Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

She Owns the DEVIL Prince | Part 26 - This is not true

MAAF TELAT, DY KAN NGGAK JONES. Selamat malam minggu kelabu :P

JANGAN LUPA BINTANGNYA YA!!!!

*Part ini didedikasikan untuk para jomblo bahagia*

Dan sial. Belum sempat Aurora mengeluarkan kalimat protesnya, lagi-lagi Xavier sudah lebih dulu menenggelamkan kepalanya di leher Aurora dan menciumnya. Menggigitnya pelan, menyesapnya, membuat Aurora yakin akan banyak sekali kissmark yang tercipta.

"Shit! Xavier!"

Aurora mengumpat dan berusaha mendorong Xavier. Tapi Xavier malah menahannya dan menghukumnya dengan memberikan gigitan lagi di sana.

Damn! Laki-laki ini benar-benar gila.

***

________________________

Playlist : Shawn Mendes - Mercy

https://youtu.be/KkGVmN68ByU

Playlist kamu :

***

Adam's Farming House. Laingsburg, Michigan-USA. 04:00 PM

"Xavier kenapa lehermu?"

Xavier tersenyum miring sembari melirik Aurora mendengar pertanyaan kakeknya. Dan well... Seperti biasa Aurora terlihat selalu merasa bersalah usai melakukan itu, tetapi kali ini dia menutupinya dengan langsung mengalihkan pandangannya dari Xavier dengan berusaha tidak mendengar.

"Biasa. Kami berhubungan sex, dan Cinderellaku itu cukup liar hingga dia meninggalkan-"

"XAVIER!" ucapan Xavier langsung terpotong oleh pekikan Aurora, wajah wanita itu bahkan terlihat menatapnya dengan tatapan memeringatkan bercampur panik mendengar Xavier mengatakan kebohongan seperti itu di hadapan kakeknya.

"Wow! Benar begitu?"

"Tidak. Tentu saja tidak," ralat Aurora cepat ketika Clayton Adams malah menanggapinya dengan nada takjubnya.

"Dia itu drama king! Aku bersumpah itu tidak benar. Lain aku bersumpah akan lebih memilih membuat matanya lebam daripada mencakarnya yang malah membuatnya berkhayal!" pekik Aurora kesal sebelum bangkit berdiri dan berjalan keluar dari rumah pertanian milik kakek Xavier.

Melihat itu Xavier kembali terkekeh geli. Astaga... Rasanya perihnya bekas cakaran di lehernya tidak ada apa-apanya dibandingkan kesempatan yang dia miliki untuk menggoda Aurora. Xavier juga terus mengawasi Aurora hingga dia benar-benar keluar, tanpa menyadari jika kakeknya sendiri juga sedang mengawasinya.

"Jadi kau berakhir dengan si Cinderella pelempar sepatu?" tanya Clayton pada cucunya.

Xavier sendiri masih terkekeh geli ketika dia bergerak memandang kakeknya yang masuh terlihat sehat di usianya yang hampir menginjak sembilan puluh tahun. Rambutnya memang sudah memutiih semua, namun tubuhnya masih sangat fit dan jarang sakit-sakitan. Mungkin itu disebabkan pikirannya yang sangat jauh dari stress.

"Menurut grandpa?"

"Aku sebenarnya menginginkan jawaban tidak. Aku menyukai Victoria," ucap Clayton ogah-ogahan. Itu membuat Xavier menghela napasnya tidak suka sebelum dia mendengar Clayton meneruskan ucapannya.

"Tapi entah itu Victoria atau Cinderella, semuanya sama saja. Selama aku bisa melihat tawamu lagi, itu sudah cukup," tambah Clayton yang langsung membuat Xavier terpaku sesaat.

Well... Tertawa....

Perkataan Clayton membuat Xavier mendadak menyadari jika memang ada yang berubah sejak kehadiran Aurora. Salah satunya Aurora bisa membuatnya sesantai hingga tertawa-tawa seperti ini di tengah hidupnya yang selalu serius. Dengan posisinya yang sekarang Xavier memang selalu mendapatkan fasilitas nomor satu; mobil terbaik, penerbangan terbaik, hingga hotel terbaik tiap kali dia pergi kemanapun. Tapi tidak ada satupun dari semua fasilitas itu yang benar-benar dia nikmati, Semua kesempurnaan yang berusaha dia raih benar-benar menyita waktunya. Mungkin kegiatan bersenang-senang yang bisa dia lakukan hanyalah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi tiap dia memiliki kesempatan.

"Dulu Victoria yang selalu bisa membuatmu seceria ini, aku masih ingat ketika hanya dia yang bisa membujukmu keluar dari kamar disaat kau marah karena Javier tidak menghadiri pertandingan basket finalmu," ucap Clayton lagi yang membuat Xavier keluar dari pemikirannya.

"Lupakan saja, dia memang selalu melupakan janjinya," respon Xavier cepat, mengomentari kelakuan Javier disaat yang sebenarnya sedang dibahas disini adalah Victoria.

Clayton menghela napasnya berat, "ayolah, Nak... Sampai kapan kau akan marah pada Daddymu? Bahkan kau terus mengomentari kejelekannya disaat bukan dia yang sedang kita bahas."

Xavier tersenyum miring. Well.... Baik itu Anggy, Clayton, hingga Crystal sekalipun memang sering menanyakan hal yang sama; sampai kapan dia marah pada Javier? Mereka tidak pernah tahu jika Xavier juga kerapkali menanyakan hal yang sama berkali-kali; sampai kapan lelaki itu terus menyakitinya seperti ini?

Dia tidak ingin membenci Javier, tapi lelaki itu yang selalu memaksanya untuk membencinya. Dia membuangnya, dia lebih mempercayai Andres dan berakhir dengan memilihnya. Dan seakan tidak cukup sampai disana, Xavier kembali dihadapakan dengan fakta jika semua itu Javier lakukan karena lelaki itu tidak pernah mencintai Ibunya. Dia hanya mencintai Angeline Lucero, karena itu dia memilih Andres. Anggy dan dirinya hanya digunakan Javier sebagai pelengkap karena dia tidak bisa memiliki Angeline dan juga putranya, karena itu Javier juga bersikeras untuk menjodohkannya dengan Katherine. Yeah, untuk apa lagi jika bukan untuk membuat Katherine menyandang nama belakangnya?

"Kenapa dulu Grandpa menyerahkan Mommy pada lelaki seperti dia?" ucap Xavier tiba-tiba yang membuat Clayton menatapnya dengan pandangan tidak mengerti.

"Maksudmu, X?"

"Kenapa Grandpa menyerahkan putri grandpa padanya. Padahal aku yakin, Mommy akan lebih bahagia jika dia tidak menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya."

"Astaga, nak... Apa yang kau katakan? Daddymu mencintai Mommymu. Aku tidak pernah meragukan itu."

"Omong kosong," respon Xavier cepat sembari mengalihkan padangannya.

Ya, semuanya omong kosong. Apa yang dia lihat, apa yang dia ketahui sudah membuktikan jika semuanya tidak seperti itu. Hanya Angeline Lucero yang lelaki brengsek cintai. Angeline, Andres dan Katherine. Hanya mereka. Javier sudah menujukkannya dengan sangat jelas, bayangkan, bahkan ketika Xavier dan Anggy berada di meja makan yang sama dengannya, perhatian Javier hanya terfokus pada Angeline Lucero dan anak-anaknya.

"Apa kau sekarang meragukan grandpamu? Kau berpikir aku akan menyerahkan putri semata wayangmu padanya jika yang kau tuduhkan memang benar? Sudahlah, kau hanya sedang marah. Lagipula jika Mommymu tidak menikah dengannya, kau tidak akan lahir, Xavier...."

"Well... Itu bahkan jauh lebih baik," kekeh Xavier sembari memejamkan matanya lama. Dia tidak boleh menangis sekarang.

"Aku lebih memilih Mommyku mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya meskipun itu membuatku tidak perlu ada. Lagipula aku juga tidak ingin terlahir menjadi anak dari lelaki seperti dia."

Plak!

Xavier sedikit terkejut ketika tiba-tiba saja tamparan Clayton melayang di pipinya. Tapi dia lebih terkejut lagi melihat Kakeknya yang biasanya selalu penuh dengan canda, menatapnya dengan tatapan marahnya.

"Apa yang kau katakan? Tidak pernah ada? Apa kau gila?!" sentak Clayton marah.

"Dan ucapan apa itu! Berjanjilah padaku, X. Jangan pernah sekalipun mengatakan hal itu pada Daddymu. Ucapanmu tadi benar-benar keterlaluan!" tambah Clayton yang semakin membuat Xavier speechless.

Berjanji? Untuk apa? Bukankah Xavier sudah pernah mengatakannya, dan respon Javier juga sangat menggembirakan? Sama sepertinya, lelaki itu juga sangat ingin memutar waktu dan membuatnya tidak pernah ada.

"Javier Leonidas memang sangat arogan, berego tinggi, kepala batu dan seenaknya sendiri. Tapi aku pastikan hatinya akan hancur ketika dia mendengar hal itu dari putra yang sangat dia cintai."

Haha... Putra yang dia cintai? Siapa?

"Mungkin Granpda harus berpesan pada Andres, bukan padaku."

"Xavier Matthew Leonidas! Aku sendiri yang menyaksikan tangis bahagianya ketika dia menggendongmu untuk pertama kali! Berapa kali aku harus mengatakan itu?" sentak Clayton yang membuat Xavier langsung mengalihkan pandangannya.

"Sepertinya grandpa lupa perjanjian kita. Namaku Adams," ucap Xavier kemudian dengan mengabaikan setitik air mata langsung lolos dari matanya.

Well... Andai memang benar seperti itu. Andari ucapan Clayton memang benar. Andai perbuatan Javier sesuai dengan semua perkataan orang yang selalu berharap hubungan mereka akan membaik. Dan andai waktu bisa diputar....

"Aku akan mencari udara segar," ucap Xavier serak sebelum keluar dari rumah Kakeknya. Clayton tidak melarangnya. Mungkin lelaki itu juga sadar jika mood Xavier benar-benar sampai di titik terendah.

Dan mood Xavier semakin jatuh lagi ketika dia melihat Aurora di kejauhan. Wanita itu terlihat asyik dengan kuda putih di depannya, dia tertawa lebar, sayangnya tawa itu dia berikan pada lelaki di sebelahnya yang memang bertugas mengurus kuda-kuda disini. Well... ini menggelikan. Mengingat Xavier membawa Aurora kesini untuk meredakan kemarahan wanita itu setelah Xavier memberikan ukiran merah cantik di lehernya.

Clayton memang mempunyai kebiasaan unik. Alih-alih menempati mansion mewahnya di Detroit, dia lebih memilih menempati rumah perternakannya di Laingsburg tiap kali dia ke Amerika. Ah, mungkin dia juga tidak akan susah-susah membangun mansion itu jika bukan karena keinginan Crystal. Di tempat ini banyak sekali kuda-kuda ras terbaik, lapangan berkuda, halaman yang asri, hingga lapangan berlatih menembak di belakang rumah kecilnya. Semua yang ada disini Xavier pikir akan bisa meredakan kemarahan Aurora. Dan memang benar, tapi sayangnya kini malah mood Xavier sendiri yang hancur berantakan.

Xavier sudah hampir sampai di tempat Aurora, dia bahkan sudah memberikan tatapan memperingatkan pada lelaki yang sedang berada bersama Aurora ketika ponselnya berbunyi. Itu Quinn.

"Iya, Quinn?" tanya Xavier langsung, dia tidak ingin berbasa-basi. Sungguh, melihat Aurora terus mengumbar senyumannya untuk lelaki lain saja entah kenapa membuat Xavier panas sendiri.

"Xavier... Aku mendengar keluarga Lucero akan melamar putri keluarga Cercadillo untuk Andres. Victoria dan Andres, mereka mungkin akan menikah."

"Oh, ada lagi?" tanya Xavier sembari melanjutkan langkahnya. Dia sedikit melotot melihat pegawai berambut coklat itu akan membantu Aurora naik ke kudanya.

"Kau tidak apa-apa mendengarnya?" tanya Quinn hati-hati.

Ish! Tidak penting sama sekali! Xavier langsung mematikan sambungan ponselnya dan segera menepis tangan lelaki yang sudah memegang lengan Aurora untuk membantu wanita itu naik ke kudanya.

"Lepaskan. Moodku sedang hancur, jangan sampai aku membunuhmu hanya karena kau menyentuh calon istriku."

"Maafkan saya, Tuan... Saya hanya...."

"Pergi dari sini. Sekarang!" sentak Xavier yang membuat lelaki itu langsung pergi sementara Aurora menatapnya kesal.

"Astaga, Xavier! Kau ini berlebihan sekali. Dia hanya-"

"Xavier!!" lagi-lagi Aurora dikejutkan ketika tiba-tiba saja Xavier sudah mengangkat tubuhnya dan membantunya menaiki kuda sebelum ikut naik ke atas dan memeluknya dari belakang.

Semua itu membuat degup jantung Aurora menggila, terlebih ketika dia merasakan hembusan napas Xavier di lehernya ketika lelaki itu menyandarkan kepalanya ke ceruk lehernya.

"Ara...."

Panggil Xavier tiba-tiba ketika Aurora sendiri masih mengontrol degup jantungnya.

"Kenapa aku tidak bisa melupakan Daddyku secepat aku melupakan wanita itu?"

"Eh?" tanya Aurora tidak mengerti.

"Javier Leonidas. Kenapa aku tidak bisa langsung menghapusnya seperti aku menghapus Vic?" tanya Xavier yang membuat Aurora langsung menoleh hingga membuatnya bisa melihat rambut hitam Xavier.

Xavier terlihat terluka, dan tiba-tibas saja itu membuat dada Aurora sesak. Bahkan sangat sesak. Tapi belum sempat Aurora menjawab, Xavier sudah terlebih dulu mengangkat kepalanya dan mengambil pelana kuda. Membuat kuda itu berjalan pelan sementara Aurora sendiri langsung memegang lengan Xavier panik. Dia sudah lama tidak berkuda, dan itu membuatnya sedikit takut.

"Kau takut?" ejek Xavier sembari terkekeh pelan seakan dia benar-benar sudah lupa dengan kerisauannya tadi.

Aurora langsung mendengus. Tapi kemudian....

"Jangan takut, selama kau bersamaku, kau tidak akan jatuh. Aku berjanji akan selalu melindungi calon istriku. Aku akan melindungi Auroraku," bisik Xavier di telinganya.

Mau tidak mau bisikan itu membuat jantung Aurora kembali berdegup cepat. Ya lord... Semua ini hanya pura-pura. Ini tidak nyata.

TO BE CONTINUED.

_____________________

HOPE YOU LIKE IT!

DUKUNG XAVIER DENGAN VOTE, KOMEN YANG BANYAK, PLUS SHARE KE SOSMED KALIAN YA!

Nodong 12K vote dong biar vote per partnya stabil ^^

Makasih banyak yaa!!!

See you!

With Love,

Dy Putina

Istri sah dan satu-satunya Sean O'Pry

Note : ucapkan selamat ya sama Sam atas pacar barunya. Padahal cakepan Sean MUAHAHAHAHA (Jahat banget gue -_-)

Makasih banyak buat fanartnya!!

Jangan lupa follow :

Dyah_ayu28

The.angels05

Xavier.leonidas1

Aurora.regina1

Anggy.Sandjaya

Javier.Leonidas

Crystal.leonidas1

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro