30.1
Sudah terhitung dua hari dari semenjak Hedya diculik. Sudah lapor polisi, tapi belum ada tanda-tanda Hedya sudah ketemu jejaknya. Sean bahkan sudah bolos selama dua hari.
Hari ini harusnya mereka jalan-jalan sekolah. Tapi Sean tidak ikut. Yang akhirnya menimbulkan ketidak hadiran serentak dari Brian, Ion, Cherry, Aurel dan Melina. Kenapa sekolah terlihat tidak khawatir saat siswinya ada yang hilang? Jawabannya adalah, karena keenam orang itu tidak memberi tahukannya pada sekolah. Setelah membicarakannya dengan omanya Hedya dan juga kakaknya, mereka sepakat untuk tidak memberitahukan hal ini pada sekolah. Kalau tidak, sekolah pasti heboh.
Sean masih hafal betul rasa sakitnya saat Nevan meninju rahangnya. Bahkan rahangnya sekarang masih belum pulih sepenuhnya. "Yan? Yan! YAN!!!!!"
"Astaga naga, ION!!! KUPING GUE SAKIT, TAI!"
Ion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya maap. Lagian elu dipanggilin kaga dijawab."
"Kenapa emangnya?"
"Mereka udah pesen makanan. Sekarang kita mau makan dulu. Lu juga makan dulu. Dari kemarin malem lu belum makan. Lu mondar-mandir, keliling Jakarta buat nyari Hedya," kelas Ion.
Sean menggeleng. "Gak. Gue mau cari Hedya dulu sampe ketemu."
"Anjir lah. Bri. Bos lu tuh gak mau makan. Cape gue," kesalnya.
Baru kali ini mereka melihat Ion kesal. Biasanya, Ion adalah pribadi yang seperti happy virus. Seperti tidak ada beban hidup.
Brian yang tadinya sedang membuka kotak makannya, berdiri, dan mendekati Sean. "Yan. Makan dulu. Kalo lu gak makan mulu, mana ada tenaga buat nyari Hedya."
"Gak mau." Sean mengutak-atik hapenya. Menunggu panggilan dari polisi. Informasi.
Cherry bangkit berdiri, menepuk bahu Brian. Menyuruhnya mundur.
"Oi, Sean. Kalo gak mau makan, lu mikir gak apa yang bakalan dirasain Hedya pas ngeliat elu?! Dia pasti ngerasa bersalah, karena elu gak makan buat nyari dia. Seengganya lu makan sedikit!" omel Cherry.
Semua mata memandang Cherry. Karena baru kali ini Cherry memarahi orang. Biasanya, hampir tidak pernah Cherry memarahi orang.
Sean terlihat tersentil dengan perkataan Cherry, akhirnya ia makan juga. Walaupun sedikit. Noelpun juga masih belum bisa bergabung dengan mereka. Kesehatannya masih belum pulih sempurna.
Hapenya berdering saat ia hendak menyuapi nasinya untuk kesekian kali.
Dengan terburu-buru ia mengangkatnya tanpa melihat caller name.
"Halo?"
"ANJING! LU JANGAN PERNAH NEMUIN HEDYA LAGI!"
"A-apa? Maksudnya?"
"Hedya udah balik. Dia udah ceritain semuanya dengan luka yang ada ditangannya."
Luka?
Tunggu. Hedya sudah kembali?! Sean berdiri seketika di tempatnya. Ia menyambar jaketnya dan menstarter motornya. Tanpa mempedulikan berapa suapan yang baru ia makan.
Brian, Ion, Cherry, Aurel dan Melina pun yabg bingung langsung bebeberes dan mengikuti Sean dari belakang. Takut-takut ada hal yang tidak mereka inginkan terjadi. Karena Sean kalau sudah emosk itu udah kalap. Dan wajah merah Sean tadi menunjukkan kalau Sean sudah emosi.
Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi jika Sean sudah emosi.
Kebut-kebutan di jalan raya.
Melina mungkin sudah biasa kebut-kebutan karena sudah berteman lama dengan mereka. Tapi Aurel dan Cherry. Mereka berdua baru pertama kali dibawa kebut-kebutan ala cowok.
Jantung mereka rasanya ingin meloncat saking kagetnya.
Sean melepas helmetnya dan memarkir motornya di garasi rumah Hedya. Ia langsung menggedor pintu rumah tersebut. Brian dan yang lainnya, yang baru saja turun dari mobil, berlari kecil untuk menahan tangan Sean yang menggedor pintu rumah tersebut sekuat tenaga.
"Ini runah orang, anjir! Nyadar dong, Yan! Selo aja," kata Melina kesal.
Sean tak mengindahkan kata-kata Melina. Ia masih menggedor pintu rumah Hedya dengan kencang. "Hedya! Hedya! Hed!!"
Entah gedoran pintu yang ke-berapa, pintu rumahnya akhirnya terbuka. Tapi bukan Hedya yang terlihat, malah Nevan, kakaknya, yang membuka pintu dengan wajah yang memerah. Menahan amarah.
"Ngapain lu kesini?!" tanyanya tajam dan dingin.
Brian, Ion, Aurel, Melina dan Cherry sempat terkejut sedikit saat mendengar nada suaranya Nevan yang terdengar sangat dingin.
Tapi Sean mengesampingkan hal tersebut. Ia malah bertanya padanya. "Kemana Hedya? Gue mau ketemu cewek gue." Kepalanya mencoba melihat-lihat dalam rumah.
"Gue udah bilang jangan pernah nemuin Hedya lagi."
"Itu bukan urusan elu. Gue yakin Hedya juga mau ketemu gue. Sama kayak gue yang mau ketemu dia."
Nevan tersenyum miring. "Mau lu usaha kayak gimana juga, kalo gue bilang engga ya, engga. Tetep."
Sean menahan nafasnya, menahan kesal. Ia tidak peduli lagi. Ia mendorong tubuh Nevan dengan kuat hingga Nevan terjatuh. Ia menerobos masuk dan berlari memasuki kamar Hedya. Jangan lupa dengan pintu yang ia kunci. Supaya tidak ada yang mengganggu acaranya berdua dengan Hedya.
Disana. Di kasur yang hanya berjarak beberapa meter dari nya, seseorang yang sudah tiga hari ini ia cari sedang duduk. Wajahnya sangat lesu, pucat, terlihat tidak seperti biasanya. Bahkan lengan kirinya dilapisi dengan kain kasa yang ada bercak cokelat, yang Sean yakini itu adalah betadine, karena Nevan tadi bilang Hedya pulang dengan luka.
Perlahan tapi pasti, ia berjalan mendekati kasur Hedya yang menatapnya dengan wajah tak terdefinisi. Sean tak tau apa wajah Hedya sekarang. Ada mimik kangen, rindu, marah, kesal, kecewa dan sedih yang bercampur jadi satu diwajah Hedya sekarang. Sean berjongkok disamping kasur Hedya. Matanya tak lepas sedikitpun dari Hedya. Takut-takut, saat ia melirik yang lain sebentar, tidak-tidak, saat ia mengerjapkan matanya saja, Hedya bisa hilang lagi.
"Hai, Hed," lirih Sean.
Hedya tak menjawabnya. Ia hanya memandang Sean sendu.
"Kamu kenapa ngilang? Diculik siapa?"
Tak ada jawaban.
"Hed? Kenapa gak jawab?" Rasanya menyakitkan melihat Hedya yang diam, tanpa menjawab pertanyaan Sean, hanya memandang Sean datar.
"Hed. Jawab aku," ujar Sean lirih. Ia sudah tak tau bagaimana caranya agar Hedya mau bicara dengannya. "Engga. Gausah jawab. Kamu ngomong halo aja aku udah seneng, Hed. Aku khawatir banget sama kamu. Kemana aja kamu selama tiga hari belakangan ini? Aku sama yang lain udah nyari kamu kemana-mana. Tapi gak ketemu ju--"
"Pergi."
Ucapan Sean seketikan berhenti kala suatu kata keluar dari Hedya. Sangat singkat. Terlampau singkat bahkan. Hanya satu kata yang terdiri dari lima huruf. Tapi sangat menancap ditelinga Sean.
Ia menatap Hedya dengan wajah tak percaya. Hedya dingin. Jauh lebih dingin dibanding yang dulu. Jauh.
"Kenapa?" tanyanya pelan dengan memaksakan senyum. Tangannya mulai menggapai tangan kanan Hedya. Berharap Hedya membalas genggamannya, tapi itu hanya angan belaka. Karena yang ia dapati adalah tepisan tangannya.
Ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tersenyum tulus. "Kamu kenapa? Cerita sama aku. Kamu diculik siapa?"
"Pergi!"
"Engga. Jawab aku dulu. Banyak yang mau aku tanyain ke kamu, Hed. Kenapa kamu diculik. Siapa yang nyulik kamu. Kenapa tangan kiri kamu bisa ada luka. Luka macam apa. Apa aja yang dilakuin penculik itu sama kamu. Banyak, Hed. Kamu gak bisa suruh aku pergi gitu aja."
Hedya menggeleng. "Pergi."
"Engga. Aku gak akan pergi sebelum kamu cerita ke aku. Lagian, emang salah kalo aku ketemu pacar aku sendiri?"
Hedya menggeleng lagi. "Pergi," ujarnya. "Kita putus," sambungnya.
Lagi. Hatinya mencelus mendengar kata-kata terakhir Hedya. Lidahnya kelu untuk membalas perkataan Hedya.
Brak!
Pintu kamar Hedya terbuka dengan terpaksa. Dobrakan pintu yang dilakukan oleh Nevan itu cukup membuat keheningan yang melanda kamar tersebut menyadarkan kedua insan itu.
Nevan berjalan mendekati Sean,
Bugh!
Sean tersungkur di lantai samping kasur Hedya. Ia menyeka darah yang keluar akibat bibirnya yang kembali robek karena tinju Nevan.
Hedya yang melihat kejadian itu terkejut. Sempat ia ingin membantunya, tapi ia urungkan keinginannya itu. Kelima orang yang sedari tadi hanya diluar kamar Hedya, langsung menerobos masuk. Brian dan Ion membantu Sean untuk bangun. Aurel, Melina dan Cherry duduk diatas kasur Hedya. Melihat apakah temannya ini baik-baik saja.
"Gue udah bilang jangan nemuin Hedya. Dan lu malah nerobos masuk kamarnya dan ngunci dari dalem. Bajingan!" Nevan baru saja ingin meninju Sean lagi kalau Ion dan Brian tidak menahannya.
Mereka tau ada yang tidak beres disini. Dan kalaupun mereka berbicara, tidak akan membantu apa-apa. Jadi mereka memilih untuk diam.
"Kasih gue alesan kenapa gue gak boleh ketemu Hedya?" tanya Sean sambil menahan sakir di bibir dan rahangnya.
Baru saja Nevan ingin menjawabnya, Hedya sudah menyela. "Lu udah ada tunangan. Jadi kita putus. Sudah, kan? Pergi."
Semua orang sukses dibuat melongo. Darimana Hedya tau? Sean belum bilang siapapun disini. Kecuali Ion dan Brian tentu saja.
"Jadi yang nyulik kamu itu Oma?" tanyanya serius. Kalau memang benar omanya yang menculik Hedya, Sean tidak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan.
"Bukan. Gue minta lu pergi. Sekarang." Hedya menatapnya tajam. Ada nada keseriusan tersirat di suaranya. "Ah. Satu hal lagi. Gue kecewa sama elu. Gue tau lalo lu jadian sama gue karena taruhan. Selamat, elu menang taruhan itu."
Brian dan Ion sama-sama kaget. Dari mana Hedya tahu masalah itu. Jangan tanya Sean bagaimana reaksinya. Karena ia sudah pasti syok.
Sean berjalan mendekati Hedya, tapi tangan gadis itu sudah menyuruhnya berhenti mendekat. "Tapi aku gak nerusin taruhan itu, Hed. Aku gak taruhan. Aku sayang sama kamu beneran. Bukan karena taruhan. Aku serius sayang sama kamu.
"Alah," ujar Hedya dengan menyunggingkan senyum mirinya. "Bullshit. Sekarang lu pergi. Gue udah muak ngeliat muka lu. Pergi!"
Sean ingin mendekati Hedya lagi, tapi langkahnya terhenti saat Brian dan Ion menahannya dan menggeleng.
"Oke. Aku pergi. Kalo itu yang ngebuat kamu bahagia, aku akan pergi," lirihnya. Dan ia berbalik, melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Sepeninggalan Sean, bahu Hedya meluruh begitu saja dikepala kasurnya. "Hed. Lu kenapa?" tanya Melina. "Apa aja yang dilakuin sama yang nyulik lu?"
Tau kalau Hedya tidak akan cerita kalau masih ada Brian dan Ion, Melina, Aurel dan Cherry serempak menyuruh mereka berdua pergi yang langsung dituruti mereka tanpa sanggahan.
"Jadi..."
26 Maret 2018
hehehehehe gantung ya? wkwkwkwk tenang aja. part 30 ini aku bagi dua. jadi ditunggu aja part 2 nya ya wkwkwk harusnya sih gak lama. karena part 2 nya hanya berisi apa yang terjadi di saat Hedya diculik dan bertemu siapa penculiknya. udah aku spoiler nih wkwkwk jadi tunggu aja ya wkwk
jangan lupa tuh bintang sama komen wkwkwk makasih loh buat yang udah bersedia baca cerita absurd ini wkwk
see you next chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro