Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 002

Episode 002: Hai, kakak cantik!















































I really appreciate your comment and vote. Sorry if there was typo.








































Serendipity
──────────

"Ayah! Bangun!!"

Aruna masuk dan beranjak naik ke kasur milik Keenan, lalu melompat lompat diatas kasur besar milik ayahnya, guna membangunkan dirinya yang masih terlelap di alam mimpi.

Pelan pelan, Keenan mulai terbangun sebab merasakan guncangan tak biasa di kasurnya.

"Runa jangan lompat lompat," Keenan menangkap Aruna yang sedari tadi melompat lompat dengan semangat di kasurnya,

"Hehehe, bangun yah, hari ini kan ayah janji mau jalan jalan sama Runa,"

Keenan tersenyum lalu mengelus surai hitam legam milik putri nya, "yaudah, sana Runa siap siap dulu, ayah mau mandi."

"Okay ayah!" Aruna kemudian turun dari kasur Keenan dan berlari menuju kamarnya sendiri.

Baru Keenan akan turun dari kasurnya, ia dihampiri oleh Aruna, "Ayah jangan lama lama ya!"

"Iya adek," Aruna segera pergi lagi ke kamarnya.









































































Serendipity
──────────

"Buruan Shik, lama banget." Protes Meera,

ia berdiri di depan pintu kamar Yeshika sambil terus mengocehi teman nya itu.

Yeshika yang tengah berpoles, segera menyahuti Meera, "astaga, sabar dong Meera Hartono?!"

"Ah, iya iya." 

Meera akhhirnya mengalah, tak ada guna nya mengocehi Yeshika sekarang. Wanita itu pasti akan berpoles hingga hampir satu jam lama nya.

"Nah udah, ayo Meer." 

Oh god! Akhirnya Yeshika selesai dengan acara berpoles nya.

"yaudah ayo,"

Jika Meera bisa menyetir, pasti sejak tadi ia sudah meninggalkan Yeshika seorang diri.

"Lo ke mall mau ngapain sih Meer?"

"Lo tolol apa gimana, ya kalau ke mall ngapain gue tanya?"

Meera memutar bola mata nya malas lalu kembali ke ponsel nya, sedangkan Yeshika masih fokus menyetir.

"Serius Meer, lo mau ngapain?"

Meera mengalihkan perhatiannya dari ponselnya, "beli mainan buat keponakan gue, minggu lalu ulang tahun tapi gue lagi di New York,"


















































Serendipity
──────────

"Adek jangan lari lari, nanti jatuh." Aruna yang sudah lama tak pergi berjalan jalan dengan ayahnya, merasa super senang dan segera berlari ke sana kemari.

Baru saja Keenan akan mengejar, Aruna menabrak seseorang hingga membuat si kecil jatuh terduduk.

"Adek!" Keenan mendekat lalu mendirikan tubuh Aruna, "ada yang sakit?" Aruna menggeleng, membuat sang ayah menghela nafas lega.

Orang yang tadi di tabrak oleh Aruna berjongkok, menyamakan tingginya dengan Aruna.

"Halo adek lucu, kita ketemu lagi," sapanya dengan senyuman manisnya sembari melambaikan tangan pada Aruna.

"Hai, kakak cantik!" 

Yang di panggil kakak cantik tersenyum lalu mengelus puncak kepala Aruna. Ia kemudian berdiri, begitu juga Keenan yang sudah berdiri tegak sejak tadi di sana.

"Maafin anak saya ya mbak?" Keenan akhirnya bersuara setelah lama diam sebab melihat kejadian tak biasa di hadapannya.

"Oh, gapapa kok, ini tadi saya juga yang jalan sambil main hp jadi nya ketabrak." Wanita itu tersenyum pada Keenan, membuat si Prawara ikut tersenyum.

Wanita itu lalu pergi dari hadapan Aruna dan Keenan, "senyumnya manis," Keenan tersenyum sendiri lalu segera menggelengkan kepalanya lagi, "mikir apaan si lo Janar."

"Ayah, ayah!" Putrinya memukul pelan kaki nya, membuat Keenan menghadap ke bawah.

"Iya adek, kenapa?" Aruna tersenyum lalu menunjuk toko mainan, "kamu ini, yaudah ayo."











































Serendipity
──────────

"Kemana aja sih lu Meer?! Gue cariin juga dari tadi," Yeshika mengomeli Meera yang akhirnya ia temukan tak jauh dari toko mainan.

Tadinya, Meera berkata bahwa ia ingin membeli beberapa mainan untuk keponakannya, namun saat Yeshika keluar dari toilet, ia tak lagi menemukan Meera.

"Jadi ga beli mainan buat ponakan lo?"

"Jadi dong, buruan ayo." Meera menarik tangan Yeshika untuk masuk ke toko mainan.

Meera melihat lihat beberapa mainan sembari ditemani oleh Yeshika, "lama banget lo milihnya,"

"Ih sabar dong, gue bingung ponakan gue suka nya apaan." Yeshika jadi ikut bingung karena sahabatnya itu.

"Ponakan lo cewe apa cowo?"

"Cewe Shik, apa gue beliin boneka aja?"

Meera segera menghampiri rak boneka, matanya mulai memilah satu persatu boneka yang tersusun rapi di sana. Mata kecoklatan miliknya menangkap satu boneka berbentuk kucing.

"Nah itu yang gue cari!"

Meera menghampiri boneka itu lalu hendak mengambilnya, namun sebelum itu, seorang gadis kecil datang dan ingin mengambil boneka itu juga.

"Oh? Kita ketemu lagi yaa," gadis kecil itu tersenyum pada Meera, "kakak cantik mau boneka ini?"

"Kamu juga mau boneka ini ya?" Gadis itu menggangguk, Meera berpikir sejenak, apa ia harus memberikan ini pada si mungil lucu di depannya?

Tapi, bagaimana soal hadiah untuk keponakannya? Ah sudahlah, boneka kan pasti juga ada di toko lain bukan? Ia bisa mengalah pada anak kecil untuk kali ini, untuk apa berebut boneka dengan gadis kecil yang lucu nan imut di hadapannya ini?

"Yaudah, kamu ambil aja ya?" Dilihatnya gadis kecil itu juga enggan mengambilnya.

"Adek, udah belum milihnya?" Orang yang dikira mungkin ibu dari anak itu, datang menghampiri Meera dan si kecil.

"Mau yang itu?" Wanita itu berjongkok dihadapan si kecil, hendak mengambil boneka itu lalu segera membayarnya, namun, gadis kecil itu menahan tangan nya.

"Runa ga mau boneka nya, kakak cantik yang mau." Meera menatap bingung anak di depannya,

"Meera! Lo bisa ga sih jangan lari gitu?!"

Yeshika datang lalu berhenti dan berdiri kikuk saat melihat atasan nya beserta putrinya ada di sana, tepat di samping Meera dan tengah berhadapan.

"Eh, siang pak Keenan, dek Runa." Yang dipanggil pak Keenan itu berdiri.

"Yeshika? Kamu ngapain di sini?"

Yeshika tersenyum kecil, "temenin temen saya pak," Keenan menggangguk pelan.

"Jadi adek ga mau boneka ini?" Aruna menggeleng,

"Untuk kakak cantik aja bonekanya." ucap Aruna sambil menunjuk Meera.

Keenan tersenyum lalu menyerahkan boneka itu pada Meera, "ini mbak, kata Aruna buat mbak aja."

Meera berjongkok di hadapan Aruna lalu mengajak nya mengobrol, "boneka nya beneran buat kakak aja?" Aruna menggangguk sambil tersenyum.

"Kamu ini, lucu banget sihh, makasih ya cantik?" Meera berdiri lalu menghadap kepada Keenan, "makasih ya, ..."

Aduh, Meera lupa pula dengan nama orang di depannya ini.

"Janardana Keenan," Keenan tersenyum lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan Aruna.

"Meer, lo sejak kapan kenal sama mereka?" Yeshika mendekat ke teman nya itu, lalu menyenggol lengan nya,

"Itu anak kecil yang kata gue ketemu di lobby kantor lo, emang mereka siapa Shik?"

Yeshika menggeleng tak percaya, "itu pimpinan Prawa Industry, itu anak kecil yang di sebelahnya itu anaknya."

"Kok gue ga pernah lihat muka dia di berita, kan Prawa Industry sering jadi headline utama berita." Meera menatap bingung ke Yeshika,

"Beliau muka nya ga pernah di publish ke publik Meer, makanya lo ga kenal," Meera menggangguk mengerti.

"Kalau soal anaknya?"

Yeshika menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan dari si Hartono,

"Waktu nikah aja ga ada yang tau, tiba tiba si bos udah dateng ke kantor bawa bayi," ujaran Yeshika terhenti, "istri beliau meninggal setelah melahirkan, jadinya Aruna besar tanpa orang tua yang lengkap."

Kenapa hati Meera sekarang terasa sakit ya? Padahal ia bukan siapa siapa nya Aruna, mereka juga baru kenal, itupun karena beberapa insiden yang tak terduga.

"Eh, udahan ceritanya, lo jadinya beli apaan buat keponakan lo?" Meera menunjukan boneka yang tadi di beri oleh Aruna,

"Ini Shik, ponakan gue suka kucing."























































Serendipity
──────────

"Adek, kenapa ga jadi beli boneka nya tadi?"

Keenan bingung, pasalnya, si Bhanuresmi itu kalau sudah berhubungan dengan kucing tak akan bisa diam.

"Ayah, kan tadi Runa udah bilang, kakak cantik mau bonekanya jadi aku kasih."

Oke, apa lagi ini? Biasanya anak nya ini tak akan mau mengalah kalau soal barang yang ia inginkan.

"Kenapa mau kasih ke mbak itu?"

Aruna menatap galak Keenan, "bukan mbak! Tapi kakak cantik!"

"Iya iya, kenapa mau kasih ke kakak cantik?"

Aruna kembali tersenyum, "soalnya kakak cantik baik, terus kakak cantik suaranya lembut, Runa suka."

Keenan tersenyum, mengingat bahwa Jani,  mendiang istrinya juga memiliki suara yang sama lembutnya dengan wanita tadi.

"Kalau gitu, sekarang adek mau apa?" Aruna meletakan tangan nya di dagu,

"Umm, Runa mau eat!" ucap Aruna.

"Emang nya adek lapar?"

Keenan membawa putrinya kedalam gendongan nya, "kan tadi pagi udah makan,"

Aruna menggangguk kan kepalanya lalu tersenyum,

"Tadi pagi Runa kan cuma makan roti sama minum susu, jadi sekarang Runa lapar."

Keenan menggangguk paham lalu mulai menggerakkan kaki nya menuju restoran terdekat, agar putrinya bisa segera mengisi perutnya yang perlahan mulai kosong.









































Serendipity
──────────












To Be Continued




















AYO SEMUANYA NABUNG!!!!!!! LSF KE JAKARTA!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro