DIA ADIK KANDUNGKU
Part 11
"Ketika masalah dalam kehidupan datang silih berganti bisa jadi itu adalah ujian, musibah atau azab bagi kita.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pastinya tak akan terlepas dari ujian yang diberikan oleh Allah Ta'ala.Ujian itu tidak hanya kesusahan, kesempitan, tetapi juga ujian itu berupa kebahagiaan dan kelebihan rezeki.
Seperti Firman Allah SWT didalam Alqur'an surat Muhammad ayat 31 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu“.
Jadi Allah tidak akan melepaskan manusia itu dari ujiannya, agar dapat diketahui mana orang-orang yang bersabar atau tidak bersabar.
Setiap Allah SWT menguji hamba-Nya tentunya sesuai dengan tingkat kemampuannya, dan tak lebih berat dari itu.
Jika ia berhasil melewati ujian tersebut, maka ia akan dipilih oleh Allah karena termasuk kedalam golongan orang-orang yang ikhlas dan sabar.
Selanjutnya adalah musibah. Dalam Islam, musibah itu tidak selamanya dapat diartikan sebagai bentuk murka Allah kepada manusia. Musibah itu sendiri bisa berupa kesusahan, kesulitan maupun kesedihan karena mendapat sesuatu yang tidak disukai ataupun tidak diinginkan.
Tidak seperti Ujian yang selain kesusahan dan kesulitan, juga bisa berupa kesenangan dan kebahagiaan.
Allah berfirman dalan Alqur'an surat Asy Syura ayat 30 yang artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)"
Sama seperti Ujian, tidaklah Allah ta'ala memberikan musibah kepada setiap hambanya melainkan agar manusia itu sendiri dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Yang terakhir adalah azab. Azab merupakan siksaan yang dihadapi manusia sebagai akibat dari perbuatan atau kesalahan yang pernah ia perbuat.
Azab itu sendiri berupa kepedihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang kafir dan orang yang selalu menentang-Nya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Allah juga berfirman didalam Alqur'an surat As Sajaddah ayat 21 yang artinya: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Abu Ahmad mengisi kajian ba'da shubuh dimushalla pesantren. Isi materi yang Abu Ahmad sampaikan sepertinya memang dikhususkan untuk Fahmi.
Fahmi menunduk, terpekur ke lantai. Flash back masa lalu kembali mengisi memorinya. Kehidupan dengan istrinya, sebelum Fina datang dan merusak semuanya.
"Jam berapa kita berangkat"
Abu Ahmad mengagetkan Fahmi. Ternyata dia melamun tadi sewaktu mendengar kajian, buktinya dia tidak tau kalau Abu Ahnad sudah mengucapkan salam tanda kajian sudah selesai.
"Eh, Abu, Mmm.. Bagaimana baiknya sama Abu dan Ummah saja, tapi lebih cepat lebih baik"
"Kalau begitu, ayo kita sarapan, setelah itu kita langsung bersiap-siap"
"Baik Abu. Tapi jika bisa, aku tidak mau Fina ikut bersama kita"
"Kenapa Nak? Apakah masih ada dendam dihatimu?"
" Ya Abu."
Abu tersenyum dan menarik nafas panjang. Dia bisa merasakan rasa kesal didalam diri Fahmi. Bersebab Fina yang padahal adalah adik iparnya sendiri, tapi tega merusak bahkan nyaris menghancurkan rumah tangga mereka.
Akan tetapi Abu Ahmad tidak membiarkan rasa itu berakar kuat dihati Fahmi. Dia tidak ingin anak angkatnya tersebut menjadi pendendam.
"Anakku, mari kita duduk dibawah pohon sana, sebentar saja kita bermuhasabah diri, sebelum kita sarapan pagi."
Abu Ahmad menunjuk sebuah pohon rindang didekat sebuah lapangan basket. Pesantren tersebut memang memiliki fasilitas olahraga, walaupun tidak komplit tetapi para santri sudah cukup senang dan betah berada disana.
"Begini Nak, apa kau merasa bahagia berada disini? Bersama Abu dan Ummah, juga puluhan santri yang lain?"
"Sangat bahagia Abu."
"Apa kau juga bahagia bisa mempelajari ilmu agama disini?"
"Alhamdulillah sangat bahagia Abu."
"Apa kau merasa jika kehidupanmu yang sekarang jauh lebik baik dari yang dulu?"
"Tentu Abu"
"Apa kau merasa jika dirimu yang sekarang tidak pernah lagi melalaikan bahkan meninggalkan perintah Allah?"
"Ya Abu, aku jauh lebih baik sekarang"
"Dan karena apa kau berada disini dan bisa mengenal kami dengan sangat baik?"
"Karena Abu, Ummah dan Bang Akmal menolong saya sewaktu kecelakaan 1 tahun yang lalu"
"Apa penyebab kau mengalami kecelakaan?"
"Karena mencari Afni, istriku"
"Apa yang menyebabkan istrimu pergi?"
"Karena fitnah yang membuat rumahtangga kami berantakan"
"Siapa yang membuat fitnah tersebut?"
"Fina"
"Naahh, jadi siapa orang yang paling berjasa yang telah membuatmu berada disini, sehingga merubah pribadimu menjadi jauh lebih baik?"
"Fina"
Fahmi kelihatan bingung dan Abu tak henti-henti menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Oleh karena itu anakku, Allah memberikan musibah kepada kita, bukan hanya sekedar musibah, Allah memberi ujian bukan hanya sekedar ujian, tetapi selalu ada ibrah didalamnya. Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari permasalahan-permasalahan yang muncul, bagaimana kita menyikapinya. Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hamba itu sendiri.
Masalah yang kalian hadapi dulu, serasa begitu sulit, bukan. Tapi coba lihat proses yang kalian hadapi tahap demi tahap. Perbaikan diri, berusaha menjadi lebik baik. Seandainya masalah itu dulu tidak pernah muncul, apa kamu bisa seperti sekarang ini? Dan Fina, jika tidak karena masalah ini, apa kamu yakin dia akan menjadi Fina yang kau lihat kemarin? Jawaban ada dibenakmu, Fahmi. Jadi berterimakasihlah kepada Fina, bukan aku menyetujui sikap dan sifat dia terdahulu, tapi berterimakasih karena sudah menjadi perantara agar dirimu ini menjadi dekat kepada Allah"
Kepala Fahmi berdenyut. Antara pusing dan bingung menjadi satu. Bisakah ia memaafkan Fina setelah mengingat semua yang telah diperbuatnya.
***
"Bu, minggu depan ada yang mau silaturrahim kesini"
"Siapa nak?"
"Pak Fandi Bu"
"Apa dia benar-benar serius Afni? Status mu masih istri orang, Fahmi tidak menceraikanmu."
"Apa bisa aku mengajukan fasakh bu?"
"Apa karena kau ingin menikah dengan Fandi?"
"Tidak, bukan karena itu. Sampai saat ini belum ada laki-laki lain yang bisa membuat aku jatuh cinta. Tapi apa lagi yang perlu ku pertahankan, jika dia sudah menjadi milik orang lain."
"Tapi ibu tidak yakin jika Fahmi dan Fina menikah"
"Ntah lah, Bu. Sudah 1 tahun aku dan Bang Fahmi tidak berkabar."
"Karena kita menghilang dan kau mengganti nomor ponselmu"
"Aku sengaja, Bu"
"Jadi bukan salah Fahmi jika dia tidak mencari kita"
"Ibu membela Bang Fahmi?"
"Ibu tidak membela, hanya saja ibu melihat kebenaran dimata Fahmi, dia itu suami yang baik"
"Sudahlah bu, semua sudah berlalu"
"Jika memang keputusanmu sudah bulat, coba konsultasi ke KUA, bagaimana prosedur untuk mengajukan fasakh"
"Baik bu. Besok aku akan kesana, setelah dari kantor."
Tekad ku sudah bulat ingin memfasakh suamiku. Waktu 1 tahun ku kira sudah cukup. Aku menanti lama bukan karena berharap dia akan kembali. Karena aku memang sudah mengikhlaskan walau sakit untuk dilupakan. Apakah aku pendendam? Tidak. Melainkan aku mengajarkan suamiku untuk bertanggung jawab walau aku harus merelakan rumahtangga kami berantakan. Fina tetap adikku, walau seperti apapun yang telah terjadi, takkan putus darah dicincang.
Menurutku, keputusan 1 tahun yang lalu sudah tepat. Jangan memintaku untuk bertahan karena jika dengan melepaskan aku akan mendapatkan kebahagiaan. Bukan dengan cara berpura-pura bahagia bersamanya.
***
"Fahmi, sudah siap? Ayo kita berangkat. Akmal telah mendapatkan alamat istrimu." Abu Ahmad mengetuk pintu kamar Fahmi.
Tak lama berselang, Fahmi sudah berdiri didepan pintu, menyunggingkan senyum kepada Abu Ahmad.
"Nah, kalau senyum begitu kamu kan makin ganteng, Nak, hahaha"
Mereka tertawa bersama.
Ketika ingin masuk kedalam mobil, Fahmi melirik kearah Fina yang duduk disamping Ummah, tapi Fina tak melihat kearah Fahmi, dia menatap keluar kaca mobil. Mereka duduk dibangku belakang. Sedangkan aku dan Abu duduk dibangku depan.
"Kita membutuhkan waktu 10 jam untuk tiba ke tempat istrimu di Banda Aceh."
"Baik Abu."
"Fina, Fahmi berdoalah agar Allah selalu meridhai usaha kita"
"Baik Abu"
Fahmi dan Fina menjawab hampir beriringan.
"Bismillahirrahmaanirrahiim"
Abu menjalankan mobil keluar dari perkarangan pesantren. Tujuan mereka adalah Banda Aceh. Ingin menyatukan kembali dua kekasih halal yang telah lama terpisah karena fitnah.
***
Bersambung
Bagaimana kelanjutannya..
Maukah Afni menerima Fahmi kembali pulang?
Bagaimana dengan rencana pernikahan Fina dengan Anhar, anak Abu dan Ummah?
Stay tune ya, jangan ketinggalan part terakhir.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro