Secret Admirer
Pengagum rahasia-
Wajahnya yang tampak lelah itu mengalihkan perhatian ku. Kini kepalanya sudah menyentuh dingin nya meja sambil memejamkan mata sejenak. Posisinya sangat pas menyamping menghadap deretan tempat dudukku. Aku menahan diri untuk tidak tersenyum, takut-takut seseorang melihat. Aku tidak ingin mereka menduga-duga tentangku. Lagi, aku melirik wajah itu yang sudah terlelap dalam mimpi.
Kalau saja tidak ada orang di kelas selain aku dan dia. Ingin sekali aku mendekat dan menghalau beberapa helai rambut yang menutupi separuh wajahnya.
"Chi! Woi bangun kebo. Mana Pr sejarah? Udah mau di kumpulin nih."
Seseorang yang tiba-tiba datang itu mengacaukan semuanya. Aku berdecak kesal dan kembali ke posisi awal. Mengapa selalu ada orang lain yang menggangu ketenangan kita? membuat ku kesal saja.
"Berisik banget sih, Ra. Kalem dikit dong kalau ngomong. Gue tadi udah hampir di puncak mimpi loh."
"Makanya kumpulin dulu Pr lo baru molor lagi."
"Skip. Gue lupa ngerjain."
"Busyett! Enteng banget lo ngomong gitu? ini mapel nya pak Yuyud, Chi."
"Iya tau, tapi emang gue belum ada jawab satupun soalnya. Tadi malam ngantuk banget jadi gue tinggal tidur."
"Begadang lagi ya lo?"
Mendengar itu mataku kembali melirik ke arahnya. Tidak bermaksud menguping, tapi obrolan mereka terlalu berisik untuk tidak didengar. Ku perhatikan mata yang sedikit menyipit dan terdapat lingkaran hitam di bawahnya. Pantas saja hari ini dia terlihat lelah.
"Gak ada ya, semalam itu gue maraton nonton dracin." Balasnya sembari menguap.
"Sama aja peak! Makanya kalau udah tau ada Pr itu, kerjain dulu Pr nya baru lanjut nonton."
"Duh, lo kok berisik banget sih? lagi PMS ya?"
"Ihh lo tuh ya-" saat Nara-cewek yang sedari tadi mengomel-menoyor kening dia beberapa kali. Aku langsung berdiri.
"Kalau mau ribut itu di luar. Jangan disini, ganggu ketenangan orang tau gak!" Tegasku memandangi mereka dengan wajah datar.
"Eh, Sorry San, emang nih si Nara kerjanya nyari ribut mulu. Abis ini gue usir dia." Ucapnya sambil mendorong Nara untuk menjauh.
Jantung ini lagi-lagi berdebar tidak tentu arah, padahal hanya mendengar suaranya ketika menyebut namaku. Entah kenapa efeknya sampai seperti ini. Tadi, aku tidak berniat ikut campur urusan mereka, namun cewek bernama Nara itu beberapa kali menoyor kening Achi. Aku tidak tega melihatnya, tentu saja aku harus bertindak sesuatu. Achi juga terlihat tidak berdaya.
"Ngapain lo minta maaf sama Eshan? terus malah ngusir-ngusir gue. Heh, ini kelas gue juga kalau lo lupa."
"Emang iya. Gue gak ada bilang ini bukan kelas lo, kan?"
"Ck, udahan deh. Sekarang gue tanya sekali lagi lo beneran gak ngerjain tugas pak Yuyud? Cuma lo dong loh yang belum ngumpulin."
"Belum. Berapa kali tadi gue bilang, skip dulu. Mending lo antar aja sana tugas-tugas yang lain. Gue mau lanjut tidur."
"Yaudah. Bye!"
"Eh tunggu Nara."
"Apa lagi?"
"Lo nanti sekalian mau ke kantin kan? Gue nitip dong, Good day capuccino ya."
"Gue mau ke perpus, lagi gak pengen ke kantin. Bye."
Wajahnya kembali muram dengan bibir yang menekuk ke bawah. Tangannya mengambil beberapa buku dari dalam laci dan dijadikannya sebagai bantalan untuk menahan kepalanya. Dia melanjutkan kembali tidurnya.
Aku keluar kelas untuk beberapa menit sebelum bel tanda masuk berbunyi. Setelahnya aku kembali dengan sebuah botol yang berada di genggaman ku. Kelas tidak begitu ramai, mereka yang masih ada di kelas juga sibuk dengan aktivitas masing-masing. Aku pun berjalan ke salah satu meja. Memperhatikan dia yang masih nyaman dengan posisi tidurnya.
Botol yang berisikan capuccino itu ku letakkan di atas meja, tepat di samping tangannya. Sudut bibirku tertarik keatas saat dia tiba-tiba mendengkur. Untung saja dengkuran itu kecil dan hanya aku yang dapat mendengar nya.
______
(Hanya ilustrasi)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro