Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03| SEBUAH TAWARAN







Bel pulang berbunyi, siswa-siswi berhamburan ke luar kelas untuk pulang ke rumah masing masing melepas penat.

"Cape juga ya Ra" Rasya mengangguk sembari merapikan peralatan sekolahnya ke dalam tas.

Mereka hanya berdua sekarang ini karena yang lain sudah berhamburan ke luar ruangan bahkan mungkin sudah pulang ke rumah masing-masing.

Zoya menyenderkan punggungnya ke kursi dengan kepala menghadap ke langit-langit atap putih. Ia masih mengingat kejadian tadi pagi yang sangat mengejutkan baginya. Mulai dari Zoya yang langsung memiliki teman pada hari pertama, pingsan lalu di gedong kakak kelas yang membuat semua anak baru maupun senior khususnya perempuan iri padanya dan yang terakhir sentuhan kak Galen yang masih terasa di pucuk kepalanya.

Zoya tersenyum lalu mengacak rambutnya asal ia berfikir besok ada kejadian yang tak terduga apa lagi dan mungkin sekarang dan seterusnya banyak mata yang melihatnya tak suka. Persetan, masa bodo dengan semua ia tidak peduli dan acuh dengan semuanya.

Rasya menarik lengan Zoya " ayok pulang" dan di angguki olehnya.

Saat di lorong keadaan sudah mulai sepi hanya beberapa murid yang masih berada di sekolah ini. Yang dia lihat hanya berseliweran kakak pembimbing atau seniornya. Saat menuju gerbang Rasya sudah di tunggu supirnya dan pamit kepada Zoya.

"Zoy aku pulang duluan yah, mau ikut gak sekalian?" Ajak Rasya. Bagai manapun Zoya adalah teman Rasya dan ia tak tega meninggalkan temannya sendirian.

"Iya, gak usah kok aku bisa pulang sendiri" tolaknya meyakinkan dan di angguki Rasya.

Rasya melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal ke Zoya, lalu zoya pun membalas dengan melambaikan tangan sembari tersenyum.

"Hati hati " ujar Zoya

"Kamu juga ya" Rasya pun masuk ke mobil dan melambaikan tangannya kembali.

Zoya berjalan menyusuri jalan yang sedikit sepi, sebenarnya jarak rumah tidak terlalu jauh hanya 5 km dan biasanya dia memakai ojek online atau angkot. Namun sayang sedari tadi dia tidak menemukan angkot yang lewat dan parahnya selama masa orientasi siswa (MOS) Zoya tidak di perbolehkan membawa telepon genggam.

'ish menyebalkan' dengusnya kesal.

Kakinya sudah merasakan pegal dan lelah. Zoya meluruskan kakinya dengan membungkuk untuk merenggangkan otot kakinya. Tiba-tiba ada klakson mobil berbunyi

Tittt...

Zoya mencari suara itu, ternyata mobil itu sudah berada persis di sampingnya. Sang pemilik mobil itu menurunkan kaca mobil penumpang bagian depan.

Zoya sedikit menunduk untuk melihat siapa orang yang berada di dalamnya. Ia tersentak kaget ketika melihat pengemudi itu kakak kelasnya yang sering di panggil Ale bisa bisanya Zoya bertemu lagi dan apa ini, apa dia akan mengajak Zoya pulang? Mendapatkan bantuan kembali dan berterimakasih kembali? 'Oh my God' gumamnya dalam hati.

"Mau bareng?" Suara itu membuat lamunan Zoya memudar dan tersadar.

" Gak usah kak udah Deket" bohongnya padahal masih setengah perjalanan lagi.

"Bener?" Galen bertanya yang ke dua kali tapi hanya mengangguk.

"Kenapa?" Pertanyaan Galen membuat Zoya bingung harus menjawab apa, dia ingin tapi gengsi dan tidak enak.

"Takut ngerepotin kak" jujurnya lirih sembari tersenyum.

Galen menarik napas dan tersenyum" enggak".

"Naik" lanjutnya. Zoya mengangguk mengiyakan ajakan itu.

Ia lalu membuka pintu mobil dan masuk ke kursi depan sembari tersenyum. Pandangannya beralih ke depan jalan.

Selama di perjalanan mereka sama sekali tidak mengobrol hanya saja Zoya memberi tahukan arah ke rumahnya.

Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Zoya, ia menutup pintu mobil dan berterimakasih kepada Galen.

"Makasih kak" ujar Zoya dan di angguki oleh Galen.

"Makasih buat hari ini udah dua kali nolongin Zoya, Zoya jadi gak enak sama kakak jadi ngerepotin" jujurnya.

Memang Zoya merasa hari ini dia merepotkan Galen dan merasa tak enak.

"Iya, santai" ujar Galen "saya pulang" lanjutnya.

Galen melesap pergi membawa mobilnya begitu kencang, Zoya merasa Galen sangat aneh tidak seperti di sekolah.

Zoya memasuki halaman rumah dan melihat ibunya sedang menjemur pakaian di teras. Ia pun menyalami Kinan dan mengecup pipi ibunya itu.

"Tadi Zoya di antar sama siapa?" Tanya ibunya.

"Itu kakak kelas Zoya ma"

"Kok bisa di anter kakak kelas?"

Zoya tersenyum dan berkata " tadi ga ada angkot terus Zoya kan gak bawa hp jadi ga bisa order ojek online" jelasnya membuat Kinan khawatir.

"Mama anter yah biar gak jalan lagi" tawar Kinan namun ditolak oleh Zoya.

"Ga usah ma, mama juga harus ke toko".

"Tap-"

"Ga usah, Zoya bisa sendiri oke" potongnya sembari tersenyum untuk meyakinkan.

"Maaf ya Mama belum bisa beliin kamu kendaraan buat pergi ke sekolah" ujarnya rilih sembari menunduk. Kinan belum memiliki cukup uang untuk membelikan kendaraan kepada putri semata wayangnya, tokonya masih sepi dan pelanggannya pun hanya beberapa masih bisa di hitung jari. Tapi Kinan tetap bersyukur karena masih bisa membelikan kebutuhan anaknya.

"Ih gapapa, Zoya aja bersyukur bisa sekolah bisa pake baju layak bisa makan. Mama ga usah mikir gitu Zoya gak suka, Zoya ga minta juga kok" ucapnya sembari memeluk mamanya.

Malam hari Zoya merapihkan peralatan segala hal yang di butuhkan untuk sekolah besok. Zoya sampai lupa meminta nomer telpon Rasya, Zoya sedikit kesal padahal ada hal yang ingin di tanyakan tapi yasudah lah biarkan nanti juga jika ia lupa tinggal di hukum sama kakak pembimbing.


Tok..tok..tok

"Buka pintunya saya tau ardhan ada di dalam" Pintu rumah di ketuk oleh seseorang dengan sedikit berteriak.

Tok..tok..tok

"Buka pintunya atau saya dobrak"

"Saya tau ada di dalam"

Zoya hanya bisa diam di kamarnya dan memeluk bantal guling dengan menutupi seluruh tubuhnya memakai selimut. Dia tau suara itu dan dia tau pasti akan ada keributan.

Sepersekian detik kemudian bulir air mata jatuh tanpa sepengetahuannya, rasanya sangat sesak ingin rasanya teriak tapi hanya bisa menangis dalam diam.

"Dimana ardhan?"

"Saya tidak tau mbak, dia tidak ke sini"

"Halah kamu bohong kan, kamu sembunyikan di mana dia hah?"

"Tidak ada mbak saya sudah katakan tadi, ardhan tidak kesini"

Lama kelamaan suarapun hening tapi Zoya masih menangis, rasa sesak di dada. Ia menggigit bantal guling untuk melampiaskan emosinya. Lalu mengatur napasnya, ia tidak boleh menangis terlalu larut besok dia masih harus bangun pagi-pagi sekali karena masih melaksanakan MOS.

Zoya memutuskan untuk memejamka mata dan beberapa menit kemudia ia masuk ke alam bawah sadar tertidur dengan air mata di pipinya.

Luka lama belum juga sembuh tetapi mengapa luka baru datang, menjadi dewasa terkadang melelahkan. Banyak hal yang baru kita ketahui dan terkadang belum siap dengan keadaan. Setiap ada masalah hanya bisa menangis, ia pikir menangis bisa meredakan emosi ketimbang melukai diri walau terkadang sakit karena terisak dan nafas pun sulit karena terlalu sedih.

Saat menangis lalu tertidur, percayalah sakit teramat yang di rasakan, dan saat terbangun mata tidak bisa berbohong.


_______________

TBC...

2 April 2022
Zy

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro