Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Black Water Demon Arc

[Chapter 1 saya edit di beberapa bagian]

Setelah syuting by bellassson

Chapter 1: Black Water Demon Arc

Pair: Tian Xuning x Chang Huasen (#xuxurusen #xxrs)

Terinspirasi dari : https://twitter.com/gongnyeonim/status/1478954078562443265

Saya tidak mendapat keuntungan apapun dengan menulis fanfiksi ini, murni hanya untuk asupan semata.

Segala hal yang ada disini mungkin tidak sesuai dan melenceng dengan kenyataan untuk kepentingan cerita dan semata hanya imajinasi penulis. Kemungkinan out of character dengan banyak gula. Belum sanggup bikin mereka angst karena beefleaf udah angst.

Selamat membaca.

***

Huasen terdiam di depan meja rias. Tak bergerak, hanya menatap meja rias sementara penanggung jawab make up-nya membersihkan bekas sisa bedak di wajah aktor tampan itu. Tak seperti biasanya, Huasen yang ceria menjadi pendiam. Bermain dengan ponsel disela make-up pun tidak. Hari ini tidak ada kebiasaan memamerkan hasil jepretan kepada Xuning. Pandangan matanya kosong. Seolah tak ada jiwa.

Xuning di sebelah sesekali melirik Huasen. Pemuda itu selesai lebih dulu membersihkan make up dan melepas wig panjang yang tergerai seharian selama syuting drama Eternal Faith. Ada hal yang ingin ditanyakan kepada Huasen tapi ia tahan. Bukan waktu yang tepat.

Xuning tak keluar dari ruangan. Ia berdiri di sebelah pintu menunggu Huasen sambil bermain dengan ponselnya. Mengamati beberapa foto Huasen yang diam-diam ia ambil selama proses syuting.

Huasen selesai, setelah melepas wig dan ganti baju ia keluar ruangan tanpa menyadari Xuning menunggu di sebelah pintu. Xuning diam mengikuti Huasen dari belakang.

[https://twitter.com/powieluvr/status/1479255425094615041]

Mobil jemputan sudah menunggu untuk membawa kembali ke hotel. Beberapa fans bergerombol menunggu kedatangan mereka. Xuning dan Huasen sudah biasa dengan kamera selalu menyorot kemanapun mereka pergi. Seakan sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

Huasen menanggapi sorotan kamera seperti biasa. Sesekali tersenyum. Xuning di belakang mengabaikan suara jepretan yang bergulir mengambil wajahnya. Sorot mata Xuning hanya terpaku pada Huasen.

Ia tahu. Xuning yang lebih tahu. Huasen sedang menyembunyikan sesuatu. Meski di depan kamera ia aktor yang luar biasa. Siapa yang akhir-akhir ini lebih sering berada di sisi Huasen? Siapa yang setiap hari mendengar celotehan dari mulut Huasen?

Membicarakan gerakan tarian yang gagal dilakukan. Tak berhenti memamerkan koleksi kamera. Manyun saat digoda dengan mainan ular properti syuting. Menangis diam-diam saat tidak puas dengan pekerjaannya.

Siapa yang akan berada di sisinya?

Xuning masih mengikuti Huasen di belakang. Mereka telah sampai di lantai tempat mereka menginap selama syuting. Kamar mereka terpisah, hanya saja bersebelahan. Saat Huasen membuka pintu kamar, Xuning segera menyelonong masuk tanpa disadari oleh pemiliknya.

"Kamu ngapain?" tanya Huasen akan menutup pintu melihat Xuning sudah berdiri di sampingnya.

"Kamu gapapa, kan?" Xuning balik bertanya. "Kamu ga menyadari aku mengikutimu sejak tadi, bahkan ga mengucapkan selamat malam seperti biasa." Lanjut Xuning.

Huasen menghela napas, memang sulit menyembunyikan perasaan di depan Xuning. Apalagi pemuda macam Huasen yang banyak omong dan penuh ekspresi. Berhasil menipu para fans di luar sana dengan akting 'terlihat baik-baik saja.'

Sayangnya, Huasen tidak bisa menipu di depan Xuning.

Huasen menutup pintu kamar kemudian berjalan masuk dan duduk di pinggiran kasur, "Sejujurnya aku masih sentimental dengan adegan hari ini." ujarnya.

Xuning menyusul duduk di sebelah Huasen, mendengarkan dengan seksama isi hati Huasen.

"Sejak terpilih memerankan Shi Qingxuan, aku membaca novelnya juga mendengarkan audio dramanya. Membaca adegan Shi Qingxuan, Hexuan dan Shi Wudu saja sudah membuatku menangis, bagaimana aku bisa memerankannya nanti."

Huasen diam memberi jeda. Xuning juga tak ada niat untuk menginterupsi atau mengomentari.

"Meski sudah berlatih membaca skrip, tapi berbeda ketika harus memerankannya dengan kostum dan properti. Semalam saat aku tau hari ini akan memerankan adegan Black Water Demon Arc, aku terus kepikiran sampai tak bisa tidur." Huasen terdiam memandang lantai kamar hotel. "Ternyata memang tak bisa. Kenapa nasib Hexuan dan Shi Qingxuan berakhir seperti ini."

Beberapa waktu tak ada lanjutan dari Huasen, Xuning membuka suara.

"It's okay. Artinya kau benar-benar mendalami peranmu saat ini. Kau memang aktor yang hebat." Xuning berusaha menghibur Huasen sambil merangkulnya. Tak tahu apakah kata-kata seperti ini akan menghiburnya atau tidak.

Sejujurnya Xuning tidak tahu harus berbuat apa, karena ia sendiri masih sentimental dengan peran yang dia mainkan, terutama adegan hari ini.

Saat membaca novel dan skrip pertama kali, Xuning dikejutkan dengan fakta masa lalu Hexuan yang berhubungan dengan Shi Qingxuan. Ia juga mendengarkan dengan baik peran Hexuan melalui audio drama, memahani dan mendalami karakternya.

Tak hanya Huasen, Xuning juga menangis saat membaca adegan Black Water Demon Arc. Saat syuting hari ini pun dia sebenarnya ingin menangis. Dibanding Huasen, Xuning lebih bisa menahan emosi. Dalam keseharian Xuning lebih mirip seperti Hexuan yang tidak banyak ekspresi.

"Kau berlebihan, Xuning. Tadi direktur banyak mengkritikku, aku masih harus belajar lagi." Huasen mengerucutkan bibir. "Hari ini pun dia masih membuat kesalahan."

"Kalau begitu, kau akan menjadi aktor yang hebat." ujar Xuning kembali menenangkan Huasen.

Huasen menoleh ke arah Xuning menunjukkan senyum di wajahnya, "Xuning juga aktor yang hebat. Hari ini aktingmu luar biasa. Aku sampai takut lho tadi." Huasen mengingat akting Xuning hari ini seseram Hexuan dalam novel.

Xuning menyunggingkan senyum, "Udah baikan?" tanyanya.

"Lumayan, hehe." Xuning meletakkan tangan di atas kepala Huasen dan mengacak pelan.

"Tapi aku penasaran dengan lanjutan kisah Shi Qingxuan dan Hexuan. Aku ingin mereka bersahabat di kehidupan setelahnya." gumam Huasen.

Tangan Tian Xuning masih mengusap puncak kepala Huasen berhenti, menatap rekan kerjanya kemudian mendorongnya ke kasur.

"Tian Xuning! Kau kenapa sih?" Huasen mengerucukan bibir. Kesal dengan Xuning yang tiba-tiba mendorongnya jatuh. Beruntung mereka jatuh di kasur yang empuk, jadi punggungnya tidak terlalu sakit.

"Meskipun hanya memerankan karakter novel, tapi aku merasa menyatu dengan Hexuan." Huasen tidak jadi kesal akhirnya mendengarkan Xuning berbicara, "Apa kau tidak merasa kalau kita sudah ditakdirkan untuk memerankan Hexuan dan Shi Qingxuan. Walaupun di dalam novel mereka memiliki kisah yang tragis, tapi jangan sampai kisah kita berakhir tragis juga."

"Kenapa imajinasimu menyeramkan, sih?" kata sambil Huasen mengernyitkan dahi memandang Xuning. Entah mengapa sosok Xuning sedikit berbeda saat ini, Huasen teringat sosok Hexuan. Ya, saat ini Xuning seperti Hexuan.

"Hahaha, anggap saja kita reinkarnasi Hexuan dan Shi Qingxuan." ujar Xuning.

"Tapi, Hexuan tidak bisa bereinkarnasi lagi." protes Huasen. "Dia kan raja iblis." lanjutnya.

"Benar juga." Xuning terdiam, "Kalau begitu, dia akan terus mencari reinkarnasi Shi Qingxuan di kehidupan berikutnya."

Huasen memandang Xuning, "Kalau Hexuan bertemu reinkarnasi Shi Qingxuan, menurutmu sebagai pemeran Hexuan, apa yang akan dia lakukan?" tanya Huasen penasaran. Memandang Xuning penuh harap.

"Mungkin dia... akan kembali ke Shi Qingxuan." jawab Xuning sedikit ragu.

"Kok mungkin?" tanya Huasen.

"Karena Hexuan susah ditebak." jawab Xuning.

"Apa Shi Qingxuan akan ingat masa lalunya?" tanya Huasen sambil memandang ke atas seolah berpikir.

"Mungkin tidak." kata Huasen, kemudian suaranya mengecil, "dan lebih baik tidak."

"Kau bilang apa?" tanya Huasen, suara Xuning tidak sampai kepadanya. Huasen menoleh ke arah Xuning, ingin menanyakan lagi tapi Xuning segera bangkit dari tempat tidur.

"Tidak ada," kata Xuning.

"Mau kemana?" tanya Huasen buru-buru duduk dan menarik lengan Xuning.

Xuning menoleh ke arah Huasen, "Balik ke kamar memang kemana lagi? Aku ngantuk, besok kan berangkat pagi." Jemari Huasen mencengkram lengan Xuning dengan raut muka seakan tidak ingin ditinggal.

"Tidur sini, ya." pinta Huasen, "Nanti aku galau lagi." kali ini dengan puppy-eyes. Tatapan yang tak bisa ditolak oleh Xuning. Tak bisa, Xuning tak tahan ingin menyerbu ke Huasen dan memeluknya semalaman.

"Baiklah," Xuning mengangguk. "Tapi aku ke kamar dulu ambil baju. Kamu mandi duluan sana." Huasen berteriak senang. Ia segera mengambil piyama dan menuju kamar mandi. Xuning mengikuti tapi tidak ke kamar mandi, tapi menuju pintu kamar untuk mengambil piyama di kamarnya.

"Apa kamu mau sekalian aku mandiin." tanya Xuning menggoda sebelum keluar dari kamar mengintip ke kamar mandi. Huasen sedang membuka kaos yang dipakai, punggungnya yang putih dan mulus terekspos di depan mata Xuning.

Huasen merona segera memakai kembali kaos yang akan dilepas, "Ga usah! Aku bukan anak kecil lagi!" Huasen mendorong Xuning keluar kamar. "Cepetan ambil baju saja!" teriak Huasen menutup pintu kamarnya.

"Iya, iya." Xuning terkekeh menuju kamarnya. Malam ini ingin sekali memeluk Huasen yang menggemaskan itu semalaman.

****

Terima kasih sudah membaca.

Maaf kalau aneh.

Salam,

Bella

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro