Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Rio si Psikopat

Novi cerita padaku soal kelanjutan kak Dani. Ia mendengar dari omnya, bahwa kak Dani bersikeras mengelak bahwa dia bukan pembunuhnya. Kami berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi. Kak Terry di dorong Rio yang tidak tahu apa alasannya, menculik Novi mungkin karena Novi melihat bukti yang tidak boleh dilihat. Sebenarnya ada apa diantara mereka bertiga? Misteri yang masih memenuhi benak kami.

"Na, untuk memecahkan masalah ini, menurut gue kuncinya sama Rio deh. Kak Terry terbaring koma, gak mungkin kita tanyain. Kak Dani di kantor polisi, gak bisa sembarangan orang masuk ke sana. Satu-satunya cuma Rio sih," ucap Novi yang telah mencoba menganalisis kasus ini bagaikan detektif privat.

Aku mengangguk, "iya juga sih. Dari ketiga orang itu yang paling mungkin untuk kita selidiki cuma Rio. Terus gimana? Gak mungkin kan gue nanya langsung gitu yang ada marah-marah lagi."

"Hmmm," deham Novi berpikir bagaimana caranya mereka menyelidiki kasus ini, "pake cara waktu itu aja gimana?"

"Cara apa?" tanyaku tak mengerti.

"Itu loh, stalking. Kita ikuti aja dia kemana, pasti kita bakal nemuin sesuatu deh," ucap Novi dengan percaya diri.

Dengan mengernyitkan dahiku, aku berpikir sejenak lalu ku menyetujuinya. "Boleh deh. Oke kita mulai dari pulang sekolah ya."

"Siap!"

***

3 hari kemudian...

"Kok kita gak dapet apa-apa sih, Nov?" tanyaku lelah mengikuti Rio yang tampak baik-baik saja tanpa ada hal yang mencurigakan.

"Sabar dong! Baru 3 hari, masa kalah sama om-om polisi berminggu-minggu coba," kata Novi mencoba membela diri.

"Hmm. Tapi.. dia gak tau kan kalo kita ngikutin? Jangan-jangan tau lagi makanya..," ucapku tak meneruskan kalimatku. Aku berpikir jika Rio tahu mungkin saja dia sengaja tak melakukan apa pun.

"Iya juga sih. Tapi terlepas dari kita ketahuan atau engga, pasti ada saat dia lengah kok. Sabar aja, pasti ada petunjuk!" sahut Novi dengan percaya diri. Aku menuruti kata Novi dan terus mengikutinya.

Hari itu, saat pulang sekolah, Rio bilang akan ada kegiatan klub. Aku dan Novi mengikutinya diam-diam. Lalu kulihat Rio keluar dari ruang klub, menuju atap. Kami mengikutinya lagi.

***

Sampai di atap, kita bersembunyi di tempat yang aman dan melihat apa yang dilakukan oleh Rio. Tampak Rio menuju sebuah pot bunga, ia mengambil pot itu dan mengeluarkan isinya. Ia mengeluarkan sebuah gunting pemotong rumput!

Rio tampak memeriksa gunting itu dan tersenyum dengan senyuman aneh. Senyuman yang bukan senyuman Rio biasanya. Tubuhku merinding melihatnya. Rio memasukkan gunting itu kembali dan ditutupi oleh pot. Dia pergi dari atap.

Saat kondisi aman, aku dan Novi keluar dari tempat persembunyian.

"Na, udah aman. Kita ke sana yuk!" ajak Novi menuju tempat pot bunga itu.

Kami mengeluarkan bunga itu dan melihat ada gunting pemotong rumput di situ. Aku hendak mengambilnya, tapi tanganku di tepuk oleh Novi.

"Jangan! Nanti sidik jari lu nempel!" Novi melarangku memegangnya secara langsung.

"Oh iya bener!" aku menurunkan tanganku dan hanya melihat gunting itu dalam pot. Sebuah gunting pemotong rumput yang berlumuran darah dan sidik jari Rio yang menempel.

"Ini... Sebuah bukti. Bukti pembunuhan berantai?" tanyaku sambil menoleh ke arah Novi.

Sejenak kami diam dan nampaknya berpikiran hal yang sama. Banyak bayangan di kepalaku dan mulai mengerti soal misteri ini.

"Aku tahu. Jadi, dalang sebenarnya itu.. Rio?" tanya Novi padaku. Aku mengangguk setuju.

"Iya, bener dia! Wuaah, gak nyangka gue! Beneran dah!" ucap Novi dengan syok setelah mengerti siapa itu Rio.

Aku terdiam sebentar lalu bergumam, "semuanya karena Rio."

***

"Jadi, kak Dani bukan pelakunya. Makanya dia ngotot bukan pelakunya. Hmmm gue ngerti. Jadi Rio itu pelaku pembunuhan berantai. Terus bisa jadi dia manipulasi bukti kak Dani. Mungkin aja kak Terry tahu terus dia berusaha membunuhnya. Dan.. gue. Iya! Dia nyulik gue karena gue liat kotak itu!" Novi mencoba menjelaskan apa yang terjadi.

Walau semua itu masih dugaan, tapi bukti di depan mata ini adalah fakta tak terbantahkan. Jika ini dikirim ke polisi, maka akan ketahuan sidik jari siapa yang ada di gunting ini.

Tiba-tiba...

Cklek.

Rio??

Kami terkejut oleh kedatangan Rio yang tiba-tiba. Kami berdiri dan merapat. Aku memegang tangan Novi dengan erat. Kami merinding dan ketakutan.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Rio menatap tajam.

Kami hanya diam dan berbisik, "gimana ini, Na? Kita gak akan mati kan?"

Bersambung~

Published 13 Desember 2018
Edited 21 Juni 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro