She Owns the DEVIL Prince | Part 2 - Victoria Cercadillo
Klik 🌟 nya dulu yaaaaa! :)
Ada perubahan, nama Veronica diganti jadi Victoria hehe.
Dan please, lupain cerita yang sebelumnya. Ini versi yang lain. Thank you :) Dan maaf soal update yang lama. Buat yang follow instagram Dy pasti tau kalau LCD laptop Dy baru bener hehe
Btw.... Part ini didedikasiin buat sukmaExantryPutri pembaca yang kalau nggak salah udah ada sejak jaman Kevin Leonida haha. Thank you masih stay disini ;) Yang lain tunggu giliran ya... Go komen biar Dy tau kalian ^^
_______________________
Play list : Lauv - Like Me Better
Playlist kamu? :
***
Xavier tersenyum kecil ketika mobilnya berhenti di tempat yang awalnya bukan tujuannya. Well, setelah dipikir-pikir pulang sekarang atau nanti dia juga akan tetap mendengar ceramah Ibunya. Karena itu, alih-alih melajukan mobil ke arah mansionnya, Xavier lebih memilih mengendari mobil itu ke arah salah satu kawasan elite di Barcelona dan memakirkannya di sebelah pagar tinggi salah satu rumah mewah disana.
Di balik pagar tinggi itu sebuah rumah mewah bergaya modern berdiri tegap. Memang tidak sebesar dan semewah mansion Leonidas, tetapi sudah pasti rumah ini bisa menjadi tanda jika pemiliknya adalah orang yang berada. Ah, tapi semua fakta itu mana mungkin bisa menghentikan Xavier untuk bersikap seperti 'pencuri'. Seperti sekarang ini, Xavier bergerak memanjat salah satu pohon besar di sebelah pagar itu untuk bisa meloncat dan mendarat di halaman belakang rumah dengan mulus bagaikan ninja.
Well, itu membuat Xavier tersenyum sekaligus bersyukur tinggi pagar itu tidak setinggi pagar mansionnya. Karena sudah pasti, hanya ninja sebenarnya yang akan mampu melompati pagar mansion Leonidas. Tetapi baru saja dia merasa lega,-
-brukk!!
Terjangan seekor anjiing penjaga dengan ras Akita membuat Xavier langsung jatuh terduduk. Tapi bukannya takut melihat tubuh besar anjing dengan bulu berwarna putih dan merah kastanya yang sedang menindihnya, Xavier malah terkekeh geli ketika dengan jelas-jelas ia bisa merasakan anjing itu menjilat wajahnya.
"Guk! Guk! Guk!"
"Stop, Katy! Jangan berisik. Kau akan membangunkan yang lain," bisik Xavier di tengah kekehannya sembari mengelus rambut panjang Katy-nama anjing itu di lehernya. Katy rupanya mengerti apa yang Xavier katakan, karena setelah itu ia tidak mengeluarkan suara apapun selain menjilati Xavier yang masih terduduk di atas rumput taman.
"Good girl! Do you miss me, Katy?"
"Guk!" jawab Katy membuat Xavier terkekeh geli. Hell! Memangnya dia benar-benar bisa mengerti ucapan Xavier apa?
"How about her? Does she miss me?" tanya Xavier lagi sembari menunjuk ke arah balkon di atasnya-balkon kamar Victoria. Sekali lagi itu membuat Katy menyahut kencang. Xavier kembali terkekeh, tetapi kekehannya langsung berhenti begitu mendengar suara langkah kaki sedang terarah ke tempatnya. Er, pasti itu penjaga!
"Jangan beritahu aku ada disini, okay? Aku akan menemui Mamamu." Xavier berkata cepat sebelum dia bergerak memanjat pohon di sebelah balkon kamar Victoria. Dan tepat setelah Xavier mejejakkan kakinya disana, dia bisa melihat dua orang penjaga dengan senternya sudah sampai di tempat Katy tadi. Dari atas Xavier bisa melihat para penjaga itu sedang menanyai Katy-mungkin karena gonggongannya tadi, tetapi Katy terlihat hanya menggoyangkan ekornya sebelum berjalan mengikuti penjaga yang terlihat kembali berpatroli. Anjing pintar!
Tidak mau membuang waktu, Xavier segera bergerak membuka pintu balkon kamar Victoria. Seperti biasa, pintu balkon itu tidak terkunci, lampu utama Victoria juga tidak dimatikan mengingat kekasihnya itu tidak bisa tidur dalam kegelapan.
Terangnya kamar membuat Xavier bisa melihat jika kekasihnya, Victoria Cercadillo masih terlelap di kasur king size nyamannya. Tubuh gadis itu masih terbungkus bed covernya yang senada dengan warna kamarnya yang didominasi warna putih dengan design yang menyerupai kamar-kamar princess di cerita Disney.
Xavier memilih untuk duduk di pinggiran ranjang Victoria sembari mengamatinya. Seperti biasa, bahkan dalam tidurnya gadis itu terlihat cantik, rambut brondenya terlihat kontras dengan warna bantalnya. Bibir pink tipisnya, matanya yang sedang terpejam yang membuat Xavier tidak bisa melihat warnanya.
Xavier tersenyum dan membelai rambutnya. Setelah itu dia baru membuka sepatu dan jacketnya, menaruh barang-barang itu sembarangan sebelum bergerak naik ke atas ranjang dan membawa Victoria ke dalam pelukannya. Well, Xavier tahu gadis ini akan marah padanya seperti yang sudah-sudah.... Tapi masa bodoh, hal itu bisa dia urus belakangan. Yang paling penting saat ini Xavier hanya ingin menutup matanya.
"Ex-ee-vii-eee!! Sejak kapan kau datang kemari!!"
Benar, kan! Beberapa jam kemudian Xavier sudah mendengar pekikan Victoria di telinganya. Xavier menggeliat gusar menahan pening karena dibangunkan tiba-tiba. Tapi bukannya bangun, Xavier malah membalik tubuh untuk menenggelamkan wajahnya, tetapi tetap saja, itu tidak membuatnya selamat' dari amukan Victoria yang kini malah memukulinya dengan bantal.
"X!"
"C'mon, Vee!! Apa ini caramu menyambut pacarmu yang baru pulang?!" erang Xavier sembari merebut bantal yang tengah Victoria pukulkan ke arahnya dan menjadikan bantal itu sebagai alas kepalanya. Itu membuat Victoria menggeram, dia bahkan langsung mengoncang-goncang tubuh Xavier melihat kelakuan lelaki ini.
"Apa ini juga caramu datang? Menyelinap seperti pencuri?!"
Xavier mengerutkan kening. Bukankah seharusnya Victoria sudah kebal dengan kebiasaannya ini?
"Sudahlah, Vee... Aku masih mengantuk, biarkan aku tidur...."
"Xavier!"
"Lima menit-ah, tidak.. Sepuluh menit lagi."
"Astaga, X! Kau tidak lihat Mommyku ada disini?!"
Jreng!
Pekikan panik Victoria yang terakhir membuat mata Xavier langsung terbuka. Dan benar saja, ketika Xavier membalikkan badannya dia bisa melihat Martha Cercadillo tengah menatapnya dengan kedua tangan bersedekap sementara kepalanya terlihat menggeleng pelan. Dia Mama Victoria, dan dilihat dari kedutan di ujung bibirnya, jelas sekali jika wanita paruh baya yang masih terlihat muda itu tengah menahan senyumnya.
Xavier segera duduk.
"Xavier... Aturannya, jika kau memang berniat menyelinap ke rumah orang, kau harus pergi sebelum orang-orang di rumah itu menyadarinya. Bukan malah memperpanjang tidurmu," ucapnya.
Xavier menyengir, sementara Victoria terlihat memberinya tatapan kesal.
"Sudahlah.... Setelah kalian selesai cepat turun ke bawah. Kita sarapan bersama-sama," ucap Martha lagi sembari berjalan keluar. Tetapi tepat sebelum wanita itu menutup pintu kamar Victoria, Martha berucap sembari memberikan tatapan mengejeknya pada Xavier dan Victoria. "Lain kali parkirkan mobilmu di dalam. Apa bermain kucing-kucingan selama 3 tahun belum cukup untuk kalian?"
Ucapan Martha sebenarnya membuat Xavier terkejut, menyadari jika tingkahnya ini ternyata sudah wanita itu ketahui selama bertahun-tahun. Namun melihat mata hijau Victoria yang terlihat panik dengan wajah yang memerah, malah membuat Xavier ingin sekali menggoda gadis ini.
"Well... Aku tidur lagi ya. Mamamu aja tidak masalah aku ada disini," kekeh Xavier geli sembari bergerak tidur lagi.
Victoria langsung melotot menatapnya.
"Are you crazy?"
"Yes I am, because of you," goda Xavier lagi.
Vitoria merengut. Jelas sekali dia merasa kesal melihat kelakukan Xavier atau malah sedang berusaha menyembunyikan rona tersipu di wajahnya. "Apa belajar di Amerika membuatmu semakin menyebalkan seperti ini?" tanyanya.
Xavier tertawa. "Kenapa? Kalau kau tidak suka, aku tidak masalah pindah ke negara ini agar bisa kuliah denganmu."
"Kau tidak bisa. Harvard terlalu wow untuk kau lepaskan."
"Hm... Mulai nyaman dengan kondisi aku tidak ada ya? Katakan, apa kau berselingkuh selama aku tidak ada disini, Vee?" tanya Xavier menggoda Victoria. Ya, tentu saja itu hanya sebuah godaan, seorang Victoria tidak akan pernah mengkhianati Xavier.
Benar sekali. Sebuah bantal akhirnya mendarat tepat di wajah Xavier usai dia mengatakan ini. Victoria yang melempar itu, dia terlihat kesal dan langsung turun dari ranjangnya meninggalkan Xavier yang menyengir padanya.
Xavier ikut turun dari ranjang dan langsung memeluk Victoria dari belakang.
"Aku merindukanmu. Karena itu aku langsung pergi kemari pagi ini," ucap Xavier sembari mengecup bagian belakang telinga Victoria.
Victoria berbalik, dia menatap Xavier dan berjinjit sembari mengalungkan lengannya di leher Xavier.
"Aku juga. Kau tahu tidak jika aku sempat kecewa saat bulan kemarin kau tidak jadi pulang dan lebih memilih berburu aurora di Abisko?" jawab Victoria manja.
Xavier tertawa, dia memang kerapkali tertawa jika itu menyangkut Victoria.
"Maafkan aku, lain kali aku akan mengajakmu," janji Xavier.
Mendengar itu Victoria langsung tersenyum dan mengecup bibir Xavier. Itu membuat Xavier menyeringai puas meskipun ciuman itu tidak bertahan lama dikarenakanVictoria menyuruhnya mandi duluan.
Akhirnya Xavier mandi di bawah guyuran shower dengan cepat, dia lalu keluar dengan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya dan mendapati jika Victoria sedang duduk di atas ranjangnya dengan mata hijau yang terlihat menatapnya marah. Ya, marah... Bukan kesal seperti yang sudah-sudah.
"Tadi malam kau balapan, X? Kau berbohong padaku?"
Glek. Cepat atau lambat Xavier memang yakin Victoria akan tahu jika dia sudah melanggar janjinya untuk tidak balapan lagi. Tetapi tidak secepat ini. Karena itu Xavier berniat untuk memberitahu Victoria sebentar lagi yang ternyata di dahului oleh gadis ini sendiri.
"Aku janji itu yang terakhir."
"Sebelum ini kau juga sering mengatakan itu yang terakhir! Kau selalu berbohong padaku, X!" ucap Victoria dibarengi dengan pandangan kecewanya. Setelah itu Victoria langsung berjalan pergi untuk keluar kamarnya meninggalkan Xavier yang hanya bisa menghela napasnya kasar.
Xavier segera mengenakan bajunya. Dia berpikir untuk membereskan semua ini dengan segera menjelaskan semuanya pada Victoria. Dan Xavier mendapatkan kesempatan itu ketika dia sudah duduk di sebelah Victoria dalam meja makan berisi dia, Victoria dan juga Ayah serta Ibu Victoria.
"Itu benar-benar yang terakhir. Dan juga aku melakukannya karena temanku meminta tolong padaku," bisik Xavier pelan.
Victoria langsung memalingkan wajahnya-menolak menatap Xavier-sementara tangannya mengambil segelas jus jambu dan meminumnya perlahan.
"Teman seperti apa yang memintamu melakukan hal tidak baik seperti itu?" ucap Victoria pada akhirnya sembari menatap Xavier kesal. Xavier tersenyum menyesal.
Namun tak lama kemudian Victotria tertawa pelan, membuat Xavier ikut melakukannya menyadari dia sudah dimaafkan.
TO BE CONTINUED
(8 Maret 2018 | Rank #101 in Romance)
________________
HOPE YOU LIKE IT!
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN + SHARE YAK!
Boleh minta 5K vote nggak? Biar vote per partnya seimbang ^^
Thank you buat votenya!
More info go follow :
Dyah_ayu28
The.Angels05
Xavier.leonidas1
Auora.Regina1
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro