Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Jalan-jalan

Setelah syuting by bellassson

Chapter 3: Jalan-jalan

Pair: Tian Xuning x Chang Huasen (#xuxurusen #xxrs)

Saya tidak mendapat keuntungan apapun dengan menulis fanfiksi ini, murni hanya untuk asupan semata.

Segala hal yang ada disini mungkin tidak sesuai dan melenceng dengan kenyataan untuk kepentingan cerita dan semata hanya imajinasi penulis. Kemungkinan out of character dengan banyak gula. Belum sanggup bikin mereka angst karena beefleaf udah angst.

Selamat membaca.

***

"Xuning, ayo latihan bareng!" usai makan malam Huasen menghampiri kamar Xuning membawa naskah drama Eternal Faith. Setiap malam mereka selalu menyempatkan berlatih bersama karena mereka berdua kebagian peran sebagai partner jadi pasti banyak dialog bersama.

Besok adalah adegan dimana mereka berdua pergi ke Ghost City bersama dengan Xie Lian. Karena saat ini pemain Xie Lian, Zhai Xiao Wen sedang tidak bisa diajak latihan jadi mereka berlatih berdua saja.

Huasen membaca salah satu dialog, mencoba dengan intonasi dan ekspresi. Sesekali ia berdiri dan berjalan seolah kamera sedang mengawasinya. Tak lupa dengan kipas di tangan agar lebih menjiwai sebagai Wind Master meskipun tidak sedang memakai kostum dan wig.

Di sisi lain, Xuning yang kebagian peran sebagai Hexuan tidak sebanyak ekspresi milik Huasen sebagai Shi Qingxuan. Tapi bagi yang tidak terbiasa dengan karakter pendiam dan misterius seperti Hexuan, Xuning harus bisa mengekspresikannya kepada penonton.

"Duh kok kayaknya bagian ini ada yang kurang, deh." ucap Huasen menunjuk salah satu dialog.

"Coba ulangi lagi!" perintah Xuning. Huasen mengucapkannya lagi sesuai intonasi sebelumnya.

"Gimana?" tanya Huasen menanti komentar dari Xuning.

Xuning bergumam lama membuat Huasen tak sabar hingga menggerakkan kakinya. "Coba ulangi trus bagian ini agak dinaikan." ujar Xuning menunjuk ke salah satu kata.

"Oke, aku coba." Huasen menghirup napas panjang kemudian dilepaskan. Ia melafalkan kembali dialog yang sebelumnya dengan intonasi yang diarahkan oleh Xuning.

Huasen selesai, menatap Xuning dengan was-was untuk memberikan komentar. Xuning kembali bergumam kali ini sambil memegang dagu. "Masih kurang, tapi apa ya?"

"Arrghh!" Huasen membaringkan diri di kasur empuk membuat kasur itu sedikit bergoyang naik-turun. Xuning duduk di samping Huasen yang terbaring. "Aku istirahatin otak dulu." gumam Huasen.

Xuning mengambil ponsel yang sedari tadi di dalam tas. Jam menunjukkan pukul 1 malam. "Udah satu setengah jam kita latihan."

"Ha~~" Huasen bergumam tak jelas, "pantas saja otakku rasanya mau meledak."

"Mau jalan-jalan dulu?" ajak Xuning. Huasen menoleh tanpa mengubah posisi.

"Kemana? Lagian banyak fans di luar." Ia kembali menatap langit-langit kamar hotel kemudian memejamkan mata.

"Jalan-jalan aja cari angin. Lagian udah biasa kan kita dikerubungi fans tiap berangkat sama pulang. Bahkan pas syuting banyak yang ngintip." kata Xuning. Huasen menimbang-nimbang sebentar ajakan Xuning.

Sejak mereka syuting, kesehariannya hanya bangun, make up, berangkat ke lokasi syuting, syuting sampai malam, pulang, latihan sebentar, tidur. Begitu seterusnya, hingga tak pernah terpikir untuk berjalan-jalan ke sekitar penginapan.

Meskipun terbesit keinginan untuk berjalan-jalan keluar, selalu terhalang oleh fans yang menanti di luar. Bukannya apa-apa, kadang artis juga butuh sedikit privasi. Tapi di sisi lain, memang resiko masuk ke dunia entertainment. Momen mereka berdua selalu menjadi incaran para fans. Apalagi drama yang sedang dikerjakan merupakan adaptasi dari sebuah novel yang kebanyakan targetnya adalah perempuan yang haus akan interaksi ambigu antar pria.

Para artis yang bersangkutan hanya meminimalisir hal negatif di masa mendatang.

"Gimana? Mau ga?" tanya Xuning setelah sekian lama Huasen menimbang-nimbang. "Lagian lumayan kan buat naikin pamor xuxurusen."

"Xuxurusen?" tanya Huasen menoleh ke arah Xuning.

"Nama CP-nya kita." Jawab Xuning.

"Kok bisa?" Huasen tertarik dengan asal-usul nama yang dibuat dengan perpaduan namanya dan Xuning, posisinya sudah berubah dari berbaring ke duduk. Xuning menaikkan bahu seraya menjawab, "Mana kutahu."

"Ih, kau ini ya, pelit."

"Jadi gimana? Mau keluar sebentar ga?"

"Yaudah deh, aku ambil topi sama masker dulu." Huasen akhirnya bangkit dan menuju kamar di sebelah kamar Xuning. Xuning segera mengingatkan, "Jangan lupa bawa uang sekalian."

Huasen yang sedang memegang kenop pintu menoleh ke Xuning yang sedang memakai topi. "Buat apa?"

"Kali aja kamu mau jajan es krim."

"Ih, tau aja sih." Huasen segera membuka pintu dan bergegas ke kamar. Xuning lebih dulu keluar kamar dengan mengenakan topi, masker dan kacamata. Menunggu Huasen di depan kamar.

Kadang percuma juga mereka menutup wajah dengan topi dan masker, toh fans akhirnya sadar kalau itu mereka. Jaga-jaga saja agar ekspresi dan pembicaraan mereka tidak terekam kamera.

Pintu kamar Huasen terbuka. Huasen sudah memakai jaket, topi dan masker, hanya saja tidak memakai kacamata seperti Xuning. Sebelumnya mereka sudah minta ijin ke manager dan mendapat peringatan. Tapi tetap saja mereka turun.

Keluar dari lift, benar saja masih ada fans di luar. Apa mereka ikut menginap di hotel ini?

Fans yang awalnya sedang duduk santai dan mengamati hasil jepretan langsung terkejut dan berlari menghampiri Huasen dan Xuning yang tiba-tiba muncul. Beragam pertanyaan datang bertubi-tubi. Huasen dan Xuning hanya menjawab seadanya.

Keluar dari hotel, Xuning menunjuk ke sebelah kiri jalan, menuju minimarket. Malam sudah larut dan juga sepi. Tentu saja karena sudah waktunya orang-orang untuk tidur. Beberapa kedai makanan masih buka, menunggu pelanggan yang masih menyantap makanan.

Tak sampai sepuluh menit mereka berjalan kaki akhirnya sampai di sebuah minimarket 24 jam. Huasen dan Xuning masuk ke dalam. Di belakang segerombol fans masih mengikuti dan menunggu di depan minimarket.

Huasen menuju bagian es krim sementara Xuning menuju bagian minuman. Usai membayar mereka berencana menuju sebuah taman yang beberapa meter setelah minimarket. Sampai di sana, taman begitu sepi dan sedikit remang-remang sedikit mencekam. Huasen yang cukup penakut menolak masuk. Padahal di ujung taman ada sebuah teras yang bisa melihat pemandangan kota dari atas pada malam hari.

Huasen menarik lengan hoodie Xuning untuk menjauhi tempat itu. "Xuning, balik aja, yuk" katanya sambil melirik ke taman dengan takut-takut. Tentu saja momen ini langsung diabadikan oleh banyak kamera.

Mereka memutuskan kembali. Malam itu langit begitu cerah. Mereka tak menyadari karena sepanjang hari hujan. Huasen menunjuk ke arah hamparan langit gelap yang terbuka. "Xuning, lihat! Bulannya terlihat jelas!" Kepalanya menoleh ke arah Xuning yang berada di belakang tanpa menurunkan tangan yang menunjuk ke atas.

Tak disangka Xuning sedang memegang ponsel yang diarahkan ke atas. Memotret pemandangan yang ditunjuk oleh Huasen.

"Eh? Kamu udah motret?" Huasen menghampiri Xuning yang mengecek hasil kamera. Huasen sedikit mengintip ke arah ponsel Xuning.

"Ih, bagus banget." seru Huasen memuji, "kamu motret aku juga?"

Tanpa mereka sadari berpasang mata mengabadikan momen ini dengan menggebu-gebu.

Sadar telah memberi begitu banyak fanservice hari ini, Xuning dan Huasen kembali ke hotel. Es krim dan minuman yang dibeli juga sudah habis. Botol kosong telah dibuang ke tempat sampah.

Mereka kembali melewati rombongan pengikut yang sedang bahagia mendapat banyak gula. Tetap poker face meskipun dalam hati khawatir kalau kejadian barusan tersebar diiringi komentar negatif.

Sampai di hotel, Huasen segera merebahkan diri ke atas kasur empuk, "Hah~~ nyamannya~" gumam Huasen sambil memeluk bantal. Xuning melepas topi, masker dan kacamata.

"Kamu kan punya kamar sendiri." ucap Xuning.

"Gamau, aku mau tidur bareng Xuning..." tak berapa lama terdengar dengkuran halus dari Huasen. Sudah terlelap.

Xuning menautkan alis, heran. "Cepat sekali tidurnya, dasar pelor." gumamnya. Tapi ia berjalan menghampiri Huasen. Membenarkan posisi tidurnya yang terlentang menguasai kasur—Xuning tidur dimana dong?—dan melepas topi dan masker yang masih menempel di wajah Huasen.

"Selamat malam." ucap Xuning sambil mengecup dahi Huasen. Huasen mengerang pelan sebagai respon. Hanya berganti posisi.

Xuning tersenyum, menarik selimut menutupi sebagian tubuh Huasen kemudian membaringkan diri di samping Huasen.

***

Terima kasih sudah membaca

Salam,

Bella

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro