Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

She Owns the DEVIL Prince | Part 20 - this is Crazy!

Hola! Udah nungguin ya? 😂

#TeamXavier atau #TeamAra ?

XAVIERA COMEBACK! HAPPY READING YAAA!!!

BINTANG KECILNYA JANGAN LUPAA 👉👈

🌌🌌🌌

Makasih untuk fanartnya 😍

Bikin Dy jadi shipper mereka 😂

Tapi bohong, #SeanTaylor tetep dihati 😂😎

_______________

Playlist : HaileeSteinfeld, BloodPop® - Capital Letters

https://youtu.be/pj6k-EFxqAI

Playlist kamu? :

____


"Dia Aurora Regina. Calon istriku. Milikku," ucap Xavier masih dengan senyuman lebarnya sebelum dia bergerak masuk ke dalam mobil.

Dan begitu mobil itu melaju pergi, Xavier tampaknya harus benar-benar berjuang menghadapi cakaran Aurora. Shit! Wanita ini benar-benar macan! Dia sangat liar.

***

Aurora's Apartment. Manhattan, NYC-USA. 02:00 PM

Aurora langsung membanting pintu mobil begitu mobil itu berhenti di depan pintu lobby apartmentnya. Sungguh, rasanya cakaran hingga pukulan yang dia berikan pada Xavier tadi masih belum cukup. Apalagi jika mengingat kelicikan yang Xavier lakukan karena Aurora berkata tidak akan membantunya.

Gezz... Itu membuat Aurora mendengus.

Andai saja Xavier tahu jika ucapannya tentang dia yang batal membantunya tadi hanya berupa candaan, pasti dia akan menyesal karena dia malah membuat Aurora berpikir untuk serius dengan itu.

Lelaki itu terlalu memaksa, padahal kata tolong sebenarnya jauh-jauh lebih baik untuk diucapkan.

"Kau! Kenapa kau mengikutiku?" pekik Aurora tidak habis pikir begitu dia memasuki lift.

Xavier Leonidas tiba-tiba saja sudah iku masuk ke dalam lift dan memencet tombol dimana lantai apartmentnya berada.

"Percaya diri sekali. Aku tidak mengikutimu, aku hanya juga sedang memiliki urusan disini," ucap Xavier santai, membuat Aurora menatapnya dengan padangan tidak yakin.

"Really? Di lantai yang sama dengan lantai apartementku?"

"Apartementmu juga di lantai sembilan?" Xavier malah balik bertanya.

Ah... Itu membuat Aurora sedikit mengurangi kecurigaannya. Mungkin memang dia yang terlalu paranoid. Akhirnya Aurora hanya diam selama lift bergerak naik.

"Semoga kau sukses dengan urusanmu. Aku permisi dulu, Sir..." ucap Aurora berbasa-basi begitu lift berhenti di lantai tujuan mereka.

Xavier menoleh dan menatapnya tanpa ekspressi.

"Tentu," ucapnya dia lalu pergi meninggalkan Aurora.

Tanpa sengaja Aurora melihat lengan Xavier begitu lelaki itu bergerak pergi. Lengan kemeja lelaki itu sudah digelung hingga siku, membuat Aurora bisa melihat luka cakaran memanjang yang terlihat cukup dalam. Well, itu ulahnya... dan Aurora langsung meringis menyadari betapa kejamnya dia.

"Kenapa kau tidak menyuruh Christian mengobati lukamu dulu, Sir?" teriak Aurora.

Xavier berhenti melangkah, padahal dia sudah beberapa meter di depan Aurora.

"Diobati juga percuma," katanya. "Lawanku wanita bar-bar. Aku bahkan sudah meramalkan jika beberapa menit dari sekarang, dia akan memberiku luka cakar lagi."

Aurora mengerutkan kening.

Ha? Apa katanya? Siapa juga yang ingin menghajarnya lagi?

Aurora menatap Xavier yang melangkah pergi dengan heran.

Sayangnya beberapa saat kemudian Aurora langsung menyadari apa yang dimaksudkan Xavier. Damn! Lihat itu! Urusan macam apa yang membuat Xavier berhenti di depan pintu apartementnya, membuka pintu dengan key card yang entah dia dapat darimana, dan masuk kedalamnya!

Oh my God.... Itu membuat Aurora segera mengejar Xavier. Tetapi terlambat, Xavier sudah masuk ke dalam apartementnya.

"Wah... Kau mempunyai Katty, Ara?" Pertanyaan Xavier membuat niat Aurora untuk memaki laki-laki itu terlupakan.

Terlebih ketika dia melihat Xavier sudah meraih Tallulah-anjing Aurora dan menggendongnya.

Aurora menatap Xavier sebal. Ayolah... Sudah jelas-jelas yang ada di gendongannya adalah anjing, bukan kucing! Tapi lelaki ini masih saja memanggilnya Katty. Aurora lebih kesal lagi melihat anjing berjenis golden retriever yang baru berusia satu tahun sudah menjilati wajah Xavier seakan mereka sudah akrab. Damn! Apa pesona Xavier Leonidas juga berlaku untuk anjing?

Tapi kemudian Aurora mengernyitkan keningnya. Jika Tallulah ada disini bukankah berarti.... dia juga ada disini?

Pemikiran itu yang membuat Aurora membiarkan Xavier membawa Tallulah ke sofa dan bermain dengannya. Sementara Aurora memeriksa dapur, kamar mandi, bahkan balkon apartement. Tapi ternyata orang yang ada dipikirannya memang tidak ada.

"Kau sudah lama memeliharanya?"

Xavier bertanya lagi begitu Aurora kembali ke tempatnya. Lelaki itu terlihat masih bermain dengan Tallulah, dan itu membuat Aurora tersenyum tipis. Sungguh, Xavier tidak lagi terlihat sebagai boss menyebalkan dengan tingkahnya yang seperti itu. Lelaki itu terlihat mudah di dekati, dan melihat betapa riangnya Xavier ketika bermain dengan Tallulah, membuat Aurora menghapuskan keinginannya untuk mengusir Xavier.

"Satu tahun yang lalu. Dia anak dari anjingku yang dulu."

"Aku tidak pernah berpikir wanita sadis sepertimu bisa menyukai anjing."

Aurora bergrrak duduk di sebelah Xavier. Membuat Tallulah segera meloncat ke pangkuannya dan menjilat wajahnya.

"Dulu aku tidak suka, tapi seseorang membuatku berhasil menyukai mereka," ucap Aurora sembari menjauhkan kepala Tallulah darinya. "Wait.... Kau menyebutku sadis?"

Xavier mengangat satu alisnya, sebelum menunjukkan lengannya yang penuh bekas cakaran Aurora. "See? Aku mempunyai bukti."

"Itu salahmu sendiri!"

Ucap Aurora sembari memutar kedua bola matanya. Tapi meskipun begitu Aurora bergerak menurunkan Tallulah dari pangkuannya dan pergi meninggalkan Xavier. Dia kembali beberapa saat kemudian dengan kotak P3K ditangannya sementara Xavier sudah memangku Tallulah lagi.

"Kemarikan tanganmu!" sentak Aurora ketus.

Xavier mengulurkan tangannya. Tapi lelaki itu tidak mengatakan apa-apa lagi selain memanggil Tallulah dengan sebutan Katty.

"Namanya Tallulah. Lagipula itu anjing... Bukan kucing. Dan namanya Tallulah," ucap Aurora membenarkan panggilan Xavier begitu dia selesai dengan tangan lelaki itu.

"Nama Tallulah jelek, Katty lebih bagus."

"Damn! Kau tidak sedang berusaha menamai anjingku kan?" Aurora mengerang kesal, Xavier menyeringai. Dan itu membuat keduanya menjalani perdebatan cukup alot hanya untuk menentukan nama mana yang paling bagus; Katty atau Tallulah.

Tetapi untunglah, Xavier pada akhirnya mengalah dengan memanggil anjing kecil itu Tallulah.

"Dulu keluargaku mempunyai anjing bernama Venus. Dia sudah buta separuh ketika aku kecil, tapi entah, aku sendiri tidak tahu apa menariknya dia hingga dia selalu menjadi rebutan Mommy dan Grandpaku," kenang Xavier sembari terkekeh geli.

Aurora menopangkan dagunya, mendengarkan.

"Mr. Clayton Adams?"

"Bukan, Lucas Leonidas," kekeh Xavier sembari tersenyum mengenang.

"Lebih tepatnya dia Grandpa buyutku. Dia meninggal ketika aku berusia delapan tahun. Venus juga meninggal tidak lama setelah itu. Dia membawanya."

"Aku tebak kau pasti menangis keras."

Xavier tertawa. "Sedikit." Xavier membenarkan.

"Aku sendiri tidak ingat, tapi Mommy berkata tangisanku lebih keras ketika Venus yang mati."

"Mungkin itu karena pada dasarnya kau memang cengeng, dasar anak Daddy," ucap Aurora lengkap dengan senyum mengejeknya.

Xavier langsung mendengus sebal, sembari menatap Aurora tajam.

"Aku bukan anak Daddy. Aku tidak punya Daddy."

"Javier Leonidas?"

"Siapa dia? Aku tidak kenal."

"Wah... Wah... Kita sama kalau begitu. Aku juga tidak mengenalnya sejak dia menyebutku murahan," timpal Aurora sembari tertawa pelan.

"Well... Dia memang keterlaluan," kekeh Xavier menimpali.

Namun tawa Aurora lantas terhenti begitu saja ketika dia melihat Xavier menatapnya lekat. Xavier tampak tertegun lama, sementara tatapan mata birunya terpaku padanya. Situasi ini membuat Aurora merasa awkward. Membuatnya lebih memilih membuang pandangannya ke arah yang lain demi terlepas dari tatapan Xavier.

Astaga... apa ini... Aurora tidak bisa mengingkari jika pandangan mata biru itu selalu bisa membuat dadanya berdesir, jantungnya berdegup pelan sementara tangannya mendingin. Sialan... Ucapan orang-orang yang berkata jika Xavier adalah iblis yang terperangkap dalam raga malaikat tampaknya memang benar. Xavier Leonidas sangat mudah untuk dicintai, apalagi ketika dia sudah bersikap sehangat ini. Andai saja bukan karena tingkah dan sikapnya yang menyebalkan, Aurora pasti tidak akan bersikap ketus padanya. Tetapi untunglah, itu bisa menjadi pertahanan Aurora untuk tidak jatuh pada Xavier.

"Aurora, kau ingat taruhan kita?"

Pertanyaan Xavier yang kemudian berhasil melepaskan Aurora dari situasi awkward itu.

"Tentang chiken wings?"

"Yup! Do you wanna start it now?" tanyaXavier sembari bangkit dari duduknya.

Aurora menatapnya remeh. "Kau yakin?" ucapanya mencibir.

Tapi cibirannya ternyata tidak memengaruhi Xavier. Lelaki itu bahkan langsung menyingsingkan lengan kemejanya dan bertanya dimana letak dapur.

Xavier langsung mengutak-atik ponselnya sebelum mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat chicken wings begitu mereka sampai di dapur. Aurora mengamati itu sembari duduk manis di counter dapur. Sesekali Aurora menahan tawa melihat betapa kacaunya pekerjaan Xavier. Astaga, lihat! Memotong bawang putih saja lelaki ini tidak bisa, apalagi melanjutkan kegiatan memasaknya?!

"Sudahlah, Sir... Kau menghancurkan dapurku. Tanpa kau melakukan itu aku juga akan membantumu. Tadi aku hanya bercanda, tapi kau malah berbuat hal licik yang membuatku kesal. Kau tahu, aku juga kesal dengan Daddymu. Tanpa kau paksa aku sudah tentu mau," ucap Aurora pada akhirnya dengan nada asal-asalan.

"Really? Aku tidak percaya. Kau itu setan licik. Aku malah berpikir kau takut aku memenangkan taruhan ini, karena itu kau-"

"Ya lord! Masih percaya diri saja. Kau lihat, kau saja tidak becus memegang pisau," ejek Aurora. Lihat si songong ini, dia bahkan belum menyelesaikan adonannya dan dia sudah berpikir dia akan menang!

"Tidak... tidak... Aku meragukanmu. Dimana-mana tidak ada Cinderalla yang menghadiri pesta dansa sampai selesai. Mereka pasti akan pulang jam dua belas-"

"Ck! Kalau begitu mana kontraknya? Memang ya, bekerja sama dengan orang licik itu sangat susah. Mereka tidak akan mudah percaya karena mereka menganggap semua orang sama liciknya dengan mereka."

"Jadi kau menolak dianggap licik?"

"Yang licik itu kau. Aku ini anak baik."

"Anak baik, eh?" Xavier tertawa geli sebelum suara denting bell mengehentikan percakapan mereka.

Suara itu juga yang membuat Aurora segera melangkah keluar untuk membuka pintunya. Pasti itu dia. Pikir Aurora. Tidak mungkin dia meninggalkan Tallulah disini sendirian selama Aurora tidak ada. Tetapi ternyata Aurora salah, ketika pintu terbuka, yang ada dibaliknya bukan orang yang ada di pikirannya, tetapi Christian.

"Kau membawa kontraknya, Chris?"

Suara Xavier yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya membuat Aurora sedikit terperanjat. Aurora menoleh dan mengerutkan kening curiga. Well... kapan lelaki ini menyuruh Christian untuk membawa kontrak mereka?

"Pelajari ini dan tanda-tangani," ucap Xavier bossy sembari menjulurkan kontrak itu pada Aurora. "Kau tadi berkata kau bukan orang lick kan?" tambah Xavier lagi.

Aurora langsung speechless. Tetapi dia langsung mengambil kontrak itu dan membawanya ke sofa sementara Xavier kembali ke dapurnya dengan membawa bungkusan yang diberikan Christian. Christian sendiri langsung pergi dari sana.

AGREEMENT CONTRACT.

Judul kotrak di tangan Aurora ditulis dengan huruf kapital, berikut juga dengan namanya, nama Xavier dan pasal-pasal lain. Sebenarnya tanpa membacapun Aurora sudah mengetahui isi pasal yang tertulis dalam kontrak itu. Dia sudah pernah membacanya. Tapi untuk menandatanganinya, tiba-tiba saja Aurora meragu. Apa semua ini impas dia lakukan hanya karena hinaan Javier Leonidas dan bayangannya tentang Anggy?

Aurora belum mengambil penanya ketika kontrak ditangannya tiba-tiba direnggut darinya. Itu Xavier, lelaki itu bahkan menyobek kontrak menjadi empat bagian, membuat Aurora menatapnya heran.

"Aku mengalah. Lebih baik memang tanpa kontrak. Kau benar, ketika meminta bantuanmu sudah seharusnya aku mempercayaimu. Kontrak ini tidak perlu ada. Kau bersamaku, itu sudah cukup," ucap Xavier sembari menaruh sobekan kontrak itu diatas meja.

Aurora langsung spechlees.

"Kau... serius?" ucap Aurora begitu dia bisa mengeluarkan suaranya.

Sungguh, dia sama sekali tidak menyangka Xavier yang awalnya keukeuh akan melakukan ini.

"Anggap saja saat ini aku sedang membuat pertaruhan dengan mempercayaimu. Kau adalah orang pertama yang kupercaya setelah sekian lama, Ara," ucap Xavier santai. Aurora semakin menatapnya tidak percaya. Dia.... dia dipercaya?

"Ngomong-ngomong soal taruhan kita. Sepertinya aku menang."

Ucapan Xavier selanjutnya membuat Aurora mengerutkan kening. Terlebih ketika dia melihat Xavier sudah mengulurkan piring berisi chicken wings yang terlihat sangat menggugah selera. Sukses itu membuat Aurora menatap Xavier curiga.

"Kau curang ya?"

"No... Aku tidak curang," elak Xavier.

"Kau tidak bisa memasak! Pasti Christian yang mebawanya!"

Xavier tertawa geli. "Kau melupakan isi taruhan kita? Disana aku mengatakan aku bisa menyajikan chicken wings untukmu. Bukan memasaknya. Berarti sekarang aku menang."

"This Devil!"

"Sekarang cium aku. Itu hukumanmu."

"WHAT?!"

"Yeah.... Anggap saja itu sebagai awal untuk membuatmu belajar menjadi calon istri pura-puraku," kekeh Xavier lagi. Aurora menjerit kesal. Dan dia sudah pasti telah menghajar Xavier jika saja Xavier tidak lebih dulu menahan tangannya sembari menyeringai sebelum membisikkan sesuatu di telinga Aurora.

"Alright! Kalau kau tidak mau, aku juga bisa," bisik Xavier yang membuat Aurora membelalakkan matanya. Tetapi terlambat, di detik selanjutnya bibir Xavier sudah mendarat di bibirnya! Lelaki itu menciumnya. Bukan ciuman sekilas lewat seperti yang lelaki ini ini lakukan di depan Katherine. Ciuman ini dalam dan panjang. Bahkan Xavier sempat bermain-main dengan bibir bawah Aurora!

Dan bodohnya Aurora hanya bisa membeku. Ya lord! Apa dosanya hingga dia berhadapan dengan lelaki yang bisa membuat kewarasannya hilang hanya dengan ciuman!

"Kau sudah pulang?"

Suara seseorang yang pada akhirnya berhasil membuat kesadaran Aurora kembali. Dia langsung mendorong tubuh Xavier untuk melepaskan ciuman mereka. Xavier menurut. Napas mereka sama-sama memburu. Tapi sial, begitu Aurora menoleh, dia sudah mendapati lelaki berwajah blasteran Amerika - Korea berdiri tidak jauh dari mereka.

Mata coklat lelaki itu menatap Aurora dan Xavier bergantian, dimana dia memberikan tatapan tajamnya pada Aurora dan juga pandangam menyelidik begitu melihat Xavier.

"Ian... Sejak kapan kau ada di-"

"Siapa kau?" ucap Xavier dengan nada terganggu. Sungguh, dia tidak menyukai perasaan kesalnya mengetahui Aurora memanggil nama depan orang lain, tetapi dia belum pernah memanggilnya Xavier.

"Dia Ian Salvatore, Xavier... Dia itu teman-"

"Bukankah tadi aku yang memenangkan taruhan kita, Ara?" tanya Xavier sembari mendekatkan dirinya dan melingkarkan lengannya di pinggang Aurora.

Xavier sengaja ingin melihat bagaimana respon lelaki itu. Aurora memang menyebutnya teman, tapi Xavier merasa tidak demikian. Dan ternyata benar, sepertinya lelaki itu terlihat tidak menyukai apa yang Xavier lakukan. Ah... Itu membuat Xavier mendapat kesimpulan; lelaki ini menyukai Ara-nya. Well, dia pikir dia bisa berhadapan dengan Xavier Adams?

"Usir dia," bisik Xavier cepat.

Aurora langsung menoleh dan memberikan tatapan seakan-akan Xavier sudah gila.

"Apa?"

"Aku yang memenangkan taruhan kita. Karena itu, kau harus mengusirnya, Ara." ucap Xavier tidak mau tahu.

"Damn! Kau tadi bahkan sudah menciumku, Xavier," geram Aurora kesal.

Ah, Xavier... Xavier tersenyum lebar.Sungguh, tiba-tiba saja moodnya langsung naik mendengar Aurora menyebutkan namanya.

"Tapi itu tadi terputus." Seperti biasa, Xavier tidak akan membuat ini mudah.

"Sekarang begini saja. Kau menciumku atau kau usir dia. Pilihannya ada di tanganmu, Cinderella," ucap Xavier yang membuat Aurora menggeleng tidak percaya.

Astaga... Lelaki ini gila!

TO BE CONTINUED.

_____________

HOPE YOU LIKE IT!

JANGAN LUPA VOTE KOMEN, SAMA SHARENYA YA!

Nodong 10K vote dong, biar vote per partnya seimbang hehe

Kalian #TeamMana nih?

#Devil

#Cinderella

#Ian

See you soon.

With Love,

Dy, istrinya Sean yang kembali pulang.

Jangan lupa follow :

@dyah_ayu28

The.angels05

Xavier.leonidas1

Aurora.Regina1

Javier.Leonidas

Anggy.Sandjaya

Xander.William1

Crystal.leonidas01

Angellucero

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro