu pintu dengan stiker DANGER dan membukanya. Itu Game Room yang sering menjadi tempatnya bermain bersama The Angels dulu.
Ternyata keadaan di ruangan itu juga masih sama. Sofa panjang tempat Aiden biasa tidur, meja billiard favorite Quinn dan Andres, mini golf favorite Kenneth, sasaran tembak kesukaan Aiden, hingga televisi besar yang biasa dia gunakan untuk bermain game, termasuk mesin-mesin game-game yang saat itu adalah keluaran terbaru masih ada disana. Anggy ternyata menjaga semua miliknya.
Keberadaan lego-lego di salah satu meja membuat Xavier tersenyum. Ah iya.... Dia ingat. Itu lego city yang pasti akan dia selesaikan jika saat itu dia tidak pergi. Lego-lego itu ternyata juga masih ada di tempatnya, termasuk kemasan-kemasan lego lain yang belum Xavier bukan dan juga bagian yang sudah Xavier keluarkan tetapi belum sempat dia tata.
Xavier tersenyum geli mendapati Crsytal tidak merusaknya. Padahal dulu Crsytal sering membuat Xavier kesal dengan menghancurkan lego-lego yang sudah dia susun dengan alasan ingin membantunya. Rupanya waktu memang mengubah semuanya.
Dan Xavier sudah akan menyusun lego-lego lainnya ketika sebuah sticky notes yang ditempel di meja itu menarik perhatiannya.
Jangan sentuh ini, Crys. Uang belanjamu akan Daddy tahan jika Xavier sampai marah melihat legonya hancur begitu dia pulang.
Tidak. Tidak mungkin...
Air mata Xavier langsung jatuh tanpa bisa dia tahan bebarengan dengan jantungnya yang memompa keras begitu dia membaca pesan itu. Xavier tahu benar jika ini bukan tulisan Anggy. Tulisan tangan Anggy lebih rapi dari ini. Tapi... Tapi...
Tetap saja, ini tidak mungkin!
Javier membencinya! Lelaki itu tidak akan berharap dia akan pulang dan lagi.... Sejak kapan Javier tahu Crystal sering membuatnya kesal dengan menghancurkan legonya! Javier tidak penah peduli... Jadi sudah pasti ini tidak benar... Ini hanya rekaan. Semua ini pasti hanya buatan Anggy yang menginginkan dia berbaikan dengan Daddynya.
Xavier langsung mencengkram sticky notes di tangannya dan meremasnya keras. Dia tidak suka hal semacam ini. Dia tidak suka kebohongan yang membuatnya lemah seperti ini!
"Xavier. Kau ternyata disini, aku sudah mencarimu kemana-mana."
Suara Aurora yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya membuat Xavier langsung memasukkan sticky note itu ke dalam saku celana dan langsung menyeka air matanya.
Xavier lalu berbalik, sebelum menatap Aurora yang sedang menggendong Tallulah dengan tatapan mengejek. "Ck! Anjing jelek itu sudah kau temukan," ucapnya. Tapi setelah itu Xavier langsung mengernyit, mendapati mata Aurora yang terlihat agak sembab.
"Kau menangis?"
"Eh? Tidak."
"Matamu sembab. Kau habis menangis? Apa karena ucapan Daddyku tadi?" tebak Xavier to the point. Xavier juga langsung memasukkan tangannya ke saku celana dan meremas sticky note tadi.
"Kau ini berkata apa? Kau lupa jika kau masih sakit?" bela Aurora. Itu membuat Xavier mengernyit tidak suka dan menghampiri Aurora. Dia lalu menempelkan tangannya di kening Aurora.
"Seharusnya kita memang tidak pergi."
"Wait... X... Jangan-jangan kau ya yang habis menangis?" tuduh Aurora tiba-tiba yang membuat Xavier langsung gelapan. Sial. Kenapa pertanyaan itu malah berbalik padanya?
"Haha. Seorang Xavier Adams menangis, kau bermimpi?" ucap Xavier dengan nada pongahnya sembari memalingkan wajahnya.
Ucapannya tak lanyas membuat Aurora percaya, Aurora malah berdecak sebal sebelum menurunkan Tallulah dari gendongannya.
"Jangan berbohong. Aku tahu jika kau memang anak Daddy," ucap Aurora sembari meraih wajah Xavier. Aurora menatapnya kesal, tanpa memedulikan tatapan marah Xavier karena ketahuan.
"Apa? Kau masih tetap ya... Tyrant tapi berhati hello kitty."
"Apa kau bilang?!"
Cup!
Kali ini giliran Xavier yang terbelalak kaget mendapati Aurora mengecup pipinya. Sangat singkat, karena setelah itu Aurora langsung mengalihkan pandangannya.
"Moodmu sudah membaik kan?" tanya Aurora kemudian tanpa menatap wajah Xavier.
Apa wanita ini malu? Pemikiran itu membuat Xavier terkekeh geli sebelum meraih wajah Aurora dan membuat wanita itu menatapnya lagi.
"Belum. Karena bukan begitu caranya," ucap Xavier geli beberapa saat sebelum dia mengecup bibir Aurora. Aurora menatapnya kaget, tapi Xavier tidak peduli. Xavier tetap menciumnya, membungkam bibir Aurora dengan lumatannya bahkan memaksa Aurora membuka mulutnya.
Dan ketika Aurora membalas ciumannya,Xavier semakin menjadi-jadi. Oh, lord... mendadak dia menginginkan yang lebih dari ini.
"Ayo pergi sekarang. Kau ingin ke pantai kan? Titipkan Tallulah pada Christian," ucap Xavier setelah ciuman mereka terputus. Matanya menatap Aurora lekat sebelum kemudian dia tersenyum bangga melihat napas Aurora yang masih memburu termasuk bibirnya yang membengkak.
Xavier menyukai itu. Xavier's Aurora.
Miliknya. Hanya miliknya.
"Tapi-" Xavier sudah terlebih dahulu menempelkan telunjuknya di bibir Aurora sebelum wanita itu menyelesaikan perkataannya.
"Jangan membantah. Kau tidak tahu apa yang ingin aku lakukan padamu jika kita tetap disini, Ara."
TO BE CONTINUED.
_____________________
HOPE YOU LIKE IT!
DUKUNG XAVIER DENGAN VOTE, KOMEN YANG BANYAK, PLUS SHARE KE SOSMED KALIAN YA!
Emoticon untuk part ini?
Tetep nodong votenya ya ^^ Jangan lupa hehe.
Btw. Dy usahain double update. Agak maleman gapapa ya. Ada tagihan tugas kelompok Human Security -_- (Nasib gueeee)
With Love,
Dy Putina
Istri sah dan satu-satunya Sean O'Pry
Jangan lupa follow :
Dyah_ayu28
The.angels05
Xavier.leonidas1
Aurora.regina1
Anggy.Sandjaya
Javier.leonidas
Crystal.leonidas01
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro