Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14-Ekskul ilmiah

Happy Eid-al-Adha, bagi teman-teman yang merayakan!💕

"Ami!!" Teriakan kencang itu membuat telinga Ami langsung terganggu. Dia langsung menoleh ke arah Ale yang berteriak tak karuan.

"Hei! Kecilkan volume suaramu!" tegas Ami pada Ale. Siang ini, mereka berdua sedang ada di kantin. Ale mendatangi keberadaan Ami dan beginilah keadaan yang terjadi.

"Maafkan aku," seru Ale sudah mengecilkan volume suaranya.

"Ayo ke rofttop aja. Di sini terlalu ramai." Setelah mengatakan itu, Ale dan Ami sudah pergi menuju rofttop sekolah. Di sana, mereka memulai cerita.

"Aku sudah diterima di ekskul PKS! Yas!" Teriak Ale dengan kuat. Melihat itu Ami hanya geleng kepala.

"Kau ini terlalu lebay. Kenapa gak masuk ekskul ilmiah saja? Aku rencana akan bergabung ke sana," seru Ami dengan wajah biasa, memalingkan pandangan matanya dari Ale.

"Ya.. kenapa kau gak bilang kalau ada ekskul semacam itu? Aku kan sudah daftar di PKS." Ale mulai merengut menyadari bahwa dirinya terlalu cepat mengambil keputusan.

"Kau yang terlalu heboh, Le. Ekskul ilmiah kemungkinan beberapa lagi baru akan merekrut anggota," jelas Ami pada Ale.

"Kenapa lama sekali?" tanya Ale kebingungan.

"Ya, aku juga gak tau. Tanya sama Kak Max kalau kau mau tau," balas Ami sekenanya.

"Kak Max? Siapa dia? Yang mana orangnya?" Pertanyaan bertubi-tubi itu dilontarkan Ale tanpa henti. Dia kelihatannya benar-benar menjadi gadis kepo.

"Ah! Sudahlah, nanti kau akan tau sendiri." Ami sudah meninggalkan Ale dari rofttop menuju ruangan kelas. Hal itu semakin membuat Ale kebingungan.

Kak Max? Dia siapa ya?

Ale penasaran dengan sosok Kak Max yang notabenenya adalah seorang ketua dari ekskul ilmiah. Sejujurnya, Ale jauh lebih suka bidang ilmiah dibanding PKS, tapi dia sudah masuk PKS, jadi tak bisa mundur lagi 'kan?

Tapi, Ale lebih suka ekskul ilmiah, jadi bagaimana?

***

"Kenapa kau tadi pergi duluan? Gak ngajak-ngajak lagi," gerutu Ale setibanya dia di kelas dan menemukan Ami sudah ada di ruangan, duduk santai dengan sebuah buku fabel yang baru dipinjamnya dari perpustakaan, dan Ale ikut duduk di samping Ami.

"Shtttt!" Ami malah mengisyrakatkan Ale untuk diam. Ami menurunkan buku bacaannya, dan menyuruh Ale segera duduk dengan tenang.

Baru Ale akan bertanya lagi, dia sudah melihat kedatangan segerombolan siswa ke kelasnya, yang sepertinya kakak kelas. Terlihat dari jumlah bintang yang tertera di seragam mereka.

Bintang dua? Berarti kakak kelas, 'kan?

Ale terus memperhatikan mereka yang masuk dan meminta izin pada Ibu Guru yang tengah masuk ke kelas X MS-F.

"Selamat siang semua, mohon perhatiannya sebentar. Sebelumnya kami minta maaf sudah menganggu jam belajar kelas ini. Kami dari Ekstrakulikuler ilmiah akan merekrut anggota baru. Oleh sebab itu, bagi adik-adik yang berminat bisa mendaftarkan diri sekarang, atau nanti kepada ketua ekskul ilmiah kita, bang Maxime," jelas salah seorang pengurus ekskul ilmiah, bernama Santi.

Setelah panjang lebar Kak Santi berkata, ada beberapa orang yang maju ke depan untuk menulis nama mereka, guna mendaftarkan diri ke ekskul itu.

"Mi, kau gak daftar, gak?" tanya Ale sambil menyikut lengan Ami yang berada di samping Ale.

"Gak deh, nanti aja. Aku malas kalau diliatin anak-anak daftar. Aku daftar langsung ke Kak Max aja. Lumayan kan, bisa sekalian ehem... hem," seru Ami dengan suara setengah berbisik. Melihat sedikitnya anak yang mendaftar, membuat Ale bingung.

Ikut, gak ya? tanya Ale dalam hati.

Perdebatan pikiran dan hati memang susah diselesaikan. Ini buktinya, Ale susah menentukan keputusannya.

Ah.. nanti saja lah.

Ale mengembuskan napasnya perlahan, sebagai tanda bahwa dia sudah selesai memilih jalan keluar.

***
"Ami, kak Max itu cogan ya makanya kau mau daftar ke ekskul itu?" Pertanyaan Ale barusan membuat Ami tersedak minuman mineral yang baru diteguknya setelah selesai makan mi sop.

"Pelan-pelan." Ale terus mengusap punggung Ami dan memberikan botol air mineral baru pada Ami. Ya, botol air mineral yang tadi sudah kosong. Jatuh karena keterkejutan Ami.

Setelah mengelap hidupnya dengan beberapa lembar tisu, Ami dan Ale kembali ke kelas, meski bel sejak tadi belum kedengaran.

Ami hanya diam, tanpa mau membuka suara di samping Ale.

"Ami, kau gak papa?" tanya Ale dengan rasa bersalah pada Ami. Sejak tadi, hidung Ami masih memerah. Sepertinya mi sop yang dimakan Ami terlalu pedas, dan membuat pedasnya terasa di kepala juga hidung.

Ami malah memalingkan wajahnya, dan tak mwngubris Ale sama sekali. Menyadari ada perubahan yang jelas, membuat Ale perlu memberikan waktu pada Ami. Ale memang belum tau, seperti apa kepribadian Ami, karena masih berteman beberapa hari. Namun, lebih baik memberikan waktu bagi Ami sekarang, itu adalah pilihan Ale.

Ale melangkahkan kakinya keluar kelas. Dia berniat untuk mendaftarkan diri ke ekskul ilmiah.

Ale berpikir, sudah saatnya dia tak lagi merepotkan Ami, dan mandiri. Toh, beberapa hari yang lalu Ale juga sudah mandiri ke luar kelas, meski akhirnya dia salah masuk kelas.

Setelah bertanya dengan beberapa orang siswa, Ale sampai ke kelas Kak Santi. Di sana Ale melihat Santi tengah berbincang dengan seorang pria. Tidak--- lebih tepatnya Kak Santi yang sejak tadi mengoceh dan lawan bicaranya hanya memandangnya datar, dengan sesekali menganggukan kepalanya.

"Permisi, Kak," seru Ale mengakhiri obrolan Kak Santi dengan temannya.

Ale terkejut. Dua kata darinya, mampu membuat dua ekspresi dari yang berbeda. Kak Santi memandang Ale dengan tatapan sumringah, sementara lawan bicara Kak Santi, tetap datar, walau sempat terlihat menoleh Ale, dan terkejut, dia langsung membuang muka dan berusaha bersikap biasa.

"Apa apa, Dek?" ramah Kak Santi, menatap Ale dengan senyuman.

"Begini, kak. Saya mau bergabung ke ekskul ilmiah." Setelah Ale mengutarakan maksud hatinya, Kak Santi malah tertawa dan orang yang bersamanya tadi masih diam, tanpa sepatah kata pun. Melihat itu, Ale jadi kikuk. Dia bingung di mana letak hal yang lucu?

"Ah, maaf ya, Dek--" ucapan Santi terhenti, karena tak menemukan badge nama Ale.

"Aleza Davina, Kak. Panggil Ale aja. Saya murid baru, Kak. Besok baru dapat badge nama dan simbol, kata Pak Fahmi."

Mendengar itu, Santi langsung terdiam. Dia mulai memandangi Ale dari ujung rambut, sampai ujung kaki.

Sepertinya cocok!

"Kau, mau bergabung di ekskul ilmiah, 'kan." Pertanyaan itu diangguki oleh Ale sebagai balasan jawabannya.

"Kalau begitu, kau tinggal mengisi formulir ini, dan jangan lupa nanti, atau paling lama lusa, kau sudah mengantarkan formulir ini beserta pas foto 3x4 dua lembar. Sekarang tulis kontak yang bisa kani hubungi." Setelah melakukan seluruh persyaratan yang ada, tangan Ale dijabat oleh Kak Santi.

"Selamat, kau telah diterima di ekskul ilmiah. Semoga jadi anggota yang aktif, ya. Oh, iya, hampir lupa. Aku Santi Angela, sekretaris di ekskul ilmiah dan dia--" ucapan Kak Santi terhenti sebentar, dia sejak tadi menyikut lengan lawan bicaranya tadi.

"Ayo, perkenalkan dirimu!" Perkataan Kak Santi tak digubris sama sekali. Hal ini semakin membuat Ale bingung.

Ada apa dengan dia? Apa dia sariawan, makanya susah bicara? Atau paling parah, dia bisu. Tapi, itu tidak mungkin.

Melihat reaksinya seperti itu, membuat Santi harus mengambil alih lagi.
"Dia itu---"

A/N

Wohooo.. akhirnya Max sudah mulai diperkenalkan. Yang nunggu Max, sabar ya. Dia bakalan muncul di part selanjutnya.

TBC




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro