DIA ADIK KANDUNGKU
Part 6
Mobil milik Fahmi memasuki halaman sebuah hotel, dia mengarahkan mobilnya menuju parkiran, setelah memarkirkan mobil, dia membukakan pintu untuk wanita yang duduk disebelahnya.
"Turunlah Fina"
Fahmi memalingkan wajahnya tak ingin melihat mata Fina yang tak henti terus menatapnya. Hujan tak kunjung reda, udara dingin membungkus malam. Menusuk hingga ke sum sum tulang. Ahh.. Fahmi teringat istrinya dirumah.
Fina terlihat menggigil dalam busana yang masih basah. Fahmi hanya melirik sekilas dan berlalu mendahului Fina menuju resepsionis. Setelah memesan 1 kamar dan melunasi semua urusan administrasinya, Fahmi mendekati Fina yang duduk dikursi tunggu.
"Kamu kelihatan pucat, ayo ikut aku, kita kekamar. Ganti pakaianmu itu."
"Tapi aku tidak membawa pakaian ganti."
Fina senang bukan main karena menurutnya Fahmi akan menghabiskan malam ini bersamanya.
'Buktinya dia hanya memesankan 1 kamar, artinya kami akan berada didalam 1 ruangan hanya berdua' gumam Fina senang.
"Ayo aku antarkan kamu kekamar terlebih dahulu, etelah itu aku akan mencari baju ganti untukmu."
"Aku ikut saja"
"Tidak, kamu tunggu disini saja"
Fahmi pun mengantarkan Fina kekamar yang telah dipesan tadi, kemudian dia turun ke parkiran, tujuannya adalah mall untuk membeli baju Fina.
"Kenapa dia begitu nekat, sebesar itukah cintanya kepadaku" Fahmi bergumam sendiri.
"Tidak mungkin aku membawanya kerumah, Afni pasti akan berprasangka buruk, padahal kemarin dia bilang akan melupakanku, apa itu hanya akal-akalan Fina saja, ah." Fahmi memukul setir, dia bimbang, punya adik ipar apa serumit itu.
***
Setelah mendapatkan apa yang dicari, 2 stel baju tidur dan 1 stel baju formal ~pasti baju yang basah tadi tidak akan kering besok pagi jadi sekalian Fahmi membelikan pakaian untuk dia berangkat pulang besok~ Fahmi juga tak lupa mencari makanan. Fina pasti lapar, fikirnya. Akhirnya Fahmi kembali menuju hotel, dia melirik arloji yang melingkar di lengan kirinya, sudah pukul sebelas malam.
"Afni pasti sangat mengkhawatirkanku." desisnya.
Setiba dihotel, Fahmi menuju kamar dan mengetuk pintu, tidak ada jawaban, dia mencoba menekan panel pintu dan benar saja pintu tidak terkunci. Ternyata Fina ada disitu, dia hanya berdiri dan tersenyum penuh arti melihat Fahmi. Tersimpan sebuah rencana busuk didalam otaknya
Tidak! Fina sedang menguji kesetiaan dan keimanan Fahmi. Dia hanya menggunakan handuk hotel untuk menutupi tubuhnya.
Fahmi pun segera melemparkan pakaian yang dia beli tadi ke arah Fina.
"Cepat, pakai pakaianmu!"
Nafas Fahmi memburu. Dia sedang berjuang menjaga kesetiaannya untuk istrinya. Kucing mana yang sanggup menahan jika didepannya disuguhkan seekor ikan segar.
"Kamu takut sama Kak Afni?" Tutur Fina malah mendekat.
"Pakai saja pakaianmu!"
"Maafkan aku, Bang. Aku mencintaimu, apapun caranya akan kulakukan untuk mendapatkanmu. Walau aku harus menjadi murahan dimatamu, aku hanya ingin bersamamu."
"Jangan gila kamu Fina, kemarin didepan Afni kamu bilang sudah insaf, tapi sekarang kembali berulah"
"Aku akan insaf setelah memilikimu"
Jarak mereka hanya beberapa langkah lagi. Dan Fina berusaha untuk terus mendekat.
"Jangan mendekat, Fina. Jangan biarkan aku menyakitimu"
"Hahaha, aku terima, asalkan aku bersamamu"
Fina tak menggubris ancaman Fahmi, dia terus mendekat bahkan berusaha untuk menyentuh pipi Fahmi.
"Fina, masih banyak lelaki yang menginginkanmu. Jangan jebak dirimu seperti ini. Ingatlah kakakmu, ingatlah ibu." Fahmi melunak.
Fina tiba-tiba berhenti dan menangis. Dia menutup kedua mukanya dengan telapak tangan.
"Ma ma afkan aku Ibu, ma afkan aku. Aku ha nya mencintai o rang yang be rada di depanku saat ini, bu bu kan orang lain."
Fina semakin tersedu. Hati Fahmi tersentuh melihatnya. Dia meraih baju yang tadi dilemparkan dan menyerahkan ke Fina.
"Pakailah"
***
Fina keluar dari kamar mandi, dia sudah berpakaian lengkap. Fahmi nampak duduk dikursi yang ada dikamar hotel tersebut.
"Aku akan pulang, Afni pasti cemas menungguku dari tadi, kamu disini saja dulu, besok segeralah pulang kerumah. Ibu pasti mengkhawatirkanmu."
Setelah berkata-kata Fahmi beranjak hendak keluar dari kamar. Tapi Fina menahannya. Dia menggenggam tangan Fahmi, wajah nya terlihat sendu. Akting yang cukup bagus agar Fahmi trenyuh.
"Tidak adakah secuil cintamu untukku? Sudah sejauh ini aku berjuang untuk mendapatkanmu, tapi apa balasan yang kau berikan?"
"Fina!"
"Aku tak akan melepaskanmu Fahmi, sampai kapanpun!"
"Sadarlah Fina, aku ini abang iparmu. Aku suami kakak mu, Afni. Balasan seperti apa yang kau inginkan, mencintaimu? Hah? Tidak mungkin, aku tidak akan menduakan Afni. Aku mencintainya dulu, sekarang dan sampai kapanpun. Hanya maut yang akan memisahkan kami. Cam kan itu!"
Fahmi terlihat gusar, emosinya memuncak, ditambah hasrat batiniah yang belum tersalurkan, membuat dia kacau. Tapi dia masih bisa berfikir jernih. Fina hampir saja membutakannya, jika saja dia tidak bisa mengontrol diri, sudah habis Fina diterkamnya malam ini.
Fahmi menghempaskan tangan Fina, melepaskan genggamannya, hanya sekali hentakan maka terlepaslah tangan Fina dari lengan Fahmi. Fahmi segera membuka pintu, sebelum pikirannya berubah 180 derajat. Lama-lama berada disitu membuat Fahmi hoyong, imannya benar-benar teruji oleh adik iparnya sendiri.
Fina membanting pintu kamar, sia-sia saja usahanya malam ini, berbasah-basah dalam derasnya hujan, kedinginan di twrpa.angin malam, tak peduli badai bahkan petir sekalipun. Berjam-berjam dia menanti Fahmi keluar dari kantor, tapi apa yang dia dapatkan, hanya sebuah penolakan. Sikap Fahmi tadi membuat Fina semakin agresif, dia telah merencanakan ide yang lain.
"Awas kau Fahmi, kau bukanlah abang iparku, tapi kau adalah calon suamiku."
Fina mengintip dari jendela kamar hotel, melihat Fahmi sudah mengeluarkan mobilnya dari parkiran.
"Aku akan membuat rencana yang lebih besar, tunggu saja. Aku sudah jatuh cinta kepadamu, jadi jangan halangi aku untuk menggapai cintaku, siapapun yang menghalangi akan menjadi musuhku, termasuk ibu dan juga istrimu, kakakku."
Fina sangat terobsesi dengan pesona Fahmi. 3 minggu tinggal 1 atap membuat Fina klepek-klepek tak tentu arah. Dia seperti hilang kesadaran dan harus melawan kakak kandungnya sendiri untuk mendapatkan Fahmi.
Memang jika cinta sudah bertindak, semua jadi gelap gulita. Orang baik bisa menjadi jahat, orang takwa bisa menjadi bejat, hanya iman yang senenar-benarnya imanlah yang bisa menghalau segala tipu daya setan, yang bisa menjernihkan hati dan pikiran.
***
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro