She Owns the DEVIL Prince | Part 12 - Relaxing
Kangen Xavier apa Dy? :(
JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI POJOK KIRI BAWAHNYA YAA!!
Happy reading! 😋😘
______
What? Apa katanya?
Satu detik. Dua detik.
Xavier masih berdiri di depan pintu kamar Aurora yang tertutup. Baru ketika Xavier menyadari apa yang terjadi disini dia langsung menggeleng tidak percaya.
Seorang Xavier Matthew Adams-ditolak? Are you kidding me, Ara?!
_____________
Play list : Jax Jones - Breathe
Playlist kamu :
***
Conference Room - Hyatt Hotel, Dubai-UEA. 02:30 PM
Damn! Bisa-bisanya wanita itu menolaknya?! Memangnya dia pikir dia siapa?!
Xavier terus menerus menghembuskan napasnya berat, sementara tangannya memutar-mutar pena yang dia pegang. Shit! Dia bahkan tidak bisa berkonsentrasi dengan presentasi beberapa pengusaha besar yang turut menghadiri konferensi bisnis terbesar tahun ini. Konferensi ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana arah bisnis kedepannya. Tetapi melihat banyaknya media yang turut diundang kemari, membuat Xavier bisa menyimpulkan jika tujuannya bukan itu-ini hanya wadah untuk ajang pamer. Hal yang sebenarnya Xavier perlukan disini hanya karena dia melihat jika selain Andres Lucero, Javier Leonidas juga turut datang.
Namun tetap saja, meskipun tubuhnya berada disini, pikiran Xavier malah sedang melayang jauh.
Ayolah.... Xavier sebenarnya masih tidak habis pikir. Apa tawaran yang dia berikan pada Aurora masih kurang? Apa sosoknya yang banyak orang bilang sempurna masih jauh di bawah standard Aurora? Apa menjadi calon istrinya meskipun itu hanya pura-pura adalah hal yang memalukan bagi Aurora Regina hingga wanita itu memilih -
"Xavier...."
Untunglah sebuah panggilan membuat Xavier keluar dari pemikiran yang mampu membuatnya kesal sendiri. Tanpa menolehpun Xavier sudah tahu jika yang memanggilnya adalah Clayton. Karena hanya orang-orang terdekat atau yang telah mengenalnya sejak dulu yang akan memanggilnya Xavier. Selebihnya akan memanggilnya Mr. Adams atau Matthew.
Di dalam ruangan ini sendiri mungkin hanya Clayton, Andres dan juga Javier yang memanggilnya Xavier. Tapi Javier Leonidas sudha pasti tidak akan memanggilnya, melihat saat ini saja dia terlihat sudah sibuk berbicara dengan Andres yang duduk di kursi sebelahnya.
"Aku merasa pikiranmu sedang kemana-mana. Apa ada masalah?" pertanyaan Clayton membuat Xavier yang pada awalnya melihat Javier dan juga Andres di bangku seberang langsung mengalihkan pandangannya.
"Tidak ada. Semuanya baik-baik saja." Hanya saja aku merasa sudah menemukan wanita gila yang dengan bisanya menolakku di detik pertama. Tambah Xavier dalam hati.
Ah, memikirkan Aurora Regina tiba-tiba saja menjadi hal yang lebih menyenangkan dibanding memikirkan sepasang ayah dan anak di depannya. Mereka benar-benar membuat Xavier muak. Terutama Javier. Apa lelaki itu tidak sekalipun memedulikan perasaan Anggy ketika dia dekat dengan anak mantan wanitanya?
Huft, sudahlah! Orang seperti Javier mana mungkin mau repot-repot memikirkan perasaan orang lain?
Xavier.leonidas1 : Hyatt hotel, conference room 24th floor. Siapkan matcha tea untukku. Aku ingin minuman itu sudah ada begitu aku keluar ruangan.
Sent!
Xavier mengirim pesan itu pada Aurora sembari melihat jam tangannya. Damn! Tiba-tiba saja Xavier merasa jika waktu mendadak berjalan lambat. Terlebih ketika melihat bukan hanya sekali dua kali Xavier menemukan Andres yang menatapnya dengan senyum kemenangan tiap kali dia berhasil memergoki Xavier yang tengah menatap ke arahnya dan Javier.
Aurora.Regina1 : Sir, aku mau jujur 😅. Sebenarnya aku pernah bersumpah untuk tidak akan pernah membuatkan matcha tea untukmu 😣
Balasan pesan dari Aurora membuat Xavier mengabaikan Andres. Well, Andres sangat salah jika dia berpikir dia masih memedulikan mereka berdua. Tidak lagi.
Xavier.Leonidas1 : Lalu?
Aurora.Regina1 : Kau punya solusi, sir? 😥
Xavier.Leonidas1 : Tentu saja. Kau bisa mengandalkanku.
Aurora.Regina1 : Benarkah? Akhirnya aku menemukan sisi baik dalam dirimu, sir.😻
Aurora.Regina1 : Terimakasih sudah mau mengerti 🙏💜
Balasan Aurora membuat Xavier menahan senyumnya. Well... Okay.. Dia memang pengertian.
Xavier tersenyum licik ketika dia mengetikkan balasan untuk Aurora.
Xavier.Leonidas1 : Tarik saja sumpahmu. Masalahnya selesai kan?
Sent!
Seusai mengirimkan itu, Xavier langsung menaruh ponselnya. Dia tidak lagi memedulikan getaran tanda adanya pesan masuk menyadari itu sudah pasti pesan Aurora dengan segala rutukannya. Astaga... Lagipula sumpah seperti apa itu? Apa jangan-jangan Aurora juga menolaknya karena dia juga sudah bersumpah untuk hal ini? Ada-ada saja. Jika memang demikian, Xavier juga bersumpah dia akan membuat Aurora melanggar sumpahnya sendiri.
"Dimana Aurora? Kenapa hanya ada Christian?"
Xavier langsung menatap kakeknya bingung ketika dia mendengar Clayton bertanya disaat Christian membawakan berkas Xavier. Xavier memang tidak membawa Aurora ikut serta-mengingat dia sendiir masih sangat kesal. Tapi, darimana Clayton tahu Aurora? Sekretaisnya?
"Gramps mengenalnya?"
Clayton menggeleng cepat, tetapi tatapan matanya tidak berbohong ketika dia menatap Xavier dengan pandangan menahan tawanya.
"Tidak... Tentu saja tidak," ucapnya. "Tetapi Christian yang mengatakan kau memiliki sekretaris baru bernama Aurora Regina. Kau tahu? Aku benar-benar merasa aku perlu bertemu Cinderella yang berani melempar sepatu ke meja cucuku. Sepertinya dia benar-benar luar biasa!"
"Dia itu wanita gila," erang Xavier kesal. Lebih kesal lagi ketika dia mendapati tangan kanannya-- Christian ternyata sudah merangkap sebagai pembawa berita Clayton.
"Apa dia segila Victoria? Huft, Xavier... Kapan kau akan kembali bersama Vee? Aku benar-benar merindukan gadis ceria itu."
"Never," ucap Xavier cepat.
Dulu Clayton dan Victoria memang sangat dekat, tapi Xavier sama sekali tidak pernah menyangka jika kedekatan mereka membuat Clayton masih mau melihat Victoria dengannya. Padahal wanita itu sudah.... Shit! Berhenti memikirkan hal itu, Xavier!
"Benarkah? Aku yang akan tertawa paling keras jika kau kembali padanya. Aku suka Victoria," ucap Clayton keras kepala yang membuat Xavier hanya bisa menggeleng pelan.
Beberapa saat kemudian akhirnya giliran Xavier untuk mempresentasikan perkembangan perusahaannya tiba. Xavier bergerak merapikan jasnya lebih dulu sebelum berjalan ke depan dimana semua perhatian orang-orang terarah padanya. Xavier tidak gentar, berbicara di depan banyak orang penting seperti ini bukan hal baru baginya. Terlebih, Xavier yakin jika presentasinya kali ini akan menjadi sebuah hal yang besar.
"Langsung saja, aku tidak ingin berlama-lama. Seperti yang kalian ketahui, Adam's Group memang memfokuskan perhatiannya pada beberapa bidang bisnis seperti Global chain of hotel and casino, broadcasting industry, chemical company hingga pertambangan. Tetapi disini aku ingin memperlihatkan jika sebenarnya bukan itu fokus utama kami. Kenaikan omset yang kami beberapa waktu terkahir lebih diakibatkan karena effect dari beberapa start up company kami yang memang belum pernah kami publikasikan. Dan kami akan memperlihatkannya pada kalian semua, sekarang," ucap Xavier beberapa saat sebelum layar presentasi di belakangnya menunjukkan grafik-grafik perkembangan Adam's Group dan juga bidang-bidang bisnis mereka.
Dan persis seperti yang sudah Xavier perkirakan. Barisan slide yang dia tunjukkan benar-benar sanggup membuat banyak orang menatap data-data itu dengan tatapan kagum sembari berdecak tidak percaya.
Bagaimana tidak? Start up company yang dimaksudkan Xavier ternyata adalah Ursa Mayor-perusahaan baru di berbasis technologi yang memiliki banyak lini, mulai dari bidang transportasi, trading, hingga finance dll yang kini tengah banyak dibicarakan. Terlebih lagi Ursa Mayor juga sudah menempati list nomor satu Unicorn Industry; yakni pengketagorian start up company yang memiki nilai diatas $1 billion dollar dikarenakan pertumbuhan dan kemajuannya yang pesat.
Selama ini struktur Ursa Mayor memang dirahasiakan bersamaan dengan tidak pernah dikaitkannya nama Adams. Itu membuat orang-orang tidak akan tahu jika dia adalah bagian dari Adams jika Xavier tidak membongkarnya sekarang.
Diantara kilatan blitz kamera wartawan yang tengah terarah padanya, Xavier mencari keberadaan Javier. Dia hanya ingin tahu bagaimana reaksinya. Tetapi yang Xavier lihat malah pemandangan dimana Javier berbicara pada Andres sembari menepuk-nepuk bahunya. Ah, di mata Xavier itu terlihat seperti sosok Ayah yang menenangkan putranya. Well, ternyata mereka memang benar-benar cocok satu sama lain. Javier bahkan tidak memedulikan apa yang dia lakukan di depan.
"Presentasimu benar-benar bagus, Nak! Aku bangga padamu," ucap Clayton sembari menepuk pundak Xavier dan mengatakan itu ketika Xavier sudah duduk di tempatnya lagi. Xavier menanggapinya dengan senyuman tipis. Entahlah, tiba-tiba saja semua tidak berarti lagi baginya. Ada yang kurang. Rasanya terlalu hambar. Apa ternyata pepatah the best revenge is massive succes itu tidak benar?
Namun tiba-tiba saja Xavier mendapati Javier Leonidas sudah berdiri di hadapannya sembari menyunggingkan senyum miringnya.
"Cukup bagus, aku terkesan," ujarnya sembari mengulurkan tangannya-kelakuannya sangat persis seperti kelakuan orang asing yang hanya berniat basa-basi.
"Thanks." Xavier menanggapi itu dengan kalimat pendeknya sebelum dia meraih tangan Javier.
Dan ternyata itu kesalahan. Karena begitu tangan mereka berdua saling bersentuhan, perasan Xavier langsung campur aduk.
Marah, kecewa, benci, hingga takut kehilangan, semua tercampur di dalam dadanya-dan itu membuatnya merasa sesak. Dan yang lebih menyeramkannya lagi, hanya sentuhan kecil seperti itu saja dan Xavier bisa merasakan jika saat ini rasa rindu sangat menyesaki relung hatinya.
Ini tidak baik.
"Xavier selamat ya, tadi itu sangat hebat."
Sapaan Andres yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Javier membuat Xavier langsung melepaskan jabatan tangannya.
"Oh ya... Apa Daddy ingin mendiskusikan proyek hotel di Dubai dengan Xavier? C'mon Dad... Xavier tidak akan memberikannya. Sebelum ini aku sudah bersikeras dan dia teryus menolak," ucap Andres lagi sebelum Xavier sempat merespon ucapan lelaki itu.
Ah iya.. 'Daddy'. Kenapa Xavier bisa-bisanya sempat melupakan hal remeh itu dalam sejenak? Javier adalah ayah Andres-bukan dia.
Xavier tersenyum miring, berusaha menutupi rasa sakit hatinya.
"Kau tahu? Aku tidak menyangka jika setelah menyerahkan kepemipinannya pada Andres, seorang Javier Leonidas sudah tidak memiliki hal lain lagi untuk dikerjakan sehingga terus-terusan menggangguku."
"Pardon me? Mengganggumu? Bagian dimana aku mengganggumu?" tanya Javier dengan nada tesinggung.
Xavier mengalihkan pandangannya, sengaja berniat untuk tidak merespon pertanyaan Javier. Padahal dia sudah memiliki jawaban sendiri. Kehadirannya bersama anak kesayangannya, itu yang mengganggu Xavier.
Akhirnya Clayton yang sedari tadi diamlah yang bersuara. "Astaga, kalian ini! Baru saja aku mengira kalian akan berbaikan, tetapi kenapa malah berperang lagi!" sentaknya lelah. Ini sudah terlalu lama, dan bukannya membaik, permusuhan di antara keduanya memang makin terlihat parah saja.
"Kenapa harus berbaikan denganku jika dia sudah mempunyai putra lain yang bisa dia banggakan, Grandpa?" Xavier berkata sinis.
Tanpa dia duga Javier menjawab itu dengan kekehan gelinya.
"Ah, jadi sekarang kau mulai sok menjadi korban dengan mempermasalahkan Andres? Kau iri padanya, X? Well, Seharusnya kau berkaca, Xavier.... Seperti apa kau itu hingga aku lebih memilih Andres dibanding dirimu! Ah, atau karena hanya karena satu pencapaianmu tadi, kau merasa dirimu sudah sangat hebat? Kesuksesan kecil seperti itu saja sudah membuatmu merasa luar biasa?"
Ucapan Javier membuat Xavier menggenggam tangannya erat. Bahkan hingga sampai tahap tidak bisa merasakan aliran darah disana saking kuatnya genggaman tangan itu.
Ah. Tapi itu lebih baik, Xavier lebih memilih merasakan kesakitan di bagian tubuhnya yang lain daripada harus menunjukkan kesakitan di wajahnya. Andres... Andres.. dan Andres.... Selalu dia.
"Asal kau tahu, Nak! Kesuksesan seperti itu tadi sebenarnya masih tidak ada apa-apanya! Tepukan tangan yang kau terima tadi hanya sedikit dari-"
"Sudahlah, jangan berbicara apapun lagi," potong Xavier cepat sembari mengalihkan pandangannya. Dia sudah tidak butuh mendengar kata-kata yang hanya akan membuatnya sakit.
"Jika kau memang menginginkan hotel itu, maka ambillah. Aku tidak tau kenapa kau sangat bersikeras memilikinya, padahal dengan segala kuasamu sebenarnya kau bisa membangun ratusan hotel di tempat lainnya," ucap Xavier sembari tersenyum miring dan bersiap untuk pergi.
"Ah, atau kau hanya masih belum bisa menerima jika anak yang kau buang ini bisa mengalahkanmu dalam hal remeh seperti itu?"
"Aku membuangmu? Kapan aku membuangmu?!" bentak Javier keras. Saking kerasnya hingga membuat perhatian beberapa orang teralihkan pada mereka.
Xavier hanya mendengus. Dia lalu memanggil Christan dan menyuruh lelaki itu membawakan berkasnya. Dia sengaja mengabaikan Javier.
"Sudahlah. Aku hanya akan segera mengurus perpindahan proyek itu menjadi milikmu. Aku sudah bosan, kau dan Putramu hanya perlu tidak muncul dihadapanku jika kau ingin membayarnya."
"XAVIER LEONIDAS!" Mengabaikan teriakan Javier, Xavier langsung melangkah keluar dengan cepat- dia juga mengabaikan suara Clayton yang terus-terusan memanggilnya.
Xavier Leonidas? Really? Lelaki itu sudah mati. Javier Leonidas sudah membunuhnya dengan tangannya sendiri.
Xavier menghela napasnua. Oh, lord.... Sekarang Xavier menyadari apa yang salah, kenapa pujian-pujian yang dia dapatkan tadi terasa hambar. Terasa kurang. Terasa tidak berarti apa-apa. Itu karena tanpa sadar dia menunggu.... Dia menunggu tatapan bangga Javier padanya. Dia menunggu lelaki ini mengakuinya,
Luar biasa bodoh.
Memangnya dia ini siapa?
"Sir!" baru saja Xavier berjalan beberapa langkah dari pintu keluar, dia mendengar suara Aurora. Wanita itu ternyata tengah berjalan ke arahnya sembari membawa cup berisi cairan hijau yang Xavier inginkan. Itu membuat Xavier berusaha keras menyembunyikan tawanya menyadari Aurora ternyata benar-benar melakukan perintahnya. Astaga... Di konferensi seperti ini dan dia benar-benar membawanya? Apa dia pikir Xavier mau meminum minuman seperti itu sembari berjalan?
"Aku membawa-"
"-Sir!" Aurora langsung memekik mendapati bukannya mengambil minumannya, tiba-tiba saja Xavier sudah memeluknya ketika dia sampai di hadapannya!
Sukses keterkejutannua membuat cup berisi matcha iced tea itu terjatuh, sehingga cairan berwarna kehijauan itu mengotori lantai berkarpet merah di bawahnya. Damn.
"Kenapa kau sangat ceroboh, Cinderella?" ucap Xavier yang membuat Aurora menatalnya kesal.
"Sir, lepaskan!" pekiknya.
Sebenarnya Aurora merasa gugup, terlebih ketika pandangan beberapa orang yang baru saja keluar terarah pada mereka.
"No. Kau sudah menjatuhkannya. Jadi ini hukumanmu."
"Ha?"
"Matcha tea itu. Padahal itu salah satu cara agar aku bisa tenang. Kau ini benar-benar bodoh. "
"Shit! Kau yang membuatku menjatuhkannya, Sir!"
"Sir?" Xavier mengerutkan kening sembari semakin mengeratkan pelukan mereka.
"Xavier... Panggil aku Xavier," ucap Xavier dengan nada lelah sementara dia menyandarkan kepalanya di pundak Aurora. Itu tentu membuat Aurora ingin memberontak, sayangnya ucapan Xavier menghentikannya.
"Biarkan seperti ini. Sebenernya aku sedang berada dalam mood ingin membunuh seseorang. Tapi entah kenapa pelukanmu bisa membuatku tenang. Jadi lebih baik kau diam."
Oh, Tuhan....
TO BE CONTINUED.
_____________________________
Hope you like it!
Jangan lupa vote, komen + share ya!!
Minta 9K vote dong buat part ini ^^
Profil Aurora menyusul. Pasti banyak pro kontra, yang nggak suka skip aja. Dy nggak memaksa, kalian bisa bayangin sesuai yang kalian mau hohoho. Okay?
Di part-part selanutnya kalian juga bakal tahu kok kenapa Dy milih yang ini. Ceweknya kurang strong Dy! Ara itu ganasss!!!
Biasanya Dy jarang salah nilai orang. Ketika Dy liat itu orang pendiem, biasanya emang pendiem. Kalau itu orang rada songong, biasanya emang songong. Ara itu keliatannya rapuh tapi dia gahar, dan entah kenapa Dy ngerasanya cast yang Dy pilih itu orangnya gitu. Kalau Josephine kebalikan, dia strong tapi sebenernya kalem hehe. Kalau pandangan kalian lain it's okay... Dy nggak maksain ;) Mamah flaradeviana bilang; Dy jangan terlalu denger pendapat orang. Kalau kamu mau itu ya pake. Kapan kamu bahagianya kalau dikit-dikit ngebaper hohoho
Btw tolong add versi ini ke reading list kalian dong ^^ Part ini dua kali lebih banyak. Semoga kalian puas setelah update yang molor gegara Dy kebanyakan tugas wkwk
Kira-kira ini bakal sad ending nggak ya? :P
#TeamSadEnd
#TeamNoHappyEnding
Huft, masih ada berpuluh chapter lagi dan Dy udah sok ngomongin ending aja wkwk
Btw playlist sekarang kayak ngenggambarin gimana Xavier ke Aurora :') Dy suka.
Soal unicorn industry kemarin, itu bukan industry kuda poni 😂 Dy sempet crosscheck ke temen Dy semalem. Takut salah kasih info 😂 Kira-kira gini...
Semoga paham 😅
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro