25
Wah. Rasanya Hedya malu sekali sejak pulang tadi.
"Sean, tai. Kampret," umpatnya.
Tapi tak bisa dipungkiri juga kalau ia senang, hingga ia tersenyun-senyum sendiri seperti orang gila sekarang.
Tuk.
"Woi! Kenape lu?"
Hedya memelototi kakaknya yang tadi menoyor kepalanya pelan.
"Gak usah main tangan bisa kali, babi."
"Heh. Kurang ajar ya ngomong sama yang lebih tua."
"Bodo amat."
"Kenapa lu tadi senyum-senyum?"
"Bukan urusan lu," cibirnya. "Udah dah sono keluar dari kamar gue. Elah. Jadi bau kamar gue kalo ada lu."
"Heh. Kurang asem. Gue udah wangi tau. Orang mau pergi ama Yura."
Hedya langsung bangun dari tidurnya begitu mendengar kata Yura. "Mau kemana? Hah? Gue kangen nih ama Kak Yura. Udah lama gak main ama dia. Ikut ya, Kak? Kak?"
"Engga. Lu mah jadi nyamuk mulu. Gangguin orang pacaran aje."
"Dih. Jahat banget. Yauda gue nanya Kak Yura aje." Langsung ia mengambil hapenya dan menelepon Yura. "Kak Yura!"
"Eh? Hed?"
"Kak! Aku mau ikut nanti Kakak sama Kak Nevan pas pergi," rengeknya seperti anak kecil.
"Boleh aja."
Mendengar kalau Hedya diperbolehkan, Nevan melototi adiknya kala Hedya memeletkan lidah padanya.
"Oke. Makasih, Kak! Lafya!!"
"Ah elu. Gak bisa kasih gue seneng dikit kali ya. Tiap gue jalan, lu selalu ada. Bingung gue."
"Engga luh. Waktu itu elu sama Kak Yura pergi berduaan aja. Makan es krim gak bagi. Gue ditinggal di rumah. Tanya noh ama Oma."
Nevan mendengus dan keluar dari kamar, meninggalkan Hedya yang bersorak riang. Setidaknya, dia tidak akan bosan. Toh, dia juga sedang tidak bisa tidur.
###
Berbeda dengan Hedya, Sean malah merenung di kamarnya.
Karena, wish di wishlist-nya Hedya itu, masih banyak yang belum ia wujudkan. Sedangkan, ulang tahun Hedya itu sebentar lagi.
"Gimane ye. Aduh pusing dah gue."
Saking pusingnya, Sean sampai mengacak rambutnya sendiri.
Bagaimana caranya? Ulang tahun Hedya itu sebentar lagi. Dan Sean belum melakukan semua keinginan Hedya.
Havana oh nana
Dering hapenya membuat Sean mengangkatnya dengan enggan.
"Halo?"
" ... "
"Serius lu?"
" ... "
"Hahahahaha. Oke. Gue otw. Makasih, bro."
Oke. Waktunya beraksi.
Sean mengambil jaket bombernya, dompet, hape, dan jangan lupa pakai parfum juga pomade.
Setelah selesai, Sean melajukan motornya di jalan raya, beradu dengan kendaraan lainnya menuju tempat yang disebutkan tadi.
Tenang. Ia sudah melihat ramalan cuaca. Dan malam ini tidak hujan. Secara, tadi sudah hujan. Sore itu loh.
Motornya berhenti di pingguran jalan saat melihat ada toko bunga disana.
"Permisi. Malam. Saya mau beli bunga."
"Oh iya. Bunga apa?" kata ibu itu.
Sean mengernyitkan dahinya, mencoba untuk mengingat sesuatu. "Ah. Bunga daisy."
"Yang warna apa?"
Sean tersenyum.
.
.
.
Bunga sudah dibeli, sekarang tinggal menunggu orang itu datang. Lampu taman sudah menerangi beberapa tempat. Taman ini indah. Jujur saja. Banyak bunga dan juga permainan yang bisa dimainkan oleh anak-anak.
Tapi mungkin karena sudah malam, jadi taman ini sepi.
"Sean?"
Sean menoleh dan tersenyum kala orang yang ia tunggu sedari tadi datang juga. Bunga itu ia sembunyikan di balik tubuhnya.
"Hai."
Yang ditunggu itu berlari kecil kearahnya dengan wajah bingung.
"Hati-hati," ujarnya pelan sambil memegang kedua bahu perempuan itu saat ia hampir terjatuh. "Jangan ceroboh bisa gak?"
Perempuan itu tersenyum malu, menampilkan cengirannya. "Hehe. Maaf. Kok bisa ada Sean disini?"
Sean tersenyum lagi, mengajaknya duduk. "Nih." Ia memberikan satu buket bunga yang ia beli tadi. "Buat Hedya."
Hedya, perempuan yang tadi ia tunggu itu, tersenyum dan menerima bunga itu dengan senang hati.
Salah dua keinginannya yang ia inginkan di daftar keinginannya sudah tercapai.
Ya. Salah dua.
Ini adalah taman yang ia mau datangi dengan pacarnya. Tepatnya, taman yang membawa kenangan buruk baginya, sampai Nevan saja saat membawanya langsung diambekkin seminggu olehnya. Taman yang dulu sangat ia sukai, tapi sekarang malah membawa kenangan buruk baginya. Kenangan waktu ia malu diomeli dan dipukul oleh mamanya disini.
Tadinya, saat Hedya tau kalau Nevan membawanya kesini, ia sudah cemberut. Moodnya seketika turun.
Tapi, karena bersama Sean, ia bisa tersenyum.
Kenangan buruk yang dibuat mamanya, akan tergantikan dengan kenangan yang dibuatnya bersama Sean malam ini.
Belum lagi, bunga daisy warna putih yang diterimanya.
Kenapa ia memasukkan bunga itu dalam daftar? Karena arti bunga daisy putih adalah--
"Aku cari diinternet arti bunga daisy warna putih. Aku emang belum punya apa-apa buat ngelamar kamu. Apalagi kita masih sama-sama sekolah. Tapi ada arti lainnya. Dan itu yang mau aku ambil. Cinta. Aku emang gabisa janji akan ada di samping kamu terus. Karena aku juga ada saatnya harus mementingkan keluarga aku. Karena mereka orang pertama yang aku sayang. Dan kamu kedua." Sean menarik nafasnya dan menghembuskannya pelan. Membuat Hedya menunggu kelanjutannya. "Tapi, Sean mau Hedya tau, kalo cinta ini, cuma buat Hedya. Iya. Sean tau kalo ini hanya omongan anak monyet. Tapi, Sean yakin, cinta ini bukan cinta monyet. Dan kita bukan lagi di usia yang bisa main seenaknya gonta-ganti pacar. Jadi, percaya sama Se--"
Cup.
Sean memegang pipinya yang baru saja dicium oleh Hedya. Ia menatap Hedya yang tersenyum manis terhadapnya.
"Jangan banyak ngomong. Aku percaya sama Sean." Dan ia memeluk Sean begitu saja. Menambah kejutan untuk Sean.
Sadar dari keterjutannya, Sean membalas pelukan Hedya lebih erat.
"Aku sayang kamu."
"Aku benci kamu."
Simpel, dan antonim dari yang Sean katakan. Tapi Sean senang mendengarnya. Karena kalau Hedya membencinya, itu berarti Hedya lebih sering memikirkannya.
Tahu kan?
Disaat kamu membenci orang, kamu akan terus mencari kesalahan orang itu, memikirkan kejelekannya.
Tapi, kamu tidak tau.
Kalau semakin dalam kamu mencarinya, semakin lama kamu memikirkannya, kamu bukan mendapat kejelekannya. Tapi kamu malah jatuh semakin dalam dan semakin jauh, hingga membuatmu jatuh cinta.
Itulah kenapa dikatakan,
Benci dan cinta itu beda tipis.
###
"Balik sono."
Sean mendengus dan mengacak rambut Hedya. "Galak banget sih, Hed. Ampun dah. Gimana mau dapet cowok coba kalo galak gini."
"Lah elu? Bukan cowoe gue?"
Sean menggeleng.
Tak!
Sean meringis menahan pedih yang terasa di bahunya karena Hedya menaboknya dengan keras. "Sakit, Hed. Lagian aku cuma bercanda. Ampun dah. Kalo ada cowok yang deketin kamu juga aku bakalan bikin dia ilang."
"Mau bunuh orang kamu?"
"Engga. Maksudnya bikin dia takut buat deketin kamu lagi."
"Caranya?"
"Aku tinggal cium kamu di depan dia. Terus bilang 'Cewek gue. Pergi atau tangan lu bengkok.' Pasti dia bakal takut."
Tak!
"Ah. Sakit, bodoh." Ia meringis untuk kedua kalinya.
Hedya menatap Sean kesal. Tangannya sudah ia naikkan untuk memukul Sean lagi. Tapi ditahan oleh Sean. "Ngomong apa tadi? Ngatain aku bodoh? Kamu tuh yang bodoh."
"Dih. Galak." Sean menurunkan tangan Hedya dan menggenggamnya dengan kedua tangannya. "Ini tangan, lebih baik kamu gunakan untuk kayak gini." Sean membawa tangan Hedya untuk mengelus -tepatnya mengacak-acak rambut Sean dan mengelus pipi Sean. "Jadi cewek dikit sih, Hed."
Hedya tersipu dan langsung menarik tangannya dari tangan Sean. "Ehem." Ia berdeham. "Balik sono."
Sean tersenyum dan mengangguk. "Iya. Udah sana masuk dulu ke dalem. Diluar dingin. Kamu juga gak pake jaket."
Hedya mengangguk patuh. "Tapi kamu pergi dulu. Baru aku masuk."
"Engga. Kamu masuk dulu."
"Kamu pergi dulu."
"Kamu masuk."
"Pergi dulu."
Sean menghembuskan nafasnya berat. Kalau begini terus, todak akan selesai. "Daripada suruh-suruhan, gak akan selesai. Kita gamsuit aja."
"Oke."
"Gamsuit! Oke! Aku menang. Sana balik duluan. Masuk kedalem."
Hedya memutar bola matanya kesal. "Iya-iya. Ah elah. Aku masuk dulu ya."
Sean mengangguk.
Langkahnya terhenti saat Sean memanggilnya lagi. "Hed!"
Ia menoleh dan menaikkan satu alisnya. "Apa?"
"Nanti ganti lockscreen sama wallpaper hape kamu pake foto yang aku kirim."
Hedya mendengus. "Iya." Dan berjalan masuk lagi dengan wajah senangnya.
Sean juga ikut senang saat melihat Hedya senang. Ia sempat melihat senyuman yang Hedya sunggingkan sebelum Hedya berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumahnya.
"Seengganya, aku udah kasih tau kamu, Hed. Kalo hati aku cuma buat kamu."
----------------------------------------------
27 Januari 2018
Oh yeah. Update wkwkwk
Aku no comment ya. Karena udah terlalu banyak alasan yang aku kasih. Tapi itu emang beneran. Aku terlalu sibuk untuk kembali mengetik. Ini saja aku mengetik di waktu senggang. Karena aku sendiri juga ada kehidupan nyata yang harus kujalani. Jadi maaf kalo aku suka gak update.
Sekian.
Dan jangan lupa kasih bintang dan komen oke? Hahahahaha
Makasihhhhh
Author muah pergi
Bye!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro