11 |GADIS KECIL
Selamat membaca...
Gadis kecil yang sedang bermain bersama teman sebayanya, terlihat tidak ceria. Ia membawa boneka teddy bear berwarna coklat dengan pita di leher dipeluknya dengan erat. Saat bermain kejar-kejaran ia jatuh tersungkur dengan beberapa goresan di lututnya. Teman-temannya tertawa, tertawa melihat gadis kecil itu menangis. Ada salah satu dari mereka berkata " ya gitu aja nangis lemah". Padahal menangis itu bukan berarti kita lemah, menangis adalah cara kita meluapkan rasa sakit yang kita alami.
Zoya menghampiri gadis kecil itu, ia memberikan permen lollipop berbentuk bulat warna warni dibalut plastik. Gadis kecil itu masih menangis, mungkin antara malu karena di tertawaan oleh temannya atau tidak bisa mendeskripsikan emosi yang harus ia keluarkan. Lukanya tidak terlalu parah, Zoya mengusap luka menggunakan tisu lalu membalutnya dengan plester luka berwarna coklat.
"Udah gak sakit kan?" Gadis kecil itu menggeleng.
"Terus kenapa kamu nangis?".
"Mereka ngetawain aku pas aku jatuh".
Zoya tersenyum mengusap pucuk kepala gadis itu dengan sayang "gak usah didengar" gadis itu mengangguk mengerti.
"Nama kamu siapa"
"Cila".
"Namanya cantik kayak anaknya" Zoya mencubit hidung cila gemas.
"Mau es krim?"tanya Zoya menunjuk ke arah gerobak es.
"mau...mau..." cila menjawab dengan antusias ia sudah melupakan kejadian yang tadi.
Mereka berdua berjalan ke pedagang es krim, gadis kecil itu bercerita banyak hal dan juga menceritakan kakaknya. Entah kenapa saat gadis kecil itu membahas kakaknya, ia sangat bersemangat dan selalu berkata kakaknya adalah superhero yang selalu menolongnya dan seperti kasur empuk yang selalu menemaninya saat tidur. Gadis kecil itu berkata bahwa kakaknya bukanlah kakak kandung tapi kakaknya selalu menyayanginya seperti kakak sendiri.
Cila adalah anak yang ceria dan cantik tapi terlihat bahwa gadis itu memiliki tubuh yang lemah.
"Cila sering ngerasa capek ya" gadis itu mengganggu.
"Iya, kata dokter cila nggak boleh kecapean nanti ngedrop terus masuk rumah sakit lagi" Zoya hanya tersenyum entah penyakit apa yang gadis ini derita, dia hanya bisa berdoa semoga gadis itu segera sembuh dari sakitnya.
Mereka duduk di taman kecil yang biasanya menjadi tempat bermain anak-anak seusia cila.
"Rumahnya di mana?" Gadis kecil itu menunjuk ke arah persimpangan kompleks perumahan.
"rumah cila yang warna hijau karena nenek sama kakek suka warna hijau makanya rumahnya banyak tanaman" ucap gadis kecil itu.
"Kayaknya rumah cila adem ya".
"Iya, terus rumahnya nyaman banget Kakek nenek juga baik banget sama cila" Zoya mengelap es krim di sudut bibit cila menggunakan ibu jarinya.
"Jadi cila tinggal sama kakek nenek?".
"Yap, sama kakak juga kalau pulang soalnya dia tinggal di rumah orang tuanya sekarang" Zoya mengangguk sembari tersenyum, ia merasa cila anak yang ceria bahkan cila terlihat sopan dalam bertutur kata.
"Udah mau sore kakak antar ya pulangnya".
"Boleh banget" jawab cila antusias sembari menggandeng tangan Zoya erat.
Dua sahabat sedang berjalan berdua di koridor kelas melewati siswa-siswa yang sedang duduk di depan kelas. Bertegur sapa atau membicarakan orang lain ada juga yang sedang membaca buku entah buku pelajaran ataupun percintaan mereka berdua tidak terlalu mempedulikan. zoya berjalan sembari memakan jambu biji yang masih rangu sedangkan Rasya memakan keripik kentang yang bentuknya bergelombang rasa sapi panggang.
Rasya melirik ke Zoya dan bertanya "zoy kok kamu suka jambu yang masih keletuk gitu suaranya, giginya emang nggak sakit?"
"Aku paling suka buah yang nggak terlalu matang gitu lembek-lembek kayak bubur bayi".
Rasya mengangguk paham" iya sih tapi kalau kayak gitu keras buahnya terus asem".
Zoya menoleh sembari menunjuk Rasya "nah itu asem manis tuh enak banget".
Rasya menggeleng tidak paham dengan kelakuan aneh sahabatnya beda dari yang lain walaupun berani beda itu keren.
"Zoya tim bubur di aduk apa enggak?" Rasya bertanya kepada teman anehnya ini.
" Aku sekte gak di aduk, kalo di aduk kayak muntahan, terus kerupuknya suka di pisah plus ga pake daun bawang".
"Kerupuk di aduk tuh enak tau, terus daun bawang bikin wangi dan nambah citarasa si buburnya. Satu lagi bubur paling enak pas makan di tempat karena masih anget dan fresh" jelas Rasya panjang.
"Betul paling enak kalo masih panas, dan tambah satenya enak banget. Rara bikin laper jadi ngidam bubur aku".
"Zoy, gak lagi hamil kan?" Pertanyaan Rasya membuat Zoya kaget dan mencubit hidung mancungnya.
"Rasya makin sini makin ngelantur bahasanya" jawabnya kesal.
Saat menuju kelas tidak sengaja Zoya dan Rasya melihat Sasha dan teman-temannya sedang bersandar di tembok pagar lantai dua, mereka sedang melihat ke arah bawah permainan bola basket kelas dua belas Mipa dua. Hari memang jadwal mereka pelajaran olahraga materi bola besar.
"Zoy inget rencana kemarin?" Ujar rasnya.
"Inget doang, kamu ada permen karet gak?"
Rasya mengeluarkan permen karet di saku bajunya "nih, mau di apain?"
Zoya mengambil stiker note di saku roknya dan menuliskan beberapa kata, setelah selesai menulis ia mengunyah permen karet itu sebentar. Lalu di tempelkannya ke stiker note berwarna pink muda.
"Pasti kamu ngerti Ra" Rasya hanya mengangguk sembari memberikan jempol pertanda mengerti.
Saat Sasha dan teman-temannya sedang asyik melihat permainan bola kelas dua belas, dengan cekatan Zoya menempelkan stiker note itu pada rambut Sasha. Lalu Zoya dan Rasya bubu-buru pergi dari sana takut nanti ada yang melihat kejahilan yang mereka perbuat.
Sasha dan teman temannya berjalan menuju kelas, tetapi tatapan aneh mulai mengusiknya. Ia keheranan mengapa orang-orang melihatnya seperti itu.
"Guys, gua hari ini aneh apa gimana?" Tanya Sasha pada dua temannya.
Bella menggeleng " gak sama sekali Lo malah cantik ca" jujurnya.
Adel mengangguk lalu melihat Sasha, tidak ada yang aneh. Sampai dimana Sasha memutar badan mereka berdua sedikit kaget karena ada stiker note di rambut temannya dan di tempel menggunakan permen karet.
Adel mencabut stiker note lalu memberikan kepada Sasha "ini yang bikin Lo aneh".
Tertulis 'cantik si tapi suka nindas' fakta yang menusuk, karena sejujurnya sudah beberapa kali Sasha menindas orang yang menurutnya lemah. Bahkan ada satu murid yang memutuskan untuk pindah sekolah karena tidak kuat dengan perlakuan Sasha. Murid itu tidak pernah melapor, karena terkadang keadilan itu tumpul di mata orang yang tidak punya nama.
Sasha merobek note itu berkeping-keping, sepertinya ia sangat kesal. Ia meraba rambutnya, ternyata masih ada sisa permen karet. Sulit sekali untuk membuang sisa-sisa permen karet yang menempel di rambut, jalan terakhir adalah dengan mengguntingnya.
"Sialan, siapa yang ngelakuin ini " ucapnya kesal sembari menendang angin yang bahkan tidak tau apa-apa.
"Dari pada marah-marah mending bersiin dulu" Bella berusaha menenangkan Sasha yang akan mengamuk.
Bel pulang sekolah pun tiba, waktunya untuk pulang ke rumah dan mengistirahatkan tubuh yang seharian ini bekerja dengan sangat baik. Bahkan kita harus berterimakasih kepada tubuh karena telah berjuang untuk menjalani hari-hari yang sulit. Itu sebabnya ketika kamu melukai tubuh berarti kamu belum memberikan ucapan terimakasih yang tulus.
Dua sahabat sedang bercanda gurau sembari membahas kejadian yang menyenangkan, mereka tertawa renyah.
"Aku yakin deh zoy, muka kak Sasha kesel banget"
"Pasti itu, apalagi permen karet susah ngilanginnya" jawab Zoya menimpali.
Mereka berdua cukup bahagia dengan kelakuan jahilnya saat pagi tadi, setidaknya Sasha harus di berikan pelajaran walau mereka tahu bahwa sia-sia karena kedepannya pun Sasha akan melakukan penindasan lagi. Karena pemeran antagonis jarang terketuk hatinya dalam waktu yang cepat.
Mereka juga tau jika saling membalaskan dendam, tidak habis-habisnya. Harus ada yang mengalah dan menyerah. Tapi semoga saja Sasha cepat di ketuk hatinya.
Zoya dan Rasya sedang asyik berbincang, tetapi di ganggu oleh arzan. Dan sering sekali ia muncul tiba-tiba mengagetkan Zoya.
"Ngapain Lo di sini" tanya Zoya ketus.
"Dih ketus amat salah gua apa?".
"Gak tau, tapi gak tau kenapa bawaannya emosi terus kalo liat Lo"
"Lagi ngidam Lo ya?"
Zoya memukul bahu arzan " ngaco Lo, makin ngeselin".
"Galak amat, Bae dikit Napa"
"Gak bisa bawaannya emosi"
"Yudah mending balik Ama gua aja yok"
Zoya menggeleng lalu menggenggam tangan Rasya menuju gerbang sekolah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro