hari kedelapan. sepertinya kamu mulai sadar ada sesuatu yang hilang. kenapa baru sadar sekarang, sayang? ke mana kamu kemarin-kemarin ketika kamu sibuk menyia-nyiakan keberadaanku?

"ayo mulai dari nol. aku enggak akan seperti kemarin," katamu tadi sore, sepulang sekolah. "tujuh belas bulan itu waktu yang enggak singkat. jangan diakhiri tanpa penjelasan begini."

aku tertegun. aku mungkin memang tidak berkata dengan rinci kenapa kita harus putus kemarin. tapi seharusnya kamu tahu apa alasannya aku memilih berakhir.

tadi, aku benar-benar tidak bisa menjawab. maka dari itulah aku bukannya menjawab, justru langsung berbalik dan berlari, bak perempuan baru jatuh hati yang salah tingkah.

aku mau, tapi aku juga tidak mau. bagaimana ini?