Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02

Brak!

Suara pintu dibanting membuat Selvia terkejut. Apalagi melihat wajah tekuk anaknya itu. "Sean. Kamu kenapa? Kok mukanya ditekuk gitu?"

Sean melempar tasnya kesembarang arah dan duduk disamping mamanya. "Cape. Abis disuruh lari keliling lapangan basket sama manajernya gara-gara aku sering bolos latihan. Dan Mama tau berapa kali? 25 kali. Dan Mama tau itu cape," curcol Sean.

Selvia tersenyum dan mengelus lembut rambut anaknya itu. "Makanya jangan suka bolos. Lagian kamu sih. Terus, terus? Cerita dong sama Mama."

Sean mengernyitkan dahinya tak mengerti. "Apaan? Cerita apaan?" Jawaban dengan watados anaknya itu membuat Selvia gemas, saking gemasnya sampai ingin ia jitak.

"Cerita sama Mama. Siapa yang hukum kamu? Cewek yang kamu suka?"

Etdah, ini napa nyokap gue kayak gini.
"Eng-engga kok. Ih Mama apaan dah," jawab Sean gagap. Kegegapan Sean semakin membuat Selvia penasaran dengan cewek yang memberikan Sean hukuman.

Selvia memberikan senyum evilnya. "Hayo, jangan bohong. Kamu mana pernah mau kalo dikasih hukuman. Dikasih hukuman sama guru aja kamu suka kabur, apalagi ini. Dikasih hukuman sama orang yang seumuran kamu.

"Biar Mama tebak, pasti dia itu cewek yang lagi kamu taksir, kan? Makanya kamu takluk sama dia? Iya, kan? Iya, kan? Ngaku aja deh udah. Mama mah udah tau." Skakmat kalo begini mah.

Tapi emang bener, kan? Hedya bukan siapa-siapanya Sean. Hanya korban taruhan.

"Mama. Sean ngantuk. Duluan ya." Kabur dari Mamanya. Sean langsung membawa tasnya keatas, ke kamarnya.

Selvia hanya tersenyum melihat anak pertamanya itu. Masih bagus anaknya itu tidak mengikuti sifatnya yang ugal-ugalan. Yang suka tawuran, tapi tetap saja, pembuat onar dalam darah Selvia, turun ke anaknya itu.

...

Begitu sampai di kamar, Sean langsung menyambar hapenya dan merubuhkan badannya di atas kasurnya.

Dia mencari kontak Hedya di contacs nya untuk melancarkan aksinya itu loh. Tapi tak kunjung ditemukan. Sedetik kemudian, dia baru sadar, dia kan belum punya nomornya Hedya.

Sean: Woi, nyuk.

Brian: Ape lu? Ada maunya kan pasti?

Sean: hehe. Tau aje. Minta nmrnya Hedya dong.

Brian: nmr ape? Nmr absen?

Sean: *palmface* Pea, ya nmr telpnya lah. Duh elah, pea.

Brian: Oh. Bentar.

Brian: Nih. 08XXXXXX9856

Sean: Oke. Makasih.

Begitu dapat nomor Hedya, Sean langsung menelepon nomor itu.

"Halo?" Suaranya seperti orang ngantuk. Memang sih, tadi Hedya langsung pulang pas udah selesai eskul. Sean masih main volly dulu tadi bareng Brian sama Ion.

Dengan senyum mengembang, Sean membalas juga. "Halo, kakak."

"Siapa nih?" Sepertinya Hedya mulai sadar. Dia mulai menyadari kalau ini bukan nomor yang dia kenal.

"Tebak coba."

"Idih bodo. Gak penting juga. Udah ah, ganggu tidur aje."

"Ehhh. Hed, Hed. Jangan dimatiin dong. Susah nih dapet nomor lu," kata Sean mendramatisir.

Kali-kali mendramatisir gapapa kali ya, batinnya.

"Duh elah. Ini siapa sih? Gue mau tidur. Ngantuk. Siapa sih?"

"Cowok lu. Eh, engga deh, calon cowok lu."

"Heh! Gak usah ngaku-ngaku deh. Gue kenal aja kagak. Siapa sih nih?"

"Buset dah. Galak amat lu jadi cewek. Iya-iya. Ini Sean."

"Hah? Sean? Sean siapa?"

Sean mendengus kesal. "Sean, kapten basket di sekolah Mega Angkasa, yang paling ganteng."

"Oh. Si ketua songong. Bodo deh. Gue mau tidur, bubay."

"Eh. Jangan dit--ye elah nih cewek, main dimatiin aje."

Sean melempar hapenya ke sofa yang ada di pojok dinding. "Susah banget ya deketin Hedya. Biasanya mah cewek yang pada datengin gue, lah ini, malah gue yang harus ngejer-ngejer."

Sean mengacak rambutnya kesal dan memilih untuk tidur.

#SEVENTEEN#

Hedya POV.

Ganggu orang tidur aja dah. Tidur cantik gue kan jadi keganggu. Dasar ketua nyebelin.

"Hed." Gue menoleh keasal suara dan menaikkan kedua alis gue.

Orang itu berjalan masuk tampa seijin gue. "Makasih tadi udah nolongin gue. Bagus lu masih inget kalo gue gak suka makan bakso." Yaelah itu doang? Gampang kali. Ini anak gak selo ama gue.

Gue mengangguk. "Iye. Selo aja ama gue mah. Kayak gak tau gue aje," kata gue sambil terkekeh.

"Tapi, lu gak apa-apa makan tuh bakso? Itu kan cabenya banyak. Lu gak boleh makam cabe, kan?"

Iya. Gak boleh dan dengan sok jagoannya gue tadi langsung melahap habis tuh bakso. Kebiasaan lu ye emang, Hed.

Gue cuma nyengir doang kearah Thio. "Selo. Gak apa-apa kok gue. Tadi sakit sih pas di sekolah cuma udah minum obat terus istirahat. Jadi tenang aja."

Kenapa? Thio? Kenapa Thio di rumah gue? Oh, itu karena dia adik sepupu gue. Jadi, harusnya Thio itu masih SMP. Beda 2 tahun sama gue. Harusnya dia SMP kelas 8. Tapi, karena dia pintar, dia masuk kelas akselerasi. Jadi seangkatan deh.

"Hed. Woi, Hed!" Thio menggoyangkan tangannya didepan mata gue, membuat gue kembali tersadar.

"Hah? Apa? Hehe. Maap ngelamun."

Thio menggelengkan kepalanya. "Eh, gimana? Udah dapet belom cowok yang bisa ngelakuin ke-17 hal yang ada wishlist lu? Januari lu ultah ke 17 kan?"

Iya, gue ada wishlist yang gue impikan bisa terwujud sebelum gue berumur 17 tahun. Gue udah nunggu 10 bulan, tapi, gue selalu ngejauh kalo dideketin.

Gue menggeleng. "Gak penting juga."

"Yakin?" Gue mengangguk lesu. Padahal gue berharap bisa terwujud.

"Udah sana keluar. Gue mau tidur. Ngantuk tau gak." Gue mendorong Thio keluar dari kamar gue.

Thio terkekeh. "Iya-iya. Yaude. Makasih tadi." Gue mengangguk.

Ah, kalo inget yang gue makan bakso super pedes tadi, gue jadi inget kejadian di uks. Kok Sean baik ya?

Apa dia suka sama gue? Cie banget suka sama gue.

Eh? Gue menggeleng kuat, mengusir pikiran mustahil itu. Yakali dia suka sama gue. Gak mungkin banget. Aduh, Hedya. Fokus dong.

Jangan kemakan sama perbuatan baik orang. Yaampun.

Gue menggelengkan kepala gue lagi dan memilih buat tidur. Siapa tau bangun-bangun ketemu pangeran ganteng.

#SEVENTEEN#

Ini kok berasa kayak ada yang goyangin kasur gue ya? Berasa gimana gitu. Jangan-jangan ..

"Huahhhh! Gempa bumi!" Gue langsung bgacir ke kolong meja buat berlindung. Tau kan? Kalo gempa bumi berlindung di bawah meja.

Lalu terdengar ada suara orang ketawa dan langkah yang mendekat ke gue. "Woi. Gempa bumi pala lu peyang. Itu gue tadi yang bangunin elu. Makanya tidur jangan kayak kebo. Sini keluar." Kampret. Jadi tadi si Kak Nevan yang goyangin badan gue. Gue kira gempa bumi. Punya kakak kok kampret ya.

Gue keluar dari kolong meja dan memukul-mukul pundak kakak gue. "Kak. Lu mah iseng bet dah. Demen banget sih lu isengin gue. Ada apaan sih? Lagi tidur enak-enak juga, ketemu sama pangeran ganteng. Lah ini, malah keganti sama wajah kodok bopengan."

"Kan gue pangeran kodok, dek," jawabnya sambil menaik turunkan kedua alisnya. Idih pede banget nih orang.

"Terserah dah. Emang kenapa sih? Rusuh banget." Kedua tangan gue bersidekap di depan dada.

"Jalan, yuk. Temenin gue sama cewek gue jalan."

Heh? Asem nih orang.

Gue menggeleng keras. "Ogah. Entar gue jadi nyamuk lagi diantara lu sama Kak Yura. Gak-gak. Gak mau gue. Mendingan gue tidur." Gue berjalan kearah kasur gue, beranjak buat tidur. Gila aja kali temenin mereka jalan, yang ada gue jadi nyamuk entar.

"Yah, padahal nanti gue mau beliin lu eskrim mocca satu kotak, eskrim chocochip satu kotak sama novelnya author yang lu suka itu."

Tep!

Langkah gue berhenti begitu mendengar kata-kata Kak Nevan. Yaelah, itu kan gue lagi nabung buat beli tuh buku. Suka banget soalnya. Dengan pelan gue berjalan mundur. "Beneran lu?" tanya gue. Kak Nevan mengangguk.

"Iya. Tapi gak jadi deh. Kan elu gak mau temenin." Kak Nevan berjalan kearah pintu dan berhenti saat gue menahan pundaknya.

"Eh. Iya-iya. Gue temenin. Tapi serius ya?" Gue memasang wajah puppy eyes gue. Kak Nevan mengangguk dan mengacak rambut gue.

"Dasar anak kecil. Udah sono mandi."
"Iya-iya. Sono lu keluar."

Gak perlu waktu lama buat mandi. Rambut gue, cuma gue kepang dibagian kiri dan kanan samping poni dan bagian bawahnya sedikit bergelombang karena tadi habis gue cepol. Poni ratanya gue sisir rapi.

Untuk pakaian, gue memakai sweater warna abu-abu dan celana pendek warna putih. Dan gue siap buat cao.

Gue menyampirnya tas kecil merah gue ke bahu gue dan turun menemui Kak Nevan.

"Hai, Kak Yura," salam gue. Gue itu deket sama Kak Yura. Kak Yura itu baik banget orangnya. Awas aja sampe Kak Nevan nyakitin Kak Yura.
"Ayo jalan." Gue mengangguk patuh dan masuk kedalam mobil.

...

Ini dua orang daritadi mesra-mesraan mulu. Gue mah ditinggal di belakang sendirian. Kayak jones aje. Hedya, Hedya. Kebiasaan sih. Diiming-imingin eskrim sama novel aja langsung nurut. Abis mau gimana? Mumpung novel gratis, kan?
Gue mengaduk-aduk ice chocolate gue dengan penuh dendam sama Kak Nevan(?) Engga lah. Gue aduk biasa kok.

Ah elah. Bosen gue. Laper lagi gue. "Kak. Laper nih gue. Makan yuk," rengek gue.

"Apaan sih. Baru juga makan 1 jam yang lalu. Mas-"

Kak Yura menggaet tanganku tiba-tiba dan berkata lembut. "Ayo kita makan." Yey. Gue menang. Gue memeletkan lidah gue kearah Kak Nevan dan dihadiahi wajah cemberut Kak Nevan dan kepalan tangannya.

Haha. Siapa suruh ngelawan Hedya.

##

Author POV.

Sean sibuk membalas ask.fm dari para penggemarnya. Sampe-sampe Brian dan Ion ngomong pun dia gak nanggepin.

"Eh eh. Itu Hedya. Sama siapa tuh?" kata Ion sambil menoel Brian. Brian juga ikutan melihat kearah yang Ion tunjuk tadi.

"Eh iya, itu Hedya. Tapi dia sama siapa? Oh iya. Itu kan Kak Nevan. Kakaknya Hedya, dodol."

"Sean. Sean. Lu gak mau ngelancarin aksi lu? Mumpung ada Hedya tuh disana," kata Ion. Ya, Ion pun juga sudah tau tentang taruhan Sean dan Farel. Berbeda dengan Brian yang melarang Sean taruhan, Ion malah sebodo amat.

Sean menoleh dan mendapati Hedya yang duduk gak jauh dari sana. "Oh iye. Gue duluan ye. Mau ngelancarin aksi gue."

Brian dan Ion mengangguk. Brian memilih buat bertingkah sama kayak Ion saja.

Sean berjalan ke meja makan Hedya, Nevan dan Yura, dan duduk di samping Hedya. "Hai, Hedya."

Hedya mendengus mendapati Sean yang duduk di sebelahnya. "Mau ngapain lu? Lu ngintilin gue ya?" Sean terkekeh dan menggeleng.

"Ngapain gue ngintilin elu. Cie jadi nyamuk ya? Kesian amat. Sini deh sama gue, biar gak jones gitu." Hedya melotot mendengar kata-kata Sean.

"Jibang banget lu. Udah sono lu pergi. Ganggu aje." Hedya mendorong-dorong tubuh Sean, tapi seperti batu, Sean tidak berpindah sedikitpun.

"Cie. Dek, ini pacar lu?"

Hedya kembali melotot ke kakaknya dan menujuk Sean dan dirinya bergantian."Dia? Pacar gue? Yang bener aja." Hedya melahap makanannya dengan cepat. Ia hanya ingin keluar dari tempat ini cepat-cepat.

Yura juga terkekeh. "Ngaku aja kali, Hed. Gak jelek kok dia. Kalian juga cocok." Oh, Kak Yura. Lu salah besar ngomong gitu ke dia. Entar dia gede kepala.

Sean tertawa kecil. "Tuh, kan. Kita cocok, Hed." Hedya mendengus lagi dan berdiri. Males banget deket-deket Sean.

"Kak. Gue udah kenyang. Pulang, yuk." Tanpa menunggu Nevan dan Yura, Hedya langsung pergi gitu aja. Nevan dan Yura tersenyum pada Sean sebentar dan menyusul Hedya. "Dek. Tungguin."

Sean terkekeh melihat itu semua. Dan matanya terkunci pada benda berbentuk kotak persegi panjang warna putih dengan lambang apel yang sudah digigit dengan case yang bertuliskan Hedya.

Sean mengambil iPhone tersdbut dan berniat untuk mengembalikkannya. Tapi Hedya, Nevan dan Yura keburu menghilang.

Kepo, Sean melihat wallpaper lockscreen nya Hedya. Tidak ada apa-apa. Lalu dia mencoba membuka locknya, dan untungnya tidak dikunci. Iseng-iseng, dia liat gallery. Banyak foto-foto selfie.

Tapi ada satu foto yang menarik perhatian Sean. Disana terdapat foto satu karton warna biru langit dan tulisan yang ukurannya lebih besar dari tulisan yang dibawahnya.

Wishlist

Sean mengernyitkan dahinya. "Wishlist?" Lalu ia mulai membaca yang dibawah-bawahnya. Mulai dari nomor satu sampe tujuhbelas. Dan dibagian bawahnya tertulis dengan capslock.

SEMOGA BISA TERKABUL SEBELUM ULTAH GUE YANG KE-17 NANTI. AMIN.

Sean tersenyum. Sepertinya dia dapat ide untuk menarik hatinya Hedya. "Gue bakal menang, Farel."

19 Juni 2016

Sekalian update gitu loh wkwk

Makasih yang sudah bersedia buat baca. Makasih loh. Eits, tapi jangan lupa buat vommentnya ya.

Inget! VOMMENT! *maksa aje author*

Oke-oke maapkan kalo gue maksa wkwk

Sekian deh ya. Jangan panjang-panjang.

Goodbye semua,

Muah muah :*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro