Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32

Sebenernya gue tuh udah publish wish nya Hedya di bab ini. Tapi fotonya ilang. So, gue repost lagi yak wkwkwkwk silahkan membaca

------------------------------------------

Pagi ini, seperti biasa. Hedya bangun dari tidurnya, masuk kamar mandi, beberes dan pergi sekolah. Tidak lagi tersenyum. Bahkan kepada oma dan Nevan.

Hanya Hedya yang bermuka datar seperti tidak ada niat untuk hidup. Tentu saja. Siapa juga yang bisa hidup dengan tertawa haha-hihi kala hidupnya sedang diawasi oleh psikopat gila hanya karena seorang cowok.

Tidak ada pastinya.

Itulah yang Hedya jalani sekarang. Setelah dua minggu berjalan tanpa Sean, Hedya merasa hidupnya berubah. Tidak ada suara Sean yang menyebalkan tapi buat kangen lagi. Tidak ada wangi manis yang terdapat pada cowok, seperti wangi manis yang terdapat pada Sean.

Dengan langkah lunglai Hedya berjalan menuju mejanya dan betapa kagetnya ia saat melihat banyak kotak-kotak yang terbungkus rapi, bunga, cokelat dan juga boneka diatas mejanya.

"Ini apaan?"

"Happy birthday, Hedya. Happy birthday Hedya. Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!" Tanpa ia tahu anak-anak sekelasnya membawakan kue dari depan kelas dengan lilin yang menyala diatasnya.

Apakah ia berulang tahun hari ini? Ia saja lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bolehkan ia menangis sekarang? Disaat ia tak sadar kalau ia berulang tahun, teman-teman sekelasnya malah memberinya hadiah dan kue.

Hedya memandang teman-teman sekelasnya dengan wajah terharu. Air matanya mulai menggulung dipelupuk matanya. "Makasih," ucapnya lirih, terharu.

"Jangan nangis dong!"

"Iya nih! Kan kita jadi ikutan sedih."

"Selamat ultah, cewek pinter di kelas kita."

"Met ultah, cantik."

"Happy birthday, Hedya!!!"

Lalu ketiga teman dekatnya, Melina, Aurel dan Cherry muncul dari antara kerumunan teman sekelasnya itu. Mereka bertiga memeluk Hedya erat, sampai ia tidak bisa napas.

"Gak bisa napas bego."

"Hehehehe. Met ultah, Hedya sayang."

"Happy sweetseventeen, darl."

"Habede, cewek cantik!"

Hedya mengangguk dan mengucapkan terimakasih. 

"Traktirannya jangan lupa tuh!"

"Iya. Gak ada tanda-tanda pesta nih."

Melina mendecak, menatap teman sekelasnya, "pesta mulu lu pada mikirnya. Lu kata gak pake duit kali."

Hedya terkekeh saat mendengar seruan dari teman sekelasnya yang menyerbu Melina. "Iya. Iya. Gue gak buat pesta. Tapi gue traktir kalian makan di kantin. Bilang aja tulis atas nama Hedya. Cantumin kelas kalian ya. Jadi anak-anak kelas lain gak curang."

Heboh semua langsung saat mendengar Hedya mau menraktir mereka. Ucapan-ucapan terima kasih terdengar. Membuat Hedya kembali tersenyum.

Setelah kelas mereda, mereka berempat duduk di meja Hedya. Maksudnya duduk di kursi.

"Cie udah 17."

Hedya terkekeh. "Iya nih."

"17 tahun malah jomblo. Gimana sih neng," ujar Aurel tanpa berpikir.

Melina dan Cherry langsung menatap Aurel hingga Aurel salah tingkah. "Eh, Maaf. Keceplosan, Hed."

"Gapapa."

Umur 17 tahun. Ia jadi ingat daftar keinginannya yang ingin ia wujudkan bersama pacar sebelum umur 17 tahun. Hampir semua terpenuhi. Tinggal hanya lima lagi. Tapi rasanya dua hal ada yang mustahil dilakukan diumurnya sekarang. Dan lagi, ia sudah putus dengan Sean. Dalam dian, Hedya membuka hapenya dan membuka galeri miliknya.

Banyak sekali fotonya dan Sean yang terdapat didalam galeri itu. Dan matanya berhenti pada satu foto. Foto kertas yang berisi daftar keinginannya.

Apa ia bisa memutar waktu? Kalau bisa, ia mau memutar waktu saat dia tidak bertemu Sean. Tidak. Saat ia ditawarkan untuk menjadi manajer basket yang baru. Ah, tidak, tidak. Mungkin saat ia menulis daftar keinginannya itu.

Ia ingin sekali memutar waktu. Kalau ia tidak menulis daftar keinginan itu, mungkin dia dan Sean tidak akan menjadi dekat. Karena Sean tidak akan bisa meluluhkan hatinya begitu saja.

"Hed?"

"Hm?"

"You okay?"

Tak ada jawaban. Hedya hanya tersenyum. Semuanya abu-abu.

Apa dia baik-baik saja?

##

"Hedya pulang."

Baru saja ia menaruh sepatunya di rak sepatu, jantungnya langsung terasa hampir copot.

"Astaga!"

Hedya hampir menimpuk Nevan dengan sepatu kalau ia tidak kasihan dengan kakaknya yang membawa kue saat itu. Seisi rumahnya penuh dengan balon-balon yang berserakan dilantai. Dan juga ada banner dengan foto wajahnya dan ucapan selamat ulangtahun disana.

"Selamat ulangtahun, adik gue, sayang!!!!" pekik Nevan.

Omanya baru saja turun dari lantai atas karena mereka tidak mau omanya kena serangan jantung akibat petasan kertas yang mereka gunakan.

Iya. Mereka.

Nevan, Brian, Ion, Melina, Aurel dan Cherry. Dan juga omanya yang baru turun. Hedya tersenyum senang dan meniup lilinnya setelah mengucapkan keinginannya.

"Cie udah tambah gede."

Hedya terkekeh. "Makasih semua."

"Maaf ya kalau semuanya gak sesuai ekspetasi lu. Dadakan sih. Abis duit gue gak cukup. Oma juga lagi gak pegang duit tunai hahaha," kata Nevan mengejek. Ia memberikan kue pada Brian dan memeluk Hedya. "Jangan cepet-cepet gede ya, Hed. Tetep kecil aja. Jadi adik perempuan kecil yang manis, yang selalu bikin gue pengen cepet-cepet pulang buat ketemu lu. Tapi, gak mungkin juga lu gak gede-gede. Jangan nangis lagi, Hed. Jangan ceroboh. Makin pinter, makin sayang Tuhan, keluarga, temen-temen."

Hedya meneteskan air mata dan memeluk balik kakaknya itu. Ia mengangguk di dalam dekapan Nevan. "Iya. Makasih udah mau ngeladenin gue ya, Kak."

Nevan melepas pelukannya dan menjitak pelan kening adiknya. Tapi bukannya meringis, Hedya malah tertawa diikuti tawa lainnya.

Satu persatu mendekat pada Hedya, memberinya salam dan hadiah. Dan hadiah dari Brian yang membuatnya bingung.

"Dari Sean. Entar malem aja lu bukanya," kata Brian sambil memberikan dua kotak kado. Satu darinya dan satu lagi dari Sean.

Hedya menerimanya dengan senyuman. "Makasih. Bilang ke dia juga."

"Kalo nyampe ya pesannya." Dan Hedya dibuat bingung dengan jawaban Brian.

Malam itu, semuanya bersenang-seneng. Berbagi cerita, saling ejek, dan yang pasti, makan-makan, dong. Hahahaha. Hedya beruntung masih punya keluarga, walaupun ia dicap sebagai anak haram oleh Mama dan Papanya.

Tapi ia sudah tahu kenapa.

Flashback on.

"Kamu tau kenapa kamu dibilang anak haram dan bukan anak kandung papa dan mama, Hed?"

Hedya dengan mata sembab menatap kakaknya itu. Mereka sedang duduk di mobil, perjalanan kembali dari pemakaman kedua orangtuanya. "Kenapa?"

"Karena sebenarnya kamu itu punya kembaran."

"Apa?"

Nevan mengangguk. "Dokter bilang Mama gak akan sanggup mengeluarkan anak kembar. Kembar cowok cewek. Mereka berharap akan mendapatkan anak cowok lagi. Lalu keajaiban terjadi. Anak kembar mereka keluar. Elu dan kakak kembar laki-laki lu keluar dari rahim Mama. Senang. Tentu saja mereka senang. Apalagi saat mereka tau anak laki-laki kedua mereka keluar. Tapi dalam seminggu, harapan mereka sirna untuk mendapatkan bayi laki-laki lagi. Bayi laki-lakit itu, kakak kembar lu, meninggal karena berat badannya yang terlalu rendah. Dari awal, dokter sudah berkata kalau bayi itu lahir dengan berat badan yang terlalu rendah. Bahkan porsi tubuh kalian berbeda. Dia sangat kecil. Berbanding terbalik dengan elu yang seperti bayi normal."

Napas Hedya tercekat di tenggorokannya. Ternyata ia punya saudara kembar.

"Biar gue tebak. Bayi itu meninggal karena terlalu banyak makanan yang gue ambil, sehingga dia lahir dengan berat nadan yang terlalu rendah sampai akhirnya dia gak bisa mengendalikan pernapasan dan detak jantungnya. Bener?"

Nevan mengangguk. "Bener. Mereka kecewa karena anak laki-laki keduanya tidak bisa selamat. Sampai umur elu tujuh tahun, mereka sudah tidak bisa lagi hidup bersama dengan elu. Akhirnya mereka mau kasih lu ke panti, tapi Oma bilang Oma yang akan ngurus elu. Gue juga gak mau ikut mereka. Makanya kita berdua tinggal sama Oma sekarang."

Astaga. Hedya baru tau sekarang. Kenapa kedua orangtuanya begitu tidak menyukaonya. Bahkan memanggilnya anak haram dan bukan anak kandung.

Tanpa sadar ia meneteskan air mata. Ternyata memang ini salahnya. Harusnya dia tidak lahir. Ini kesalahannya. Nevan yang melihat adiknya nangis, langsung memeluk Hedya. "Bukan salah elu. Jangan nangis."

"Tapi emang ini salah gue. Kalo gue gak ada, gue gak lahir, kakak kembar gue pasti masih hidup sekarang."

"Engga. Elu gak salah. Gak ada yang salah disini. Takdir yang menentukan kalau lu harus lahir. Gak ada yang bisa diubah, Hed. Gak ada. Dan gue bersyukur lu baik-baik aja ampe sekarang."

Hedya masih nangis sesenggukan walaupun mendengar perkataan menenangkan Hedya dan mengelus rambutnya.

Hedya tak tahu harus apa sekarang.

Flashback off.

Dan Hedya bersyukur Oma dan kakaknya, Nevan, masih ada disisinya sebagai keluarganya.

##

Keluar dari kamar mandi, Hedya mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ketiga teman perempuannya sudah tergeletak tewas diatas kasur. Melina di atas kasur Hedya, sedangkan Aurel dan Cherry diatas kasur tambahan dari kamar tamu.

Ia tersenyum penuh arti melihat ketiga kawannya. Kalau mereka tak ada, Hedya tak tahu lagi ia mau bersandar dengan siapa sekarang. Sean sudah putus. Nevan? Tak mungkin ia bercerita blak-blakan apapun pada Nevan. Apalagi kalau itu menyangkut tangis-menangis.

Dirinya duduk dikursi meja belajarnya dan mulai membuka kadonya satu-persatu. Melina memberinya sweater warna biru dongker dengan tulisan 'WHAT?'. Cherry memberinya topi warna putih dan jam tangan yang berwarna senada. Aurel, memberinya sepatu kets yang sangat ia inginkan. Ion memberinya kacamata gaya, dan Brian memberinya tas berwarna putih. Sepertinya Brian dan Cherry janjian untuk beli kado Hedya.

Lalu tiba saatnya Hedya membuka kado dari Sean. Setah menarik nafas dan menenangkan diri, ia mulai membuka kotak kado tersebut.

Boneka beruang kecil dan satu amplop surat berwarna biru langit. Mulai dari surat tersebut kali ya.

Hai, Hedya.

Selamat ulang tahun yang ke-17 hihi
Semoga makin cantik, makin pinter, makin tinggi, makin sayang sama semua orang, makin sayang Tuhan juga. Jangan lupain kebaikan orang lain ya, tapi lupain kejahatan orang lain. Jangan suka ngambek, jangan suka kasar, kamu itu cewek loh.

Hm, kalo kamu terima surat ini, artinya aku dan kamu gak akan bertemu untuk waktu yang lama, atau mungkin, selamanya?

Maksudnya? Hedya mulai merinding. Takut akan hal yang tidak ia inginkan.

Aku cuma mau bilabg, makasih karena memilih untuk melindungi orang-orang disekitarmu. Walaupun itu dengan memutuskan hubungan kita. Jujur, aku kecewa awalnya, tapi aku akhirnya tau kalau kamu bermaksud baik. Aku bangga dengan pilihan kamu.

Tapi, aku juga gak mau berdiam diri. Kalo kamu aja bisa melindungi orang-orang disekitar kamu, kenapa aku engga? Aku kecewa dengan diriku sendiri yang membiarkan kamu dicelakai dan diancam sama Wendy. Tapi tenang saja. Aku sudah mengurus semuanya. Kamu gak usah ketakutan lagi gara-gara ancaman Wendy. Sekarang ia sedang diurus oleh keluargaku di kepolisian. Kamu gak perlu takut lagi sekarang.

Untuk imbalannya, aku harus pergi dan tinggal diluar negeri sementara waktu. Belajar dan kuliah disana. Hehe. Pinter ya aku? Bisa sekolah dan kuliah di luar negeri sekarang wkwkwk

Sekolah di luar negeri? Tanpa sadar mata Hedya sudah memanas memikirkan kalau sekarang bukan cuma puluhan kilo jaraknya dia dengan Sean. Tapi sekarang samudera yang terbentang luas, memberi jarak dengan dia dan Sean. Ada perasaan bersalah menyelimuti hatinya saat tahu bahwa Sean sampai sekolah di luar negeri hanya untuk menangkap Wendy. Untuk apa Sean melakukan hal itu.

Aku gapapa walaupun aku harus belajar di luar negeri. Lagian, aku juga memang mau kuliah di luar negeri kok hehe jangan merasa bersalah ya. Aku cuma mau melindungi orang yang aku sayang. Dan hanya ini yang aku bisa. Menangkap Wendy. Aku sayang kamu, Hed.

Makasih buat 3 bulan yang kita jalani bareng. Walaupun kamu kadang suka ngambek hehe tapi kamu lucu kok waktu lagi ngambek. Jadi pengen nyium, eh. Jangan marah, Hed. Jangan nangis lagi. Gak ada yang bisa jadi samsak kamu lagi kalo kamu marah. Gak ada yang bisa menghapus jejak air mata kamu lagi kalo kamu nangis. Dan aku gak mau oranglain yang menghapus air mata kamu. Cuma aku yang boleh hapus air mata kamu.

Banyakin senyum, ya sayang wkwk jangan cemberut mulu. Kamu kalo cemberut bikin orang pengen cium tau gak. Gemes banget. Jadi jangan cemberut ya? Ketawa aja. Senyum terus. Tapi kalo gak ada alesan, jangan senyum-senyum apalagi ketawa sendiri. Entar kamu malah dimasukin RSJ loh wkwkwkwk

Tau gak Hed? Kamu itu satu-satunya cewek yang bisa bikin aku ngalah. Bisa bikin aku bolos sekolah dua minggu. Bisa bikin aku gak makan, padahal aku itu kuat banget kalo makan. Kamu juga cewek yang bisa bikin aku nangis selain Mama sama Marsha. Buat aku, kamu itu bukan lagi sekedar pacar aku. Tapi juga udah kayak separuh hidup aku. Lebay banget ya aku? Hehe

Cukup. Rasanya Hedya sudah tak kuat lagi untuk membacanya. Tapi matanya tetap memaksanya untuk terus membaca sampai surat itu habis, walaupun matanya sudah buram karena air mata yang terus mengalir dalam diam. Satu tangannya membekap mulutnya sendiri agar suara isakannya tidak terdengar.

Tapi aku serius. Segitu sayangnya aku sama kamu. Maaf karna aku jadiin bahan taruhan. Itu sudah tidak berlaku. Entah sejak kapan aku beneran sayang sama kamu. Pas Farel dateng ke rumah sakit, yang waktu kita kecelakaan, aku udah berentiin taruhan itu. Aku tau aku salah. Maaf. Benar-benar minta maaf. Salah karena jadiin kamu sebagai taruhan.

Dan aku makin merasa bersalah saat tau kamu diculik dan tangan kamu yang luka oleh Wendy. Dan itu semua karena aku. Aku bener-bener merasa sebagai cowok yang gak ada gunanya. Bahkan untuk melindungi orang yang aku sayang aja aku gak bisa.

Saat Oma aku dateng ke kamar aku, dan ngasih pilihan itu, aku sampai berpikir semalaman tanpa tidur. Dan akhirnya aku sadar, saatnya aku untuk melindungi kamu sudah tiba. Aku memilih pergi agar Oma bisa mengurus Wendy disini. Aku seneng banget karena bisa melakukan sesuatu buat kamu, Hed. Akhirnya aku ada gunanya juga jadi cowok hehehe. Gapapa. Selama aku bisa bantuin dan ngelindungin kamu, aku rela tinggal dan belajar di luar negeri.

Hm...

Kayaknya ini suratnya udah kepanjangan ya? Wkwkwkwk kasian kamu ngeliat tulisan acak adut aku wkwkwk sampe disini aja suratnya ya.

Semoga kamu bisa seneng. Jangan nangis lagi.

Aku gak berani suruh kamu menungguku. Tapi semoga, kita bisa bertemu lagi yang entah kapan.

Tertanda,
sayang, peluk, kecup ringan

Sean Derellio

Kini tangisannya sudah benar-benar tidak bisa ia tahan. Ia menangis sekuat-kuatnya. Dadanya sesak, pasokan oksigennya sudah mulai menipis. Sesak karena kekurangan oksigen, dan juga sesak karena tahu kini ia tidak bisa melihat Sean lagi, sampai waktunya yang entah kapan.

Tangannya menepuk-nepuk dadanya yang semakin sesak. Kertas surat itu sudah basah karena air matanya. "Kenapa lu malah pergi disaat gue membutuhkan elu disini? Gue gapapa selama gue bisa melihat elu, walaupun dari jauh," lirihnya. Siapapun yang mendengar tangisannya, pasti akan merasakan pedihnya Hedya saat ini.

Kini ia meraih boneka teddy kecil itu. Ada tulisan press here di tengah-tengah boneka kecil lucu itu.

Seakan diperintahkan, Hedya menekannya.

When the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

"Happy sweetseventeen, Hedya sayang. Aku tau belum semua wish aku penuhi. Aku berharap wish kamu semua bosa terpenuhi. Walaupun itu bukan aku. Happy sweetseventeen, sayang."

Tangisan yang tadinya mulai mereda, kini makin deras karena lagu yang Hedya yakini adalah Sean yang nyanyi dan juga suara Sean yang kembali terdengar. Sudah lama sekali rasanya ia tidak mendengar suara Sean. Ia rindu kekasihnya itu. Atau mungkin mantan. Ia rindu. Sangat rindu.

Melina yang terganggu karena suara tangisan Hedya, kini bangun. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat Hedya nangis. Awalnya ia bingung kenapa Hedya nangis, tapi setelah melihat kotak dan boneka serta surat yang sudah basah, ia mengerti. Sebagai teman, ia tak bisa bicara apa-apa. Jadi ia hanya mendekati Hedya dan memeluknya. Berkata kalau semua akan baik-baik saja. Semua akan kembali seperti semula. Akan ada waktunya Hedya bertemu kembali dengan Sean

Dan Hedya hanya mengiyakan, dalam hatinya ia juga berharap begitu.

THE END


13 April 2018

Akhirnya cerita ini selesai. Aku mau bilang makasih buat para readers yang masih membaca cerita ini walaupun aku jarang update. Bahkan cerita ini memakan waktu dua tahun.

Makasih banget buat kalian wkwkwk

Semoga kalian para readers pembaca ku masih berkenan membaca story-story lainku yang terdaoat di lapak ini wkwkek

SEE YOU AT DIFFERENT STORY GUYS!

author muah muah pergi!

Nantikan epilog dan extra part juga ya wkwkwkwk

bubhayy!! wkwkwk

AH IYA! HAMPIR AJA LUPA WKWKWK

JANGAN LUPA MAMPIR DI CERITA GUE YAK!

JUDULNYA

ANGKASA

DAN JUGA,

DESTINEÈ

WKWKWKWK SILAHKAN DIBACA MAKASIH

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro