
Note 10 : BERCANDA (6) END
Kekhawatiran Siti selama kelas berlangsung terjadi, walaupun ada dua orang kakak panitia yang sedang menjelaskan di depan kelas tetapi Intan dan circle nya mengajak murid-murid lain untuk menjahili Siti yang sedang duduk diam di depan bersama Tasya.
Mereka beraksi ketika kedua kakak panitia tersebut sedang fokus pada hal lain sehingga minim sekali untuk melihat atau pun mengawasi gerak-gerik mereka.
Ada yang melemparkan kertas kepada Siti, terus di kertasnya terdapat tulisan berwarna merah yang memaki Siti atau pun ada yang bilang pantas mati. Lalu, murid yang duduk dibelakang Siti dengan sengaja menempelkan kotoran hidungnya ke baju Siti.
Tasya melihat semua perbuatan murid-murid terhadap Siti, tadinya dia mau berteriak 'diam', tetapi karena Siti mengisyaratkan dengan anggukkan kepalanya bahwa dirinya tidak apa-apa, alhasil Tasya pun menahan semua emosi untuk berteriak tadi.
Dan Tasya merasa bahwa Siti terlalu baik untuk perbuatan murid-murid kepadanya atau dia sangat lemah sampai-sampai tidak bisa memberikan perlawanan sedikit pun untuk dirinya sendiri.
Kelas berlalu sangat lama bagi Siti, sebab ia harus menahan rasa ingin menangis agar kedua kakak panitia di depan tidak khawatir padanya, walupun mereka berdua pasti sudah mendengar atau bahkan sudah mengetahui berita yang sedang panas di sekolah.
"Okey kalian semua, apa kalian paham penjelasan saya tentang cyber bully yang membuat dampak sangat buruk bagi korbannya?" Jihan menanyakan kepada siswa-siswi kelas 10-4 apakah sudah paham penjelasannya.
Tidak ada respon sama sekali, mereka sibuk dengan dunianya masing-masing, kecuali Tasya dan Siti yang mengangguk paham.
"Woi! Jangan asik sendiri kalian, paham kagak? Responnya atuh, jangan cuman Siti sama Tasya aja yang respon dong..., yang lain, ayo." Ketika Mail yang memperjelas pernyataan Jihan, semuanya langsung mengangguk dan bilang 'paham', Mail memang sedikit keras kalau ada yang mengabaikan Jihan.
Sambil mencubit pelan Mail, Jihan tersenyum pada siswa-siswi dan mengucapkan syukur apabila mereka sudah paham.
"Syukur kalau begitu, okey karen...," senyuman Jihan berubah menjadi datar, rupanya dia melihat anak yang duduk dibelakang Siti sedang mencoret-coret kerudung Siti dan menempelkan kotoran hidung ke baju Siti.
Jihan pun menghampiri tempat duduk anak tersebut, rupanya anak itu tidak sadar kalau Jihan mendatangi tempat duduknya. Kamu tahu apa yang dilakukan Jihan selanjutnya? Ya benar, Jihan memukul meja anak tersebut kencang sampai-sampai terdengar keluar kelas dan orang yang lalu lalang di depan kelas 10-4 kadang menengok ke dalam. Rupanya pintu kelasnya dibiarkan terbuka lebar, sehingga bunyi pukulan meja yang Jihan sebabkan terdengar ke keluar.
Semua orang kaget mendengar pukulan meja, terutama Mail yang tengah asik melamun menatap ke luar kelas.
Lagi dan lagi Jihan harus menahan emosinya karena status nya sebagai OSISMPK di sekolah.
Namun, Jihan meluapkannya dengan membisikkan sesuatu yang membuat anak itu sangat ketakutan, "diam yaaa, jangan sampai hal ini aku laporkan kepada kepala sekolah, kamu baru masuk ke sekolah ini, maka lebih baik menjadi murid yang enggak banyak tingkah."
Jihan memberikan senyuman kepada anak itu, lalu dia membalik badannya dan berbisik sesuatu yang manis sampai-sampai Siti hampir menangis karena mendengar kata-kata manis dari Jihan.
"Tenang aja Siti, aku tau ini enggak mudah buat kamu, tapi aku yakin kamu kuat kok, dan juga aku mau bilang ke kamu kalau aku sama Mail sama sekali enggak percaya sama foto dan video yang disebar di forum sekolah. Bertahan ya?"
Sambil melihat Jihan dengan mata yang menahan untuk tidak menangis, Siti mengangguk pelan pada Jihan, kemudian ia tidak lupa juga mengucapkan terima kasih banyak pada Jihan dan Mail, sebab mereka berdua tidak percaya pada tuduhan palsu yang dibuat oleh Sabrina dan circle nya.
Jihan berjalan mendekati meja guru untuk mengurus beberapa buku yang akan dinilai olehnya, dia seharusnya sudah selesai dan memperbolehkan murid-murid untuk pergi istirahat. Namun, Jihan berpikir bahwa kalau ia sama Mail keluar kelas maka murid-murid akan langsung merundung Siti, angan-angan ini bisa terpikirkan olehnya karena perbuatan anak yang duduk di belakang Siti. Maka dari itu Jihan merasa akan lebih baik jika ia atau Mail diam di kelas sampai pulang sekolah, lagi pula mereka memang sudah dispen dari awal.
Jihan menyuruh murid-murid semuanya untuk beristirahat karena sebentar lagi juga akan terdengar suara bel istirahat. Dan dia sudah putuskan untuk tetap diam di dalam kelas, untuk berjaga-jaga jika memang dugaannya benar bahwa Siti dirundung oleh teman-teman sekelasnya.
Mail meraih tangan Jihan untuk jajan di kantin, namun Jihan melepas pelan genggaman Mail.
"Loh kenapa Han? Gue ngelakuin salah yaaa?" Mail bertanya cemas pada Jihan, sebab ini pertama kalinya Jihan bertingkah seperti itu padanya.
"Hahahaha..., enggak atuh Mail, lu enggak buat salah kok, gue cuman pengen di kelas aja." Jawab Jihan dengan setengah ketawa karena melihat muka khawatir Mail.
"Kenapa, kok gitu? Bukannya lu suka sama nasi uduk di kantin, buruan nanti keburu habis."
"Ihhhh Mail..., gue lagi enggak kepengen jajan dulu hari ini, sekarang lu jajan aja dulu, gue pengen di sini sambil baca buku."
Mail pun mengangguk setuju, tapi dengan muka yang cemberut karena sedih atau marah, sebab Jihan tidak ingin ke kantin, jadinya Mail tidak bisa menghabiskan waktu bersamanya dengan Jihan.
Mail pun keluar kelas untuk pergi ke kantin, begitu juga dengan anak-anak kelas 10-4, mereka pergi ke kantin, kecuali Jihan, Siti dan Tasya, lalu ada Intan beserta circle nya berada di dalam kelas.
#####
Selama istirahat berlangsung Intan dan circle nya punya rencana untuk melakukan perundungan pada Siti, dengan cara bilang ke Tasya bahwa ia di panggil oleh Ibu Zahra untuk memberitahukan bahwa pelaku yang menyebarkan foto dan video di forum sekolah sudah ditemukan.
Namun nyatanya tidak mudah begitu saja untuk menjalankan rencananya, sebab ada Jihan yang duduk di meja guru sambil membaca buku, dan dia juga sesekali mengalihkan pandangannya ke sekitar dengan berpura-pura sedang berpikir pada buku tersebut. Padahal ia diam-diam sedang mengawasi setiap gerakan yang dibuat Intan dan circle nya.
"Kak, eh, maksud saya Kak Jihan. Kenapa kakak enggak jajan ke kantin dan ngapain kakak diam di sini? Padahal kan bisa baca buku di kantin atau perpustakaan," Clara menanyakan hal yang sebenarnya dia tidak tertarik sama sekali, pertanyaan itu dari Intan dan Intan menyuruh Clara untuk menanyakannya.
Jihan menutup bukunya, lalu sedikit menggaruk belakang lehernya walaupun tidak terasa gatal, "terserah saya dong mau baca buku dimana aja, lagian kelas ini bukan punyamu kan, kelas ini punya sekolah. Lagi pula kantin ramai banyak orang dan berisik, kalau perpustakaan enggak ada AC, panas jadinya, kalau di kelas kan ada AC, dingin deh jadinya."
Keheningan pun terjadi diantara mereka.
"Jihan, lu dicariin kepala sekolah tuh, katanya penting." Ucap Mail yang baru saja balik dari kantin.
"Ouh oke, bentar gue kesana," Tanggap Jihan, seraya merapikan barang-barangnya ke dalam tas.
Jihan keluar kelas, tadinya Mail ingin ikut dengan Jihan, akan tetapi Jihan menyuruh Mail untuk diam di dalam kelas saja. Mail mengangguk setuju pada Jihan, namun setelah Jihan sekiranya sudah pergi jauh, Mail pergi keluar kelas untuk pergi main bersama teman-temannya.
Tanpa sepengetahuannya, Intan dan beberapa murid yang sudah datang di kelas mulai merundung Siti. Tasya ditarik menjauh oleh dua orang cowok, lalu Siti ditarik sampai jatuh ke lantai dan kepalanya hampir mengenai ujung meja guru.
"Woi anjing!! Lepasin gue kagak atau gue jambak-jambak rambut lu pada goblok," Tasya berusaha keras meronta-ronta agar cengkraman kedua cowok itu lepas.
Yang ada kedua cowok itu hanya tertawa terbahak-bahak karena mendengar ancaman Tasya, yang dianggapnya sebagai cerita lucu.
Intan, Sonia, Dian, Dilan serta beberapa murid ceweknya memukul Siti terus-menerus tanpa ampun. Yang paling memiliki nafsu memukul Siti adalah Dian, ia benar-benar memukul Siti dengan seluruh tenaga yang ia miliki, maupun pakai tangan atau pun kaki. Dian memukul Siti di bagian kepala, perut, dan kakinya.
Untungnya Siti dengan sigap langsung melindungi bagian wajahnya dengan kedua tangannya, agar tidak terlalu kelihatan oleh kakaknya bahwa ia telah dipukuli seseorang.
"Siti! Lepasin cowok bangsat!" Tasya menendang bagian intim kedua cowok itu, lalu menyikut punggung mereka berdua.
Tasya datang dari belakang Intan, lalu dia langsung mendorong kasar Intan sampai ia terkena beberapa murid cewek yang ada di sebelah dan di depannya, mereka jatuh bersama. Kemudian Tasya menendang Dian yang sedang fokus memukuli Siti, dan tendangan itu menyebabkan Dian jatuh tepat saat Intan hendak berdiri. Suara jatuh mereka terdengar sampai keluar.
Dilan marah besar karena Tasya sudah berani melukai Intan. Dilan segera melambungkan tinjuannya pada Tasya, kemudian menendang Tasya sampai mengenai papan tulis. Tasya jatuh kesakitan.
Belum puas memukuli Tasya, Dilan berniat memukul Tasya lagi, namun Jihan datang bersama Ibu Zahra dan kepala sekolah. Dilan yang hendak melambungkan tinjuannya tepat di kepala Tasya langsung ditampar kencang sama Jihan.
Jihan dengan cepat membantu bangun Tasya, sedangkan Ibu Zahra langsung memeluk Siti dan membawanya menjauh dari teman-temannya.
"Siti! Kamu enggak apa-apa kan? Siti, kamu dengar suara ibu kan?" Tanya gelisah Ibu Zahra pada Siti.
Kemudian Siti hanya menjawabnya dengan senyuman tipis di wajahnya dan setelah senyuman itu Siti jatuh pingsan, sebab dia tidak bisa bernapas akibat dipukuli. Sontak Ibu Zahra pun langsung ingin membawa Siti ke rumah sakit, akan tetapi kepala sekolah melarang Ibu Zahra untuk membawa Siti ke rumah sakit, karena takut akan ada polisi yang datang ke sekolah.
"Hah?! Apa maksud ibu? Kita harus membawanya segera ke rumah sakit!"
"Tidak, biarkan dibawa ke UKS Bu Zahra."
Ibu Zahra menatap tidak percaya pada Ibu Kepala Sekolah, teganya dia akan membiarkan muridnya yang kesakitan setelah dipukuli tidak langsung dibawa ke rumah sakit, malah hanya dibawa ke UKS. Tidak ingin mendengarkan suruhan dari kepala sekolah, Ibu Zahra dengan diikuti Jihan dan Tasya dibelakang langsung memanggil angkot untuk segera ke rumah sakit secepat mungkin.
Tiba dirumah sakit, Siti langsung dibawa ke ruang rawat darurat oleh perawat. Bukan masalah yang serius, tetapi jika dibiarkan mungkin akan terjadi apa-apa dengannya. Karena ia dipukul 2 kali di kepalanya, jadinya dokter takut Siti akan mengalami geger otak.
Berjam-jam menunggu kepastian dari Siti, dan sang kakak pun juga ada di rumah sakit sambil menangis di pelukan Ibu Zahra. Tasya yang sudah diobati duduk disebelah Jihan sambil menangis.
Dokter keluar dari ruangan dan mengatakan bahwa Siti baik-baik saja, dan untungnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Walaupun harus dirawat selama beberapa hari. Mereka semua juga di perbolehkan untuk menemani Siti di dalam. Siti dalam keadaan duduk sedang menatap ke arah luar jendela seperti ia sedang menikmati waktu sendirinya dengan tenang.
Sang kakak dan Ibu Zahra langsung memeluk erat Siti, dan Siti pun membalas pelukan mereka berdua dengan penuh kesedihan, serasa kesedihan itu akhirnya keluar dari dalam batin Siti, sebab ia tahan kesedihan sendirian di saat dirinya sedang rapuh.
Jihan dan Tasya pun ikut menangis karena merasa bersyukur setelah melihat Siti baik-baik saja.
Selesai berpelukan, Siti melihat Tasya yang diperban di beberapa bagian tubuhnya, "Tasya, kamu enggak apa-apa kan? Kamu, itu, ada perban di tubuh kamu." Tanya Siti khawatir.
"Iya Siti aku enggak apa-apa, makasih udah khawatirin aku." Sambil menangis Tasya menjawab kekhawatiran Siti, lalu memeluk Siti. Siti yang peka terhadap sesuatu yang sensitif, ia pun membalas pelukan Tasya, dan Tasya pun pecah tangisannya.
Semua yang ada di ruangan itu menangis sejadi-jadinya, namun Siti tertawa kebingungan dan senang karena akhirnya ada yang peduli pada apa yang ia rasakan pada saat ia menerima kekhawatiran tadi pagi.
SELESAI
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro