3. Pacar.
"Rikas tuh jeruk makan jeruk!"
"Pramadaya Rikas Harsodjo dari AlphaReturns? Doi mah lekong, Cyiinn!"
"Nyari istri? Cih! Buat kedok doang paling!"
"Berani sumpah poci deh, Rikas itu gay ultimate anjing!!!"
Dan, ratusan kalimat lain dengan inti yang nggak jauh berbeda. Bahkan Miko, Abangnya sendiri selalu mewanti-wanti Maula kalau Rikas mulai nunjukin gelagat nebar jala buat sok-sok nawarin berhubungan serius, Miko harus jadi orang pertama yang tahu. Biar dia bisa menangkalnya lebih dulu.
Menangkal? Dikira petir kali ah pake ditangkal.
Lagian, apa yang mau ditangkal sih? Hati Maula nggak akan terluka kok andai kata pun Rikas tidur sama seribu cowok ibukota.
Ayolah! Pernikahan Maula nggak kayak pernikahan-pernikahan lainnya. Nggak kayak nikahan Mama dan Papanya yang penuh cinta kasih. Nggak juga kayak pernikahan Abangnya yang semacam destiny—honestly, that's like Gods perfect will sehingga mau lari ke mana pun akan sulit dihindari. Apalagi pernikahan Ezio yang ternyata bisa pria itu jalani dengan sepenuh hati.
Pernikahan Maula cuma berdasar simbiosis mutualisme. Even though, the ideal marriage itself is being mutually, right? Kayak Mama dan Papa yang masing-masing memiliki mutual understanding, respect, supporting, and of course emotions. Atau, Miko dan istri yang seenggaknya punya mutualisasi untuk saling melengkapi.
Maula dan Rikas juga bermutual kok. Bedanya, nggak ada hati yang saling termutual dalam pernikahan mereka.
Simple-nya, karena Rikas butuh istri biar dia bisa bebas dari tuntutan tiada akhir yang dilayangkan oleh keluarganya di saat usianya udah menginjak pertengahan 30-an. Sekaligus bagai mendayung dua pulau, pernikahan itu juga bisa digunakan demi menepis gosip-gosip perihal orientasi seksualnya yang tersebar di luaran, yang padahal emang benar kan? But, living in this society, you know lebih aman buat menjunjung majority rule kan?
Dalam pernikahan ini Rikas jelas banyak dapat untungnya. Gosipnya habis. Sebagian memang masih nyisa sih tipis-tipis lah terlebih dalam circle-nya. Tapi, toh dia masih tetap bisa eksis tebar jaring dan pacaran kinyis-kinyis. Nikmat mana yang mau dia dustakan?!
Kemudian, Maula?
Adakah manusia yang gagal tes CPNS lebih dari 10 kali? Oke, mungkin ada. Tapi, mereka tentu bukan cucunya Panungki Ageng Hasmoko kan? Yang anak-mantu-cucu-cicitnya pada sukses-sukses semua. Mulai dari Tukang Bangun Gedung macam Pakde Kuncoro. Papanya yang berhasil mengelola salah satu usaha logistik serta bongkar-muat yang menjadikannya salah satu perusahaan paling mahsyur di bidangnya di seantero Jakarta. Belum lagi Abangnya yang udah naik tahta sebagai Marketing Director dari dua tahun lalu.
Dibanding keluarganya sendiri, Maula bahkan hanya seperti serpihan upil yang dikorek karena mengganggu. Rekor buruk itu betul-betul mencoreng tak cuma mukanya, tapi juga keluarganya!
Parahnya, gajinya ngajar les di Jakarta sama sekali nggak pernah mencukupi. Please, apa-apa mahal, Bok! Mana muridnya sebulan cuma dua! Dia cukup beruntung masih hidup dengan suplai uang dari Mama dan Papa. Padahal usianya udah lewat 20-an. Maula saat didekati Rikas udah 30 hampir 31. Kata Bude-Bude julidawati, rahimnya bahkan udah di masa-masa nyaris mengering.
Kalau nggak nikah dia mau apa? Kerja nggak becus. Mending tenaganya dipake ngulek sambel di rumah mertua. Masih ada gunanya. Sungguh jahatnya!
Jadi, dalam pernikahan ini bisa dibilang, Maula juga dapatlah manfaatnya.
Meski, setelah satu setengah tahun, ada hari-hari di mana dia mempertanyakan manfaat itu?
Betulkah sungguh sebermanfaat itu untuk Maula?
Dia cuma kayak pindah numpang tidur dan makan. Dari rumah Mama saat remaja ke Malang. Terus, balik ke tempat Mama lagi. Lalu, berakhir di rumah Rikas. Kayak musafir merangkap hamba sahaya. Bergantung hidup sama orang lain melulu!
Di dapur rumah Rikas yang kelengkapannya hampir-hampir menyaingi dapur Mamanya, Maula yang malam ini lagi masak nasi goreng petai lantas mendesaukan udara kasar dari dalam mulutnya. Membaui aroma wangi petai yang khas menggelitik masuk ke tepi hidung, menggantikan karbon dioksida yang barusan dibuangnya.
Entahlah. Belakangan intensitas melamunnya makin sering saja rasanya.
Mungkin karena rumah ini sepi jadi enak buat nostalgia ala-ala? Ya, bisa jadi. Rikas sendiri hari-hari balik lewat tengah malam. Balik jam 11 saja udah terhitung sore bagi laki-laki yang terakhir pas Maula dipaksa Mami nganter bekal makan siang ke kantornya, dia masih menduduki kursi VP Strategic Planning di AlphaReturns. Sebuah software house yang lumayan beken di Jakarta.
Lalu, ngomong-ngomong Rikas yang jarang ada di rumah, Maula mematikan kompor. Nasi goreng kelebihan kecap favoritnya udah matang. Menaruh seluruh isi wajan ke piring, Maula mengambil satu botol air dingin dari kulkas, sebelum akhirnya berjalan ke sofa yang sering diduduki Rikas kalau dia lagi kerja sambil tiada henti mengutak-atik laptop.
Mengempaskan tubuhnya yang seharian lelah berkeliaran di luar, Maula meneguk air langsung dari botol saat matanya berlari ke sisi jendela yang tirainya belum dia singkap menutup. Dari sana, jendela rumah Rikas yang besar seolah memajang seluruh pemandangan di luar. Termasuk rumah di seberang yang lampunya menyala benderang.
Range Rover hitam yang tadi pagi dikendarai Ezio udah terparkir di carport sejak sekitar jam 5 sore. Maula yang lagi siram-siram kembang di kebun kecil depan rumah, sore tadi sempat melihat pria itu pulang dari balik daun pohon jambu biji tempatnya buru-buru menyembunyikan diri, yang ditanamnya saat awal-awal dia pindah ke tempat Rikas.
Hmm.
Malam ini, Ezio pasti lagi makan bareng sama istrinya. Sambil ngobrol dan sesekali balas ngelempar senyum kayak yang tadi pagi Maula saksikan dari balik jendela.
Dan, Maula?
Dia melirik piring di pangkuannya. Dia bisa masak cuman nggak sejago Mama. Nasi goreng boleh dibilang salah satu comfort food-nya. Maula yang telah terbungkus piyama kelonggaran andalannya, menelan satu sendok nasi goreng yang lebih mirip nasi kecap itu yang untungnya nggak keasinan. Beuh! Kalo asin lengkap sudah kenelangsaan dalam hidupnya hari ini.
Maula sedang mengunyah sembari menunduk memandangi bulatan-bulatan petai di piring, ketika telinganya yang sensitif mendengar suara mobil Rikas menggilas keramik pelataran.
Lho?
Maula cepat-cepat melempar matanya macam laser ke arah jam dinding di balik punggungnya. Baru jam 8 lebih dikit. Rikas udah balik? Kok bisa?!
Maula tak perlu tergopoh-gopoh berlari ke pintu karena Rikas bisa buka sendiri. Seperti pagar utama yang nggak pernah mereka tutup, Rikas selalu pergi dengan kunci cadangan di sakunya. Maula juga nggak perlu beribet-ribet ria nyiapin air hangat karena Rikas lebih seneng mandi air dingin. Apalagi kalo dia gagal nananina sama Ayangnya, pasti butuh banget deh ngeguyur diri pake air dingin!
Jadi, Maula cuma lanjut makan dengan tenang. Merasai manisnya kecap di ujung lidahnya.
Cuma dia kaget bukan main pas tak lama setelah hadirnya suara pintu yang ditutup, dia justru menyusul dengar suara serak Rikas yang khas tiba-tiba terhambur begitu rapat dengan cuping telinganya. "Malam, Sayang."
Dan, bau bir pun berbondong menguar bikin Maula pengen hoek-hoek.
Dih, jam 8 udah mabok. Apa kabar dunia?!
Kayaknya sih hancur. Khususnya dunia Pramadaya Rikas Harsodjo pas laki-laki itu tahu-tahu bergabung duduk, mengalungkan lengannya yang rajin dilatihnya di tempat gym—actually, dia juga ketemu Teddy di tempat gym—ke bahu Maula sambil mengadu, "Putus."
Dan, Maula yang hatinya sekeras cobek rumah mertua cuma mendengkus. Pengennya sih sambil mengimbuhi, "Syukurinnn lo, CONG!!"
Tapi, takut karma hehe. Jadi, dia simpan aja kejulidannya dalam hati.
"Aaaa...." Lalu, dengan tampang nggak berdosanya, Rikas langsung mangap lebar-lebar. Menunjukkan goa berisi gigi-giginya yang tertata rapi dan bersih. Sekaligus lidah merah mudanya yang panjang, yang mungkin sering dipake ngelomotin barangnya Si Teddy.
Hoek! Ya ampuuun!
Maula sontak memutar bola matanya macam gasing. "Manja banget sih! Anak siapa lo?" komentarnya dalam dengkusan.
"Anak Mami Ursula. Suaminya Maula."
"Pacarnya?"
"Pacar Maula aja, mau nggak?"
Dan, Maula langsung menoyor kepalanya. Bikin Rikas terkekeh-kekeh. Ya, setidaknya malam ini kayak Ezio di depan sana, Maula nggak makan sendirian.
***
Uhuy, hari ini update-nya barengan di sini dan di sana 💅
Karena, Maula ceria jadi cerita ini semoga juga ceria ya, Cyin ulala. Walau dia terkesan blangsak banget hidupnya, tapi ya affa iyaah sih mending kita tunggu saja sampai tamat ya, Pemirsa 💅
Terima kasih udah membaca cerita Maula dan Bencesnya ini 💚💛💚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro