Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

40. Right Person.

Okay, Maula tahu dia udah sesumbar akan memberi Rikas ruang. Maksudnya, untuk nggak menuntut pria itu bercerita mengenai masalahnya bersama Rici Milendaru Harsodjo. Namun, kalau ternyata Rikas gagal untuk make it clear terhadap masalahnya gimana?

Oh, ayolah! Masih segar dalam ingatan Maula betapa Rikas dihantam ketakutan macam dunia mau kiamat besok dan dia tertinggal sendirian. Jangankan membayangkan Rikas bakal deal-deal-an bareng Rici yang kalau di tivi ngomongnya suka nyerocos tak ubahnya petasan renteng, membayangkan kalau Rikas bisa natap langsung mata Rici aja Maula sebenarnya tak yakin laki-laki itu bisa.

Jadi, dilatar belakangi nekat dan mungkin sedikit khianat dia lantas meminta ketemuan bareng Bang Miko di jam makan siang di dekat kantor pria itu.

Oh, ide menyewa jasa detektif swasta emang agak konyol sih. Mana boleh jadi harganya mahal. Hanya saja kalau Rici benar-benar berbahaya gimana?

Dia bisa menangin kasus dengan cara licik, siapa yang tahu kalau di masa lalu dia sempat bikin gara-gara terhadap Rikas atau Mami. Maula jelas nggak mungkin sekadar diam dan nonton aja saat di depannya ada orang yang siap menembak kepalanya—okay, istilah ini agak extream sih cuma menurut Maula jika Rikas terancam maka, hanya menunggu waktu baginya untuk ada dalam ancaman yang sama.

Maula udah duduk di salah satu meja dine in paling pojok di Moonbucks yang cukup ramai. Matanya bergerilya. Banyak orang-orang kantoran yang barusan saja memasuki jam istirahat mengantre di counter kasir. Maula secara asal memerhatikan satu demi satu pengunjung hingga netranya berhenti pada cewek yang baris paling depan. Dia mengenakan rok span dengan belahan cukup tinggi di bagian belakang, blouse pink tanpa lengan super-cantiknya dimasukan ke jalaninan pinggang, di kaki ada sepasang stiletto hitam yang begitu runcing dan bikin kakinya tampak makin jenjang.

Terkadang Maula berpikir kenapa dia nggak jadi salah satu dari mereka saja? Papanya yang memiliki usaha logistik sempat menawari Maula buat gabung ikut kerja bersamanya, tapi Maula merasa nggak seberbakat itu. Dia takut bikin salah di sana yang justru dapat merugikan Papa. Serta lebih daripada itu, Bang Miko bahkan bisa sukses meski tanpa campur tangan orang tua mereka, dan Maula saat dia masih 20-an sangat ingin melakukan hal yang sama.

Kendati, kalau dipikir-pikir sekarang, mungkin enak juga kalau dia menerima tawaran itu. Kayak cewek yang sedang diperhatikannya, yang saat ini lagi menerima kopi sambil mengempit map di ketek, serta menenteng satu Marc Jacobs merah di tangan. Mereka-mereka itu yang kemungkinan bahkan lebih muda dari Maula, berkerja di gedung-gedung tinggi, tentulah tabungannya udah banyak. Sekali pun belum banyak, setidaknya mereka nggak perlu ribet mikir pas beli kopi seharga 50 ribu dengan gaji mereka yang sebulan bukan cuma tiga ratus ribu.

Maula mendesah saat dia sadar dia udah terlalu banyak mengeluh. Please, mengeluh nggak akan membawa kamu ke mana-mana. Takdir yang Maula jalani dia sendiri kok yang pilih. Dia nggak harus iri sama siapa-siapa kecuali ....

Uh, apa yang dibeli sama cewek bertas merah itu? Carrot cake yang featuring Celebrity Chef? Tadi Maula lihat di display harganya bahkan hampir seratus ribu untuk satu potongan kecil. Emang kelihatan enak sih. Maula juga ingin coba. Tapi, Maula udah jajan lebih dari 50 ribu hari ini untuk beli satu gelas kopi demi menemaninya menunggui Miko. Dia harus ingat sekarang dia cuma ngajarin Agnia, dan ya ada satu teman anak itu yang baru-baru ini coba-coba ikutan les juga. Namun, gaji Maula kalau harus mengaku memang enggaklah seberapa.

Cewek itu kembali mendesah-desah sambil melirik jam di tangannya. Pukul 12.15.

Udah seperempat jam berlalu, kenapa abangnya tak muncul juga?

Maula melalui tatapannya mengikuti Si Cewek Gorgeous yang tampak sibuk sekaligus sukses itu menjajakkan stiletto hitamnya dengan penuh percaya diri untuk keluar dari gerai Moonbucks saat dari dinding Moonbucks yang seluruhnya kaca di kejauhan dia akhirnya melihat sosok Miko yang tengah menyeberang dan berjalan lebar-lebar menuju ke arahnya.

Okay, Maula tahu dia mungkin bakal menyesali ini. Tapi, dia sungguh ingin membantu Rikas. Dan, sebelum itu, setidaknya Maula harus tahu siapa kira-kira Rici Milendaru? Selain fakta bahwa dia Pengacara Aktris-Aktris juga another Harsodjo, tentu saja.

"So, what happened?" Namanya Jatmiko Sadewo. Selisih usia di antara mereka sekitar dua setengah tahunan. Dan, yang paling Maula ingat dari abangnya ini adalah dia suka membuntutinya ke mana-mana persis bodyguard karena mereka memang selalu sekolah di tempat yang sama hingga lulus SMA. Di mana Maula praktis nggak pernah punya kesempatan berpacaran gara-garanya. Cowok-cowok itu pada ngeri kalau udah dipelototi Miko. Sesudahnya, seolah Maula barang antik mereka cuma berani memandangi, tapi tidak dengan mendekati lebih-lebih menyentuh. Pokoknya, sebal banget deh satu sekolah dengan Miko!

Namun, ya, betapapun ngeselinnya dia bagi Maula, baik dulu atau sekarang abangnya itu selalu royal. Sambil duduk di seberang tempat Maula, Miko tahu-tahu menyodorkan satu piring carrot cake, di samping gelas kopi untuk dirinya sendiri. Uh, nggak usah heran bagaimana dia bisa tahu apa yang Maula mau, itulah ikatan persaudaraan, Sodara-Sodara, hehe!

Maula susah payah mengabaikan cake yang topping walnuts-nya tampak tumpah-tumpah saking tebalnya demi menodong serius, "Abang tahu ada kantor hukum yang namanya Taka Harsodjo?"

Miko menyesap kopi dinginnya sejenak untuk kemudian menyahut santai, "Lo mau cerai?"

Maula berseru kaget, "Hah?!"

"Taka Harsodjo and Partners terkenal sama kasus-kasus perceraian yang mereka tangani. Kasus Jevas dan Pamela dulu pakai jasa mereka. Lo mau hire mereka juga?"

Maula nggak tahu kenapa abangnya bisa punya asumsi macam itu. Tetapi, Maula memang jadi sedikit nervous ketika menampik, "Ya gak lah. Cerai apaan! Dan, Abang gak ngerasa aneh gitu?"

"Bahwa Taka Harsodjo juga anaknya nggak datang di nikahan lo sama Rikas?" timpal Miko yang kontan bikin Maula melongo.

Gadis itu dengan berat menelan ludahnya sebelum mencicit ragu-ragu, "Bang Miko udah tahu kalo mereka keluarga?"

"Dan, lo nggak tahu?" Maula patah-patah menggeleng. "Berarti cuma lo kayaknya yang nggak tahu," imbuh Miko yang kemudian tampak menggaruk dahinya sesaat. "So, anything going wrong? Lo ada masalah sama Rikas? Kapan hari lo cerita ada kenalan lo yang suka sama orang lain. Suami lo suka sama orang lain?"

"Ih, gak mungkin lah!" Maula defensif. "Dia suka gue! Dia bucin ke gue tahu! Gue kayak Princess. Kalo makan aja Rikas suapin." Begitu mulutnya mengatup, Maula refleks menggigit samar lidahnya karena rasanya tidakkah dia terlampau bersemangat? Meski apa yang dia bicarakan tak sepenuhnya bohong mengingat Rikas memang baru menyuapinya kemarin, cuma sekali lagi Bang Miko adalah tipikal orang yang nggak gampang dikibulin khususnya oleh Maula.

Maula sedang resah-resahnya sewaktu suara tegas Miko ujug-ujug menutur simple, "Oke." Dan, dia terlihat tak ingin berkomentar lebih jauh.

Maka, dengan penuh pertaruhan Maula lamat-lamat kembali mengambil alih situasi guna lanjut bertanya, "Omong-omong, Abang kenal sama Rici gak? Em, Rici Milendaru? Lengkapnya Rici Milendaru Harsodjo?"

"Bukannya udah jelas? Dia Lawyer di kantor hukum Bapaknya. Taka Harsodjo and Partners. Gue nggak kenal secara pribadi, tapi banyak orang tahu di luar sebagai Pengacara dia cukup sering kesandung masalah kekerasan dan pemerasan."

"Hah? Beneran, Bang?" kejut Maula, matanya spontan membola.

Miko mengedikan pundak lebarnya yang saat sama-sama kecil sering banget Maula gelendoti. "Terakhir, dia nyewa preman buat jotosin Sagaswara Harris gara-gara saling berselisih di club. Cuma, berakhir damai kayaknya karena kasusnya hilang begitu aja."

Sagaswara Harris Si Cucunya Donald Harris? Sepupunya Pamela Harris? Ogh! Seriously?!

Maula mendadak merinding ngeri sewaktu bayang-bayang wajah Rikas yang bonyok singgah dalam benaknya hingga sejurus kemudian dia lekas mendesak, "Abang masih nyimpen nomor orang yang Abang hire pas di masalah Kavi?"

"Apa yang udah salah?" tanggap Miko.

"Gak ada yang salah kok." Maula mengibas-ngibas lalu bergeleng-geleng. Tak cuma itu dia juga mulai nyengir-nyengir garing. Hadeh, semoga Miko percaya!

Sayangnya melalui suaranya yang amat tegas Miko justru menodong, "Apa yang udah lo rencanain sama Rikas?"

"Bang ...."

"Ingat! Entah lo ngerasa atau nggak, lo kesayangan semua orang di rumah. Mama, Papa, bahkan gue akan sakit hati kalau sampai lo kenapa-napa. Gue berusaha untuk nggak cari tahu tentang apa yang terjadi. Actually, gue nggak cukup yakin Rikas bisa berubah. Tentu, gue harap dia bisa karena dia udah bawa-bawa lo di sini."

"Abang ...?" Mata Maula nanar. Apakah abangnya yang selama ini selalu bikin Rikas mengkerut ketakutan diam-diam udah tahu tentang mereka? Tentang pernikahan main-main mereka?

"Do you think you have married the right person?" tanya Miko.

Maula refleks menggigit bibirnya untuk lamat-lamat lantas balas menggumam, "Dia bilang, jangan tinggalin."

"Dan, yang lo mau?"

"Gue ... gue kedengarannya mungkin aneh, tapi jujur gue senang pas menemukan satu orang yang membuat gue merasa berarti." Walau itu mungkin bukan otomatis cinta.

Berikutnya, Miko terdengar mendesah pendek. "Gue bantu."

"Hum?"

"Gue bakal bantuin soal Rici. Lo nggak perlu kontak Akhyar. Gue yang akan lakukan. Tapi, sebelum itu gue mau ngomong sama Rikas. Bilang sama dia berhenti hindarin gue karena sekeras apa pun dia sembunyi dia nggak akan bisa sembunyi selamanya."

"Tapi, Abang nggak akan bilang-bilang ke Mama sama Papa soal apa yang mungkin Abang tahu kan?"

"Apa memang yang gue tahu?" Ada nada ganjil di sana. Maula hampir-hampir percaya jika sesungguhnya abangnya udah tahu mengenai apa yang dia dan Rikas rahasiakan selama ini terlebih tak lama Miko menyambung begini, "Dan, di atas segalanya, gue tentu nggak punya hak untuk bikin kacau hidup lo. So, don't be worried."

Entah apa itu maksudnya. Yang jelas Maula menutup pertemuannya dengan Miko siang itu sambil melahap carrot cake manis nan gratis yang seketika bikin dia bersemangat.

Bagaimana tidak? Dia bisa segera bantuin Rikas! Rici Milendaru atau siapa pun itu, mereka nggak akan bisa bikin Rikas atau Mami sakit lagi!

Maula akan berdiri di sisi suaminya. Mengusahakan segala yang dia bisa.

Karena, bukannya itu ya gunanya 'teman serumah' eh, atau istri?

***

Masih ada yang nungguin?

Atau, ada juga yang nunggu cetaknya? Actually, ada 50 halaman bab extra yang beda dari extra versi KK. Tapi, belum bisa sebut tanggal kapan PO-nya karena masih cukup sibuk. But, hopefully, bisa dikerjakan segera.

Terima kasih udah baca Ula sama Rikas. Aku lagi sering main di lapak Jangan Ada Air Mata nih, siapa tahu kamu mau ikut main juga di sana boleh banget 😁💛💚

See you ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro