♪4♪
Ruangan yang di dominasi merah kini sedikit gelap, suasana temaram karena cahaya bulan yang masuk dari jendela kamar yang terbuka sedikit. Langit malam ini sedang cerah, bukan bersinar terang sampai sinaran silver itu masuk ke dalam kamarnya.
Setelah kembali dari taman bermain entah mengapa suasana hatinya sedikit kacau, ia memilih mengurung diri di dalam kamar sembari memeluk boneka Usamimi Friends besar yang ia dapatkan dari stan permainan di taman bermain.
Niat hati ingin ia berikan kepada partner sub-unitnya sebagai ucapan terimakasih dan minta maaf, tapi sekarang dia tidak mampu memberikannya akibat suasana hati yang buruk.
Manik merah lembayung senja itu menatap boneka yang ada di dalam pelukannya, isi kepala mulai kembali ke memori masa kecil dimana sang kakak selalu melarangnya bermain dengan boneka berbulu lebih tepatnya boneka Teddy bear.
Semasa kecil Riku pernah mendapatkan boneka seperti itu sebagai hadiah, dia sangat senang saat itu sampai memainkan boneka itu setiap hari, tapi kakaknya berkata untuk menaruh saja boneka itu di suatu tempat karena bulu boneka dapat menyimpan banyak sekali debu dan itu tidak baik jika dia menghirupnya.
Bukan Riku namanya jika tidak keras kepala, ia tetap bermain dengan boneka itu walau sudah sering di peringati oleh Tenn sampai pada akhirnya terjadi, Riku hampir kambuh karena memeluk boneka beruang yang sudah sedikit berdebu dan pada akhirnya boneka itu di simpan oleh Tenn entah dimana sampai dia tidak bisa menemukannya, bahkan Tenn sendiri sampai membenci boneka Teddy bear seperti itu.
Mengingat masa itu membuat ujung bibirnya tertarik ke atas, membuat senyuman sendu seraya memandang boneka Usamimi Friends tersebut.
"Ku beri besok saja... Kebetulan besok pagi aku dan Iori senggang.."
Riku menaruh boneka itu di atas meja dan memutuskan akan memberikan boneka itu besok pagi saat dia dan Iori berada di dorm, mata merah menangkap sesuatu berada di atas meja dan itu adalah sebuah amplop berwarna putih.
"..Surat... dari siapa?.."
Riku mengambil amplop tersebut dan membukanya, ternyata benar itu adalah surat. Ia mulai membaca dari atas sampai bawah kertas berwarna jingga tersebut lalu menyakini bahwa itu adalah surat dari penggemarnya.
Itu terbukti dari isi surat dan tidak ada nama pengirim surat tersebut, biasanya surat seperti ini di titipkan di agensi lalu akan di serahkan ke mereka untuk di baca masing-masing, setelahnya terserah mereka untuk membuang surat tersebut atau menyimpannya.
Riku sendiri memilih untuk menyimpannya di satu kotak khusus yang dia sediakan, kotak dari besi yang berada di lemari nya. Ia berjalan ke lemari pakaian dan membuka lemari lalu mengambil kotak tersebut.
Duduk di pinggir kasur dan membuka kotak, isinya hanya berpuluh-puluh surat dari penggemarnya bahkan surat pertama dari penggemarnya saja masih ada disana.
Ia menaruh kertas berwarna jingga itu di dalam kotak dan menutupnya.
"Arigatou Gozaimasu.. selanjutnya aku akan lebih berusaha."
Itu lah kebiasaannya sejak dulu, sebagai bentuk menghargai atas penggemar mereka, tanpa orang-orang yang mendukung nya mungkin saat ini ia tidak akan berdiri di panggung dan mimpi nya tidak akan menjadi nyata.
Ia kembali melihat kotak itu, entah mengapa di dalam kepalanya terbesit suatu ide. Riku kembali membuka kotak itu, mengeluarkan semua surat satu persatu dan membuka surat itu kemudian memfotonya.
Terus menerus ia melakukan itu sampai di rasa semua surat sudah ia foto, tak lupa ia menyalakan lampu kamar agar foto itu terlihat jelas lalu dia kembali memasukan surat ke dalam kotak dan menaruhnya di lemari.
Kemudian Riku mengambil ponselnya lalu ia membuka akun sosial media miliknya dan memposting semua foto surat yang ia foto beberapa detik lalu.
Melihat itu bibirnya kembali membuat seulas senyum manis yang sering sekali terlihat, dengan lihai jarinya mengetik caption di bawah gambar-gambar tersebut.
Selang beberapa menit setelah foto itu terkirim, banyak sekali penggemar yang berkomentar dan beberapa diantaranya mengatakan jika salah satu surat itu ada surat yang berasal dari mereka.
Senyum di wajahnya makin merekah dan dengan cepat ia membalas komentar dari para penggemar yang meng-claim itu adalah surat mereka. Membalas mereka dengan ucapan terimakasih dan sebagainya, beberapa ada yang menjawab seadanya dan ada juga yang histeris.
Riku hanya terkekeh kecil melihatnya, menurutnya itu seperti hiburan saat ini yang menaikkan mood nya kembali seperti semula.
Ia menaruh ponselnya di meja, bunyi yang menandakan notifikasi masuk tidak berhenti sejak ia menaruh ponselnya tapi ia membiarkannya. Ia juga mematikan lampu kamar dan kembali duduk di kasur.
Riku pun berbaring, menutupi sebagian tubuh dengan selimut dan mencoba memejamkan mata walau ia tahu jam masih menunjukkan pukul 7 lebih, terlalu awal untuk tidur tapi mungkin karena dia pergi seharian menyebabkan dirinya kelelahan.
Dengan sinaran silver yang masuk ke dalam kamarnya, Riku tertidur tenang menghadap ke arah pintu kamar yang tertutup.
•
•
•
"Iori! Iori!"
Panggilan ceria itu masuk ke pendengaran, dengan wajah datar ia berbalik menatap partnernya yang selalu bertingkah seperti anak kecil namun walau begitu tetap saja pemuda yang di depannya ini lebih tua dari dirinya.
"Ada apa Nanase-san? Ini masih pagi, jangan berteriak memanggil ku seperti itu.."
Iori menatap Riku heran, wajah pemuda itu tampak berseri-seri seakan ada sesuatu yang membuatnya bahagia pagi ini.
"Kenapa wajah mu seperti itu? Apa ada sesuatu?"
Riku tidak menjawab, ia hanya mengangguk cepat menjawab pertanyaan Iori dan mata besar merahnya masih menatap pemuda yang lebih muda darinya itu berbinar.
Iori merasa aneh di tatap seperti itu, ia tidak bisa menebak apa yang sedang dilakukan Riku atau apa yang akan dia lakukan. Manik kelabu itu melirik ke arah tangan Riku yang sejak tadi berada di belakanga punggung seolah menyembunyikan sesuatu.
"Apa yang ada di balik punggung mu itu Nanase-san?"
"Tebak lah Iori! Apa yang ku sembunyikan."
"Jangan kekanakan Nanase-san. Kau sudah dewasa, bersikaplah selayaknya umur mu."
"Cih.. Iori tidak seru. Aku hanya menyuruhmu untuk menebak."
Mata yang tadi berbinar menatapnya kini menjadi tatapan datar yang hampir sama dengan miliknya, entah mengapa menurut Iori ekspresi datar seorang Nanase Riku mirip sekali dengan kakaknya walau masih ada sedikit kesan imut diwajahnya.
"Baiklah... Biar ku tebak. Di balik punggung mu ada sebuah buku?"
"Salah. Bukan itu. Ayo tebak lagi."
"Satu kotak donat?"
Riku menggelengkan kepalanya. Iori kembali berpikir apa yang di sembunyikan Riku di balik punggung nya itu.
"DVD baru Trigger?"
"Salah, karena Iori tidak bisa menebaknya maka akan ku beri langsung saja."
"Memang apa yang ada di sana?.."
"Ini!~"
Iori sedikit terkejut kala sebuah boneka kelinci berada di hadapannya, ia sangat mengenali boneka itu. Boneka berwarna biru tersebut adalah boneka Usamimi Friends Limited Edition yang dulu ingin sekali ia beli namun ia malu membeli boneka seperti itu dan pada akhirnya ia hanya bisa menatapnya saja.
"Bagaimana? Aku tahu Iori menginginkan boneka ini. Aku mendapatkannya dari stan permainan kemarin saat pergi ke taman hiburan bersama Mitsuki dan Nagi. Jadi aku memberikannya kepada Iori."
"E-eh?! A-aku tidak menyukai boneka seperti ini!"
"Bohong. Saat boneka ini masih di jual Iori ingin sekali membelinya, bukan? Aku tahu karena Iori selalu menatapnya. Mata mu akan berbinar seperti anak kecil kalau menatap boneka ini."
"I-itu.. tidak! Aku tidak menginginkannya!"
"Oh ayolah... Terima saja. Iori tidak mau menerima hadiahku?"
Riku memberikan tatapan yang bisa membuat semua orang menuruti perkataannya--Puppy Eyes kepada Iori, membuat si surai hitam malam kerina karena tingkah lucunya.
Dengan terpaksa walaupun ia juga menginginkannya, Iori mengambil boneka itu dari tangan itu dan memeluknya lalu membelakangi Riku. Dia tidak sanggup jika menatap Riku dengan tatapan khasnya itu lebih lama lagi.
Riku yang melihat itu pun hanya tersenyum, tangan nya terulur untuk mengelus pucuk kepala Iori. Tinggi mereka memang sama tapi tetap saja kenyataan bahwa Iori lebih muda darinya tidak dapat di pungkiri, nyatanya Riku pun bisa bertingkah seperti seorang kakak laki-laki yang tengah mengelus kepala adik laki-lakinya, terlepas dari tingkahnya yang kekanakan.
Iori hanya terdiam sembari memeluk boneka itu dengan wajah yang sedikit memerah tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Riku, dalam hati ia bersyukur karena dorm dalam keadaan sepi sehingga tidak ada yang melihatnya.
Jika ada mungkin sekarang Iori sudah berada di dalam kamar mengurung dirinya dan sedikit memarahi Riku.
-----------------------------------------
Hai hai~ aku kembali:3
Astaga berdebu--
Gaku: lumutan gue disini.
Yamato: gue apa kabar ya?
Yah Yama mah bukan lumutan lagi kayaknya.
Tamaki: kami jarang tersebut ya..
Zool: jangankan kalian ini kita masuk ke book ini aja belum tau.
Ya kan fokusnya ke Riku dan Tenn:( nanti ada waktunya kalian masuk kok.
Gaku: kapan?
Kapan-kapan. Saat anda di terima Tsumugi misalnya.
Tenn: kalau itu sih gak bakal terjadi, udah ke tolak duluan.
Uuuuh~ ngenes sekali Dakaretai Otoko ini. Sama saya aja yuk sini.
Oke. Maaf karena up nya kelamaan, biasa tugas merajalela:)
Jaa~ Minna bisa vote dan koment, kritik atau saran ku terima kok(。•̀ᴗ-)✧
Bye bye~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro