3. Koki Veteran
Makanan adalah asupan yang bermanfaat dan sangatlah dibutuhkan oleh tubuh.
Sumber dan rasa beraneka macam; dari tumbuhan hingga binatang, pasti banyak yang bisa digunakan untuk mendapatkan nutrisi demi tubuh dan ketahanan fisik atau pun demi menghilangkan rasa lapar.
Jika rasanya tidak enak, maka sia-sia memasak dengan cara tersebut.
Jika rasanya enak, maka anggap saja bonus walau itulah alasan utama kenapa makanan dibuat.
Itulah yang selalu dipikirkan oleh Riou Mason Busujima.
Sekarang dia berada di kamar apartemennya sendiri yang terletak di lantai bawah.
Pria berkepala dua tersebut saat ini sedang memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa menghemat makanan dalam gaya hidup survival yang ia anut.
Ada alasan kenapa dia melakukan ini.
Satu: untuk menghemat biaya dan uang sewa apartemen.
Dua: untuk melestarikan gaya hidup survival karena dia suka konsepnya.
Tiga: untuk menghindari masalah.
Sejenak dia menoleh ke arah luar jendela, sebelum mendapatkan pencerahan.
Alisnya naik dan matanya melebar sepersekian detik, tak lupa kembali lagi ke air mukanya yang tadi seperti biasa.
Lalu dia mulai melakukan aktivitasnya di dapur apartemen.
Berbagai bahan ia campurkan dan membuat sesuatu yang bisa dimakan nantinya.
Akhirnya, setelah sekian lama dia pun selesai membuatnya.
"Selesai."
Ada kebanggaan tersendiri dari kegiatannya yang ia gandrungi sekarang. Keringatnya tercurah pelan menuruni wajahnya yang tampan.
Karena sudah waktunya jam makan siang, dia akan membawakan makanan tersebut untuk kedua temannya.
Kalau sekarang, mereka pasti sedang mengobrol dan merokok di pos satpam seperti biasa.
Keluarlah ia dengan serantang besar yang disusun dan menuju ke tempat tujuan.
Sementara itu, yang berangkutan tengan asyik bercengkerama dan merokok di siang yang cukup terik kala itu.
Tapi bagaikan punya radar, sang satpam utama-Jyuto Iruma, merasakan tanda seseorang akan mendekati lokasi tempatnya bekerja.
Samatoki, sang preman high class yang tengah merokok bersamanya pun heran. "Hm? Napa lu?"
Si pria berkacamata hanya bisa berkeringat dingin melepaskan rokok dari mulutnya yang menyedot sedari tadi.
"Gatau. Tapi kayaknya ada yang mau mendekat. Firasat gue nggak enak." Jyuto sedikit berdebar.
Ada apa ini?
"Disini rupanya elu pada."
Oh shit. Benar kan dugaannya.
Samatoki dan Jyuto sontak mendongak ke arah yang menyapa dan air mukanya mendadak pucat pasi.
Bagaimana tidak, mereka dikasih lihat rantang besar makanan berhawa hitam yang dibawa Riou.
Jyuto pasang senyum setipis lidi untuk menyenangkan suasana. "Oh.. Iya. Ada apa?"
"Gue buat makan siang, dan kelebihan. Jadi gue pikir bakal kasih ke kalian beberapa untuk dimakan bersama."
Yang jelas, Riou tak tahu kalau itu akan membuat racun dalam tubuh dua kawannya tersebut.
"A-Ah... Sebenarnya, kita udah makan kok, Riou. Tadi beli ayam geprek di sebelah. Benar kan, Samatoki??"
Yang dipanggil pun menoleh dengan cengo sebelum tertawa dan keringat dingin bercucuran. "I-Iya! Kami udah kenyang, jadi takut nggak bisa makan lagi. Maaf ya! Ahaha..."
Terpaksa mereka berkomplot untuk berbohong karena takut muntaber akibat makanan Riou.
Mendengar itu, Riou sedikit lemas dan memaklumi. "Begitu ya... Baiklah, maaf ganggu. Gue balik dulu baru berjaga lagi. Permisi."
Dia mulai pamit.
"Tak masalah! Elu bisa kesini semau elu."
Jyuto melambai saat Riou pergi dan menghela napas lega bersama Samatoki.
"Tadi hampir saja... Oi, jangan ngagetin napa. Nyuruh gue ngomong begitu pula."
"Bersyukurlah gue ngomong gitu... Gue sebenarnya tak tega lho." Jyuto menggaruk pipinya sendiri dengan telunjuk.
"Iya... Jadi merasa bersalah sih, tapi daripada muntaber ya tolak."
"Lain kali kita awasi tuh anak masak kalau hari libur."
Akhirnya mereka menyetujui dan berpencar. Jyuto berjaga di posnya lagi sementara Samatoki patroli keamanan luar apartemen sekitar untuk kesekian kalinya.
Sementara itu, kita kembali lagi pada sang chef survival.
Riou tengah berjalan di koridor menuju kamarnya. Dirinya dilemma sekarang, pada siapa rantang makanan yang akan diberikan untuk dimakan.
Dia sudah menyediakan makanannya sendiri di apartemen jadi mubazir kalau tidak dikasih.
Tiba-tiba ada suara barang jatuh. Riou menoleh ke segala arah, tapi tak menemukan apapun.
Tapi saat berbelok, dia sedikit terkejut dengan pemandangan yang ia lihat.
"!"
Seseorang berambut biru tergeletak tengkurap tak berdaya di tengah lantai koridor.
Langsung ia hampiri dan berlutut di samping seseorang yang tak bergerak tersebut.
"Hei, elu gapapa? Hei, bangun."
Ia coba menepuk-nepuk pipinya, berharap sang pemuda yang pingsan agar bisa bangun.
Yang berangkutan merintih, sambil memegang perut dengan merana dan lemah.
"Ngg... Lapar...."
Riou terdiam akan perkataannya.
Tangannya gesit bergerak membuka rantang dan mengambil gorengan berbahan dasar belalang dengan adonan tepung dan telur serta garam.
Diluncurkannya masuk ke dalam mulut sang pemuda.
Seperti yang diduga, makanan itu dikunyah dan ditelan.
Beberapa makanan dalam satu suapan satu jenis diberikan demi menyadarkan sang pemuda pingsan.
Tak butuh waktu berapa lama, yang bersangkutan pun mulai tersadar dan membuka mata.
"..?? Eh? Gue... kenapa??" Pemuda itu bangkit dan merasakan pusing lalu sedikit merasakan makanan di mulutnya.
Lha???
"Syukurlah. Tadi elu pingsan, jadi gue berikan makanan karena elu ngigau lapar."
Pemuda itu-yang diindikasikan bernama Dice pun menoleh ke arah rantang dan Riou bergantian.
Hening sejenak.
"DEWA!!!"
Riou terkejut melihat pemuda itu membungkuk sujud padanya.
"Gue berhutang nyawa pada elu, Bang Riou!"
"Tidak usah repot. Gue cuma membantu saja."
"Tidak!!! Terima kasih banyak!! Gue kelaparan sekali karena tak kuat untuk memasak ataupun membeli makanan! Uang juga menipis dan harus berhemat... Hiks..." jelas Dice panjang lebar dengan mata terharu.
Riou terdiam dan merapikan rantang besarnya, sebelum memberikan pada Dice.
"Kalau mau, makanlah. Biar elu nggak kelaparan. Gue selalu buat makanan kelebihan, nggak tahu mau kasih ke siapa. Siapa tahu elu mau." Riou tersenyum tipis.
Suara tersebut bagaikan harpa surga di telinga Dice, sang pemuda miskin.
Dirinya sangat terharu sampai ingusnya meler mau keluar. "Bang Riou... Hiks. Terima kasih banyak!"
"Tak masalah. Mampirlah kalau lapar. Gue buatin makanan kalau senggang."
Akhirnya, Dice kembali ke kamar membawa rantang yang nanti akan dikembalikan, sebelum menghilang ke dalam kamar dan Riou tersenyum tipis penuh kepuasan.
Pada akhirnya, Riou mempelajari sesuatu: tentang bisa berbagi makanan luar biasanya pada orang-orang.
Untuk berbagi menghilangkan kelaparan semata, atau pun menolong nyawa orang dari ajal.
Meski tak biasa, namun pria itu tetap bersyukur akan pengalamannya yang didapat dari hidup militernya dulu.
Terima kasih, survival cooking.
Terima kasih, teman-teman.
Riou melangkah untuk berpatroli lagi, demi menjaga kedamaian apartemen selamat sentosa.
.
.
.
TBC
============================
Hola. Sori update lama ya qwq jadi chap kali ini bercerita tentang babang riou yang unch nan polos dan bagaimana penyelamatannya kepada orang yang membutuhkan makanan diuji uvu yah namanya juga survival. Sabar yak dice :333
OIYA MET ULTAH BUAT BEBEBKU TERSAYANG SAMATOKI♥♥♥ SEMOGA MAKIN BADASS DAN MAKIN KENCENG TERIAK MTC NYA MENYAINGI DOPPO TERIAK MTR LOL
Btw saya minta opininya, karena saya ingin membuat side story yang dimana satu pasang penghuni--random atau otp untuk para pencinta asoopan--akan saya buat untuk iseng2 tambahan karena stress.
Tapi ini masih wacana. Jadi kalau kalian comment dan banyak yang mau dibuatkan, maka saya akan coba buat setiap lima chapter update dengan satu side story. Kalian bisa usulkan mau pairing apa, sesempatnya buat walau udah kuliah akhir tahun qwq
Bagaimana pendapat kalian? Apakah kalian setuju atau tidak? Ditunggu opininya :3
Btw ratingnya side story bisa jadi anu ( ͡° ͜ʖ ͡°)
DAN SAYA JEJERITAN KAGET PAS DOPPO DAN JUTO SWEARING DAN BAHASANYA KASAR SEKALI. TL MEDSOS SAYA RAME BANGET AMA TRANSLATIONNYA #plzcapslocknya
Apalagi merchs nya bikin nangid digaremi ga bisa beli qwq #bokek
Yaudah silakan nantikan chapter selanjutnya ya! Maag banyak bacot. Here's holy water.
ADIOS!
Authors
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro