Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

She Owns the DEVIL Prince | Part 19 - Mine [2]

Happy reading!

Kangen Xaviera? Wkwkw

JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA YA!! 😍💫💫

Btw banyak banget manip Xaviera yang Dy terima!! Makasih banyak ya! Sayang kalian semua 😍😍

___________________________

Tetapi kemudian Xavier segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi menyadari apa yang baru saja dia pikirkan.

Astaga... Xavier benar-benar butuh membasuh kepalanya sekarang. Bagaimana mungkin dia bisa membenci seseorang hanya karena Aurora mengigaukan namanya?

Ck! Ini tidak benar.

__________________________

My Playlist : Marian& Sean - Flames of Love

https://youtu.be/cvELutk2kF4

Your Playlist :

***

"Kau yakin membarikanku makanan ini? Ini sudah dingin!"

Sentakan Xavier membuat pramugari di depannya langsung menundukkan kepala menyesal.

"Saya akan segera menggantinya, Sir."
"Dan membuatku menunggu?" ucap Xavier sinis. "Memangnya kau pikir kau dibayar untuk membuang-buang waktuku?" Xavier langsung mendorong salah satu piring yang tersaji di depannya usai mengatakan ini-sengaja menegaskan jika dia memang tidak mau.

Sialan. Xavier benar-benar marah sekarang. Bayangkan? Moodnya sedang tidak baik, tapi orang-orang ini malah terlihat sedang bekerja sama untuk membuat kondisi hatinya semakin parah dengan semua pekerjaan tidak becus mereka. Seperti menyajikan kopi yang kurang pahit, menaruh berkas beberapa centi dari tempat seharusnya, hingga menatapnya takut-takut seakan dia adalah monster yang sedang mengamuk! Belum lagi pramugari wanita yang mungkin sekarang masih sesenggukan karena sempat mendapatkan amukannya. Oh, Gosh! Ada apa dengan mereka semua?

"Lalu Saya harus bagaimana, Sir?" pertanyaan takut-takut wanita berambut pirang itu semakin membuat Xavier meledak. Astaga! Apa dia pikir Xavier memperkerjakannya hanya untuk membuatnya bertanya semua hal?

"Kau ini benar-benar ya!"

"Wah, Chicken wings!" Pekikan riang Aurora membuat Xavier menoleh.

Wanita itu sudah bangun, malah dia sepertinya sudah mandi melihat betapa segarnya dia sekarang. Dan seperti biasa, kemarahan Xavier sepertinya tidak pernah berdampak apapun pada Aurora Regina. Seperti sekarang, dia dengan santainya malah langsung duduk di depan Xavier dan mengambil salah satu piring yang tersaji di depannya.

"Aku suka ini! Kau tahu saja kalau aku sedang lapar, Sir!" ucap Aurora sembari mengambil satu dari banyak chicken wings itu dan memakannya cepat.

Xavier menatapnya kesal. "Siapa yang menyuruhmu memakannya? Kau tidak lihat jika bossmu ini bahkan belum makan?"

"Well... itu masalahmu," ucap Aurora santai. "Kau sendiri yang membuat dirimu kelaparan disaat banyak makanan tersaji di depanmu."

"Semua makanan itu dingin. Mereka tidak becus."

Aurora menatap Xavier heran. "Gosh! Semua makanan ini masih enak! Dan apa katamu? Tidak becus? Aku bahkan yakin kau tidak akan bisa membuat satupun dari apa yang tersaji disini. Jadi berhentilah mengomentari pekerjaan orang lain."

"Kau tidak tahu saja, aku bisa saja menyajikan semua masakan itu jika kau mau."

Aurora memutar kedua bola matanya. "Sudahlah, jangan berusaha sombong jika itu hanya omong kosong," katanya.

"Berani bertaruh?"

"Seribu persen! Aku yakin jika Anak Daddy yang pernah berteriak-teriak di depan pintu ruang rapat hanya karena batal ke Pantai sudah pasti tidak akan bisa melakukan hal seperti itu," kekeh Aurora geli, sengaja mengabaikan pandangan tajam Xavier dengan terus memakan Chicken wings favoritenya. Well, dia benar kan?

Xavier tersenyum miring.

"Baiklah Lihat saja nanti, setelah pesawat mendarat aku akan membuktikannya padamu. Kau mau bertaruh apa, Ara?"

"Ha? Kau serius?" Aurora terkekeh geli. "Kalau begitu kau cukup menyetujui surat resignku tanpa denda, Sir... Ah, satu lagi. Aku rasa kau juga tidak perlu memasak semua yang ada disini. Satu porsi chicken wings saja, itu sudah cukup."

"Baik." Xavier menjawabnya dengan percaya diri. "Tapi ingat, kau harus melakukan apapun yang aku mau jika aku berhasil menang."

"Tenang, bisa diatur."

"Gezz... Kau memang selalu meragukanku ya?" Xavier bertanya dengan nada seolah dia sedang tersinggung, dan itu malah dijawab kekehan geli oleh Aurora. "I am," katanya.

Beberapa saat kemudian kekehan itu berubah menjadi tawa pelan melihat Xavier yang bergerak memakan makanan yang sempat dia bilang tidak enak. Xavier sendiri juga tidak memedulikan tawa mengejek Aurora, dia bahkan membiarkan para pelayan yang awalnya masih menunggu intruksinya bergerak pergi.

"Kita sudah sampai di New York, Sir. Pesawat ini akan mendarat di Bandara pukul 2:00 PM waktu EDT."

Laporan Christian beberapa saat kemudian membuat Xavier mengangguk paham. Mereka sudah selesai makan, sementara pesawat yang mereka naiki terlihat sudah terbang rendah, membuat pemandangan kota Manhatan yang terlihat dari atas terlihat di kejauhan.Aurora sendiri terlihat menatap pemandangan itu takjub, seakan semua hal ini adalah kali pertama untuknya. 

Dan entah kenapa, benak Xavier seketika menghangat melihat itu. Tidak ada kemarahan lagi, hanya perasaan nyaman. Aurora membuat Xavier lupa dengan kemarahannya, wanita itu membuatnya tenang.

***

"Astaga... Apa ini... No... No... Aku tidak mau," ucap Aurora terkejut mendapati tiba-tiba saja Xavier sudah menyematkan kalung yang ia ketahui berharga selangit ke lehernya begitu mereka akan turun.

Pesawat yang mereka naiki sudah mendarat di Bandara, sementara beberapa awak media terlihat sudah terlihat di luar. Sebenarnya Aurora juga cukup heran, kenapa pesawat ini mendarat di Bandara konvensional, bukan di landasan pacu pribadi seperti disaat mereka pergi.

"That's okay. Dengan ini para media dan lelaki itu akan semakin mempercayai jika kau adalah calon istriku. You're mine, and they'll know that. Aku pastikan itu."

"Ah, Sir... Soal itu... Aku sebenarnya tidak serius," ucap Aurora yang membuat Xavier merengut tidak paham.

"Maksudmu?"

"Yeah.. Aku berbohong, Sir.. You know? Mana mungkin aku mau menjadi calon istri pura-puramu? Tapi itu salahmu sendiri... Kau mengancamku, membuatku nyaris menjadi imigran gelap disana jika tidak menuruti keinginanmu. Jadi aku pikir aku tidak salah dengan balik menipumu, kan?"

"Oh," ucap Xavier santai yang entah kenapa membuat Aurora merasa sesuatu yang tidak enak merayapi dirinya.

"Oh saja? Kau tidak marah?"

"Haha, untuk apa aku marah," jawab Xavier santai. Saking santainya Aurora malah semakin ingin menemukan highheelsnya dan menjauh dari Xavier. Sungguh, dia ingin segera menjauh dari lelaki yang perbuatannya sangat sulit di tebak ini. Tetapi sedari tadi Aurora tidak berhasil menemukan highheelsnya sementara dia terus memakai sendal kamar.

"Christian, kau melihat sepatuku?"

"Kalau tidak salah-"

"Kenapa, Ara? Sepatumu hilang?" suara Xavier memotong perkataan Christian. Itu membuat Christian segera keluar dari pesawat itu, meninggalkan Xavier dan Aurora hanya berdua.

"Wah... wah... Bagaimana bisa sepati Cinderella hilang ketika dia masih bersama pangeran."

"Jangan menghinaku!" erang Aurora kesal sembari terus menunduk untuk mencari keberadaan sepatunya. Dan ketika dia tidak menemukannya, Aurora merasa dia memang harus keluar tanpa sepatu. Itu juga tidak buruk juga. Dan bersama Xavier, dia bergerak melanhkah ke arah pintu pesawat.

"Kau tahu apa yang seharusnya pangeran itu lakukan ketika sepatu Cinderella hilang?" bisik Xavier tiba-tiba. Aurora menoleh padanya, tapi seketika itu pula dia terpekik menyadari Xavier sudah bergerak menggendongnya dengan gaya bridal!

Damn! Lelaki ini sudah gila! Dan seakan tidak cukup dengan itu, para awak media yang entah kenapa sudah menunggu mereka di luar langsung mengarahkan blitz kamera pada mereka berdua!

"Aku pastikan kau akan membayar ini, Sir!" erang Aurora sembari menyembunyikan wajahnya di dada Xavier menyadari dia sudah dijebak. Xavier sendiri hanya terkekeh geli. Apa wanita ini mengira Xavier cukup bodoh dengan percaya saja akan persetujuannya yang tiba-tiba?

"Mr. Leonidas... Bisakah Anda memberikan waktu untuk berbicara pada kami sebentar?" ucap suara yang saling sahut di kerumunan itu. Beberapa bodyguard Xavier sendiri sudah bersedia untuk tidak membiarkan para wartawan itu cukup dekat dengan Xavier. Tetapi tetap saja, suara panggilan mereka dengan tittle Leonidas membuat pandangan Xavier langsung bersinar sinis ketika menatap mereka.

"Apa benar Anda akan menikah dengan Nona Katherina Lucero? Jika seperti itu siapa wanita di gendongan Anda, Sir? Apa dia Miss Regina yang beberapa waktu terakhir sempat Anda katakan sebagai calon istri Anda?"

"Ketherina? Well, aku tidak pernah tertarik padanya. Coba kalian tanyakan pada Leonidas yang lain, mungkin dia yang berniat menikahinya," kekeh Xavier geli.

Jawaban Xavier itu membuat kilatan kamera semakin terlihat beringas menyerbu mereka. Dan sungguh, sebenarnya itu membawa ketertarikan sendiri pada Xavier melihat Aurora yang semakin menyembunyikan wajahnya di dadanya. Hell... Apa dia pikir itu akan berhasil membuat Vic Vic sialan itu tidak mengetahui jika dia sedang bersamanya? Ah, tenang saja... Xavier sendiri yang akan memastikan semua orang mengetahui jika Aurora Regina sedang bersamanya meskipun saat ini Xavier bertingkah seakan-akan dia sedang berjalan cepat untuk menghindari kejaran wartawan.

"Bisakah Anda memperkenalkan wanita di gendongan, Anda, Sir?"

"Siapa wanita itu? Bisakah Anda memperkenalkannya pada kami?"

"Apa dia adalah Cinderella yang berhasil mengambil perhatian, Anda, Sir?"

"See, Ara? Beberapa dari mereka saja ada yang memanggilmu Cinderella, jadi aku tidak salah kan?" kekeh Xavier geli sembari terus melangkah ke arah mobil yang sudah menunggunya. Aurora sendiri langsung menggeram.

"Diam. Kau mau aku hajar?"

"Ck! Aku heran kenapa kau masih bisa mengancamku disaat situasi kita yang seperti ini," kekeh Xavier geli sembari berhenti beberapa langkah dari pintu mobilnya.

Xavier tersenyum mengejek, sembari menimbang-nimbang apa yang akan dia lakukan. Tetapi melihat Aurora yang lebih berniat menyembunyikan wajahnya dari para wartawan itu, membuat sifat iseng Xavier muncul hingga dia memutuskan memutar tubuhnya untuk menghadap para wartawan yang masih berjaga itu.

"Sebenarnya aku ingin mengenalkannya, tapi dia sangat pemalu, dan juga manja."

"Sir... Jaga ucapanmu, please...," erang Aurora pelan.

Erangannya ternyata semakin membuat senyum di wajah Xavier melebar. Dan itu bagus, semakin membuat para wartawan itu berspekulasi karena mana mungkin Xavier yang terkenal tidak pernah tersenyum bisa tersenyum selebar ini?

"Dia Aurora Regina. Calon istriku. Millikku," ucap Xavier masih dengan senyuman lebarnya sebelum dia bergerak masuk ke dalam mobil.

Dan begitu mobil itu melaju pergi, Xavier tampaknya harus benar-benar berjuang menghadapi cakaran Aurora. Shit! Wanita ini benar-benar macan! Dia sangat liar.

TO BE CONTINUED.

_____________________________

HOPE YOU LIKE IT!

JANGAN LUPA VOTE KOMEN, SAMA SHARENYA YA!

Nodong 10K vote dong, biar vote per partnya seimbang hehe

Btw, maaf baru update. Lagi sibuk banget huhu. Ini aja baru bangun hehe.

Dan semoga partnya ini agak ngena ya. Lagi kesel sama Sean, gegara Dy stalking talullah di Instagramnya Sam, Dy jadi ikutan stalking sejak kapan Sean mulai like foto Sam + upload foto bareng huhu. Itu bikin potek tau. Lebih potek dari saat Dy tahu Juju sama Tante Sele jadian dulu hiks.

Tau deh. Males sama Sean -_-

See you soon.

With Love,

Dy, istrinya dedek Shawn Mendes yang lagi berusaha move on dari Sean. (Dan gagal terus)

Jangan lupa follow :

@dyah_ayu28

The.angels05

Xavier.leonidas1

Aurora.Regina1

Javier.Leonidas

Anggy.Sandjaya

Xander.William1

Crystal.leonidas01

Angellucero

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro