Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

37. Quality Time.

Siapa sih Rici Milendaru?

Maula ingin sekali bertanya begitu sejak dia masuk rumah dan bercipika-cipiki ria dengan Mami. Ah, enggak enggak. Bahkan sejak Maula yang lagi ngobrolin mengenai bunga mawar yang ditanam oleh Sora di halamannya sebaiknya diberi pupuk apa jika perempuan itu tak mau menggunakan NPK di tepi jalan rumah mereka, lalu mendadak dia ditelepon Mami yang memintanya mampir main sebetulnya lidah Maula udah gatal buat melontar nama itu.

Bukannya Maula berekspektasi Mami tahu. Hanya saja sebagai Princess Ursula Harsodjo—tentunya, sebagai Harsodjo yang lain—bukankah besar kemungkinan Mami ngeh terhadap munculnya Si Pengacara Beken Taka Harsodjo—dia punya kantor hukum sendiri pula—yang kebetulan punya nama keluarga yang persis dengan miliknya.

Namun, ya, nyatanya Maula sekarang lagi bantuin Mami mengupas kunyit yang telah dibakar—rencananya Mami mau bikin Soto Lamongan—sambil cerita-cerita ringan tentang beberapa mantan muridnya. Tanpa sedikit pun menyinggung soal Taka Harsodjo lebih-lebih Rici Milendaru.

"Terus sekarang berarti Ula ngajarnya satu atau dua orang?" tanya Mami dari depan kompor. Beliau sedang menggoreng ayam yang nanti akan disuwir-suwir dalam soto.

"Baru-baru ini nambah satu, Mi. Jadi, dua deh," terang Maula, tangannya udah tampak kuning-kuning gegara memegang cukup banyak kunyit. Padahal, tadi Mbok Rumi yang saat ini sibuk nyuci di belakang sempat menawarkan buat mengupas semuanya.

"Cieee nggak beneran jadi pengangguran," gurau Mami sambil menoleh ke arah Maula lengkap bersama wajah usilnya. Yang sumpahnya dari sedikit tarikan di sudut-sudut bibir atasnya seakan mengingatkan Maula terhadap sosok Rikas yang kerap memiliki ekspresi serupa. Uh, nggak ibu, nggak anak sama saja ternyata!

Tawa Maula sontak berderai renyah. "Tapi, Mi ya kan Ula tuh kaget pas baru pertama ketemu murid yang baru ini," curhatnya kemudian.

"Kenapa gitu?" timpal Mami. "Nggak kayak yang anak SMA nakal itu kan?" sambung Mami, nadanya terdengar agak waswas. Sepertinya sih Mami masih ingat terhadap salah satu murid Maula yang paling membuatnya kesulitan di awal-awal dia nikah bareng Rikas.

Uh, bagaimana nggak? Dulu, Maula sempat punya satu anak didik buat dia kasih les Matematika. Cowok dan emang lagi di masa-masanya dia puber. Anak itu sering banget gangguin Maula. Awalnya, cuma sok sepik-sepik menggoda yang Maula anggap hanya bercandaan saja. Tak heran dia biarkan. Tetapi, lama-lama tingkahnya justru makin di luar nalar dan pemakluman. Dia mulai berani pegang-pegang Maula. Senggol-senggol ringan tangannya yang lagi mengoreksi jawaban dengan dalih nggak sengaja lah. Gesek-gesek betis Maula pakai ujung jari kakinya di bawah meja dengan beribu-ribu kilah lah. Dan, yang paling parah adalah saat dia nekat megang bokong Maula serta tahu-tahu meremasnya pas Maula baru selesai ngajar, ketika itu dia bahkan udah bersiap pamit pulang. Tentu, Maula langsung mengatakan kepada orang tua anak itu mengenai apa yang dia alami kendati jelas waktu itu Maula merasa jijik setengah mati sekaligus malu bukan kepalang.

Namun, tahu apa yang terjadi?

Realitasnya anak itu telah lebih dulu mengadu kalau Maula lah yang udah menggodanya. Singkat cerita, itu berakhir buruk bagi Maula. Orang tua anak itu nggak sepenuhnya percaya terhadap penjelasannya dan dia dipecat hari itu juga. Hanya karena dia perempuan dan dia lebih dewasa maka, dialah yang lebih pantas bertanggung jawab tak peduli entah dialah yang benar atau salah di sana. Guru tugasnya mengayomi, begitulah kata semua orang. Masa bodo bila pun Maula merasa sangat nggak nyaman, seolah udah sewajibnya dia berkorban.

Lalu, selepas itu, Maula bahkan sempat merasa takut buat menerima murid laki-laki. Tetapi, karena dia butuh uang maka, satu tahun setelah kejadian itu dia akhirnya menerima Agra yang ternyata anaknya manis sekali.

"Gak kok, Mi. Masih kelas dua SD. Anaknya cewek lagi. Cuma, pas pertama ketemu Ula masa dia panggilnya Mama kan bikin kaget ya, Mi," ujar Maula melanjutkan ceritanya.

Mami terkikik-kikik geli sambil menyerok ayamnya dari lautan minyak di penggorengan. "Kok bisa sih?" Kemudian, Mami kembali menoleh ke arah Maula dengan penasaran tatkala selesai meniriskannya.

"Iyaaa. Jadi katanya, dia tuh emang punya kebiasaan manggilin semua cewek pake sebutan Mama gitu, Mi. Ada-ada aja kan?"

"Tapi, gemas sih," tanggap Mami. "Jadi, ingat Rikas waktu kecil suka banget ikut sama cewek rambut pendek. Dikiranya Mami semua itu. Pernah malah pas makan di The Tasty Chicken dia mau ikut pulang sama orang asing. Ya ampuuun! Kalau ingat atau kalau Mami ceritain lagi, Rikasnya paling cuman geleng-geleng sambil ngedumel katanya, 'Ah, nggak mungkin lah aku begitu! Mustahil banget aku nggak ngenalin Mami kesayanganku'." Mami menyerak-nyerakkan suaranya, meniru nada bicara Rikas yang jatuhnya justru lawak sekali. "Ya elah! Dulu, dia umur tiga atau empat tahun ya kali dia bisa ingat? Halah halah bocah itu memang paling kuat ngelesnya!"

Mami bergeleng-geleng seraya tertawa, begitu juga lah Maula mengekorinya. Dapur Mami yang hari-hari hanya diisi oleh Mbok Rumi hari ini sontak bergema ramai.

Dan, mendadak lebih riuh saja ketika dari bibir pintu dapur, suara ini mencuat ke tengah-tengah keseruan mereka, "Hei Para Kesayanganku, sedang apa di sini?"

Maula refleks menengok. Di sana, dia langsung disambut oleh sosok Rikas yang kemeja putih gadingnya udah tergulung rapi hingga siku. Semula dia berdiri bagai model, menyender malas di kusen pintu, sebelum detik berselang kontan berlarian bak bola bekel mental-mental ke arah Mami untuk memberi satu pelukan. Dih dih dih!

"Kangen. Mami sehat kan?" sapa Rikas lembut, tangannya menepuki pelan pundak kiri Mami seolah berabad-abad tak pernah ketemu. Maula hanya memerhatikan dalam bungkam seluruh interaksi hangat yang berlangsung di antara ibu dan anak itu, sambil diam-diam menyesal kenapa juga sejak tadi dia terus menunda-nunda bertanya pada Mami mengenai kantor hukum bernama Harsodjo dan Rici?

Kalau udah ada Rikas begini, bagaimana caranya Maula bisa nanya? Lagian, ngapain sih siang-siang Rikas malah balik? Biasanya juga dia suka makan di kantor, atau ya di mana pun deh. Maula nggak begitu tahu sih tempat makan siang favoritnya Rikas, hehe. Mungkin di mana pun asal bareng Teddy? Ups, keceplosan! Meski, mulai tadi pagi Maula terang udah berjanji untuk nggak bakal sebut-sebut nama Teddy lagi, tapi kan toh Rikas nggak bisa dengar isi pikiran dan hatinya ini! So, biarkan saja deh sesekali!

"Katanya tadi nggak bisa," pungkas Mami. Muncul cemberut kecil di bibirnya.

"Lho, kapan? Kan tadi bilangnya aku usahain. Meeting-nya juga dekat sini. Terus, kata Mami, istri aku lagi di sini buat bantuin masak Soto Lamongan. Ya kenapa aku harus nggak datang coba?"

Maula hanya makin-makin merotasikan dengan jengah bola matanya begitu Rikas yang barusan saja sesumbar beralih untuk merangkul pinggangnya sembari sok mesra menyapa, "Gimana? Mami aku nggak nakalin kamu kan, Sayang?"

Anjir, dangdut banget! Hih hih!

Tapi, berbeda dari Maula, Mami yang menyaksikannya malah tertawa-tawa kesenangan sambil berkomentar, "Akting kamu payah ah!" Melalui picingan gelinya Mami menuding sang putra.

"Kok akting sih, Mi? Memang biasa ngomongnya manis gini kok ke Ula kalau di rumah. Tanya aja ke Ula kalau nggak percaya. Aku mana pernah kasar. Iya kan, Sayang?"

Sayang-sayang! Giguuu! Bikin kepingin menempeleng lidahnya yang offside!

Memilih buat praktis mengabaikan akting Rikas yang menurut Mami saja payah, Maula lantas beralih buat mencuci seikat batang daun seledri yang hendak dia irisi, tapi Rikas sok-sok berinisiatif gerak bantuin.

Namun, bukannya dari pinggir—berdiri menyejajari Maula depan wastafel—pria itu malah berdiri tepat di belakang punggung Maula. Memeluknya dari arah belakang bersama tangan yang menjulur ke bahwa kucuran keran untuk ikut mencuci. Ya ampuuuun! Nggak punya malukah dia ditontonin Mami? Maula saja lehernya mendadak kaku kayak pohon tua tak hanya karena kepala Rikas tiba-tiba terasa menumpang santai di sebelah bahunya, tetapi juga gara-gara tegang memikirkan kemungkinan Mami lagi lihat mereka sambil berasumsi liar bahwa mereka sering mesra-mesraan begitu pas di rumah!

Maula ingin segera menyingkirkan Rikas yang macam lintah, rekat di tubuhnya. Dia sedang berusaha menyikut-nyikut perut Rikas. Perut kotak-kotak yang tak sengaja diilerinya. Ih, kalau ingat pas dia bangun tadi pagi dia lagi rebahan di dada hingga perut Rikas hampir mencapai bagian tersensitif laki-laki itu sambil ngences malah Maula tambah maluuuu!

Maula sibuk menggurah Rikas disela aktifitas merutuki diri sendiri dalam kepala, ketika tahu-tahu terdengar suara derap langkah cepat-cepat seperti orang berlari yang mendekat. Dan, benar saja, saat Maula mengintip dari bahu Rikas, Mbok Rumi lagi lari ke arah Mami sambil membawa handphone milik Mami, terus dia melapor begini, "Ibu, Rici Milendarunya nelpon lagi."

HU—WHAT?

Ini Rici Milendaru yang sama dengan di hape Rikas kan? Yang beberapa kali telepon dan berakhir dengan tak terangkat semalam? Mami ... kenal juga?

Maula sedang bertanya-tanya dalam diam saat Rikas yang sejak tadi diusirnya, tapi tak mau pergi mendadak dengan suka rela menyingkir. Laki-laki itu juga terlihat menghampiri Mbok Rumi dan menyambar ponsel Mami sambil bergegas membawanya pergi dari dapur.

Menyisakan Maula yang kebingungan juga Mami yang tampak memegangi dadanya dengan wajah khawatir, serta Mbok Rumi yang buru-buru mengambil alih kompor.

Maula tak ingin berprangsangka. Sungguh! Cuma, apa sebenarnya Rici Milendaru ini yang kemarin diceritain sama Mamanya, ya? Yang bikin Mami masuk rumah sakit? Atau, jangan-jangan dia ... jugalah tersangka yang udah bikin Rikas bonyok-bonyok tempo hari?

Entahlah.

Maula harus mencari tahu. Ya, harus! Karena, nggak tahu mengapa dia merasa nggak rela—mungkin karena kasihan—kalau Rikas mesti kambuh lagi. Merasa dihantui ketakutan, badannya gementaran, pandangannya kosong, seperti kejadian yang kemarin disaksikannya di mal.

***

Tayang-tayang-tayang teles amet bibir Rikas 😌

Ih akyu baru baca cerita ini yang udah diedit dan dipercantik loh busyeeet berasa fresh gitu macem baru pertama kali baca 🤣 mana extra babnya tebel amat lagi.

Buat kamu yang ingin memiliki Ula akhir bulan ini launching versi cetaknya loh.

Makasih udah nemenin Ula sama Rikas sama simbaak juga. Jumpa lagi akhir bulan ini ya 💛💚💛

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro