Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

«1»

“Hei Bin, main keluar yuk! Bosen disini terus,” ajak Jimmy sembari menarik lengan Bintang.

“Mau kemana Jim? aku takut keluar sendirian,” jawab Bintang.

Tak lama kemudian, Timmy yang merupakan teman mereka pun datang menghampiri dengan wajah semringah dan berlari menghampiri.

Segera digeser badan besarnya itu lalu duduk di samping Bintang. Bintang yang tahu akan hal itu segera berkata, “Hei Tim, kau habis kemana saja kok baru kesini?”

Timmy membalasnya dengan tawa renyah seperti tak punya dosa, “Aku habis makan dulu tadi. Mumpung ada makanan datang ya dimakan saja daripada mubadzir.”

“Baiklah ayo main ke taman belakang, sekarang lagi musim semi, banyak bunga yang bermekaran di sana. Seru pasti jika kita bermain di sana! Sini Bin, biar kubantu,” jelas Jimmy.

Tangannya pun menggandeng lengan kanan milik Bintang, sedangkan yang kiri dibantu oleh Timmy. Mereka tak menggubris perbedaan fisik yang terjadi.

Iya, betul. Bintang memiliki keterbatasan. Lebih tepatnya dalam penglihatan. Namun, ia tetap bersyukur tentang apa yang diberikan Sang Pencipta kepadanya.

***

“Kapan mataku bisa melihat? Aku ingin tahu bagaimana warna-warni dunia ini. Pasti menakjubkan,” “Aku ingin punya mata.”

Bintang menunduk lesu sebab selama enam belas tahun selalu diwarnai dengan satu warna yakni hitam.

Namun hatinya tak goyah, ia masih tetap menjalankan ibadah sesuai yang diperintahkan Tuhan-nya seperti sholat lima waktu sehari. Ia meyakini adanya Tuhan, meskipun zat-Nya tak terlihat. Yang tak terlihat bukan berarti tidak ada, sudah banyak bukti jika Tuhan itu benar adanya.

“Mengapa kau ingin sekali bisa melihat? Asal kau tahu, dunia itu kejam. Yang tak terduga bisa terjadi. Jangan kau kotori matamu itu demi melihat hal yang keji. Yang putih tak selamanya putih dan yang hitam tak selamanya hitam. Sebagai temanmu, aku hanya bisa memberi nasihat saja,” jelas Timmy panjang lebar.

“Betul itu yang dikatakan Timmy! Kau tak perlu bernafsu untuk punya sepasang mata. Lebih baik jalani saja seperti ini sebab matamu akan menjerumuskan pada dosa,” tambah Jimmy.

Bintang bingung antara harus memilih egonya atau mendengarkan perkataan kedua sahabatnya. Ingin sekali bisa mengetahui keadaan luar tetapi ia takut akan kejamnya dunia seperti yang dikatakan oleh Jimmy dan Timmy.

Bintang bergumam lirih, “Tapi aku ingin merasakannya.”

“Terserah kau jika kau ingin sekali melihat tapi jangan harap kita akan bertemu kembali karena kau sudah punya teman yang baru,” jawab Jimmy dan segera disahut oleh teman sampingnya, Timmy. “Kita tidak mau berbicara denganmu lagi. Sampai jumpa!”

“Hey, kalian hendak kemana? Kita masih berteman jika seandainya aku sudah bisa melihat. Jangan tinggalkan aku.”

Hening.

Perlahan suara mereka pun lenyap seperti ditelan inti bumi. Sudah tak ada lagi Timmy dan Jimmy di sana. Mungkin mereka marah, karena Bintang yang mulai berkepala batu.

Bintang juga bingung dengan perkataan mereka, karena ia belum tahu-menahu akan apa yang terjadi di bumi pertiwi ini. Jimmy dan Timmy ialah temannya yang selalu setia menemaninya selain Ibunya.

Dalam pikirannya, tebersit bayangan jika kedua temannya itu pergi meninggalkannya dan tak mau menganggapnya teman lagi. Pikirannya sedang berkecambuk sekarang.

“Hey Bintang, kenapa kamu diluar? Malam ini dinginnya menusuk tulang, sebaiknya kamu segera masuk ke dalam. Tak baik anak perempuan duduk sendiri di luar terkena angin malam,” jelas Ibunya, Venus.

Kehadiran Ibunya membuyarkan angan dalam benak Bintang. Segera dituruti perintah orang tua satu-satunya itu. Tangan kokoh Ibunya pun membantu menopang tubuh Bintang.

Ketika hendak beranjak pergi, Bintang menggaet tangan Venus untuk berhenti sebentar. Ingin sekali hal-hal yang sedari tadi terngiang di kepalanya segera dilontarkan. “Bu, apa benar jika dunia ini kejam?” tanyanya.

Venus pun mengelus puncak kepala Bintang, “Tidak semua di dunia ini kejam, Sayang. Jika kita pandai-pandai memilahnya pasti kita tidak akan terjerembab ke dalamnya.

Bintang tetap diam tak menanggapi ucapan Venus.

“Ngomong-ngomong Ibu punya hadiah buat kamu. Jadi, ada pendonor mata untuk kamu, Bintang. Kamu akan punya mata.” Venus memeluk Bintang dengan senyum bahagia.

Dalam hatinya, ia sangat senang mendengar kabar itu. Tuhan telah mengabulkan do'a yang ia panjatkan.

Tetapi, bagaimana jika teman setianya itu pergi meninggalkannya?

Ia berpikir beberapa saat untuk menentukan keputusan yang tepat.
Akhirnya Bintang menganggukkan kepala sambil tersenyum simpul.

***

Aroma obat-obatan membaur menjadi satu. Entah kapan mulanya, Bintang tertidur pulas dan tak mengingat apa-apa lagi.

Saat dirinya terbangun, hanya ada lilitan perban yang menutupi area matanya. Menurut Dokter, sekarang adalah waktu yang tepat untuk membukanya. Setelah itu, Dokter mengizinkan Bintang untuk perlahan membuka kelopak matanya.

“Apakah ini mimpi? Aku sekarang bisa melihat?” tanya Bintang sembari mengerjapkan kedua matanya.

“Iya, Sayang, kamu sekarang bisa melihat . Ini aku, Ibumu.”

Bintang menangis bahagia karena ia bisa melihat wanita cantik yang telah melahirkannya. Tak hanya itu, ia juga bisa melihat bunga bermekaran dari jendela kamarnya.

Ia bersyukur kepada Tuhan sebab Tuhan telah memberi kado terindah di dalam hidupnya.

Seketika, Bintang teringat dengan sahabat setianya. Ia rindu dengan Jimmy dan Timmy. Mereka benar-benar menghilang.

Dengan penasaran, ia bertanya kepada Ibunya, dimanakah dua orang yang selalu menemaninya bermain?

Ibunya memberi tahu jika makhluk yang selalu menemaninya bermain hanyalah sepasang kucing liar yang biasa masuk ke dalam rumahnya.

Bintang terkejut seolah tak percaya.
“Aku tak percaya jika kalian adalah sepasang kucing. Siapapun kalian, aku sangat berterimakasih sebab kalianlah yang  selalu menemani hari-hariku. Kalian adalah kawan pertama sekaligus sahabat terbaik yang pernah aku kenal. Terima kasih Jimmy, terima kasih Timmy, aku tak pernah melupakan kalian. Semoga di kemudian hari kita bisa bertemu.”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#Day1
#RamadhanBerkisah
#PenaJuara

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro