
28. Saya Suaminya, Katanya.
Tahu nggak apa yang paling malesin dari hadir di agenda acara keluarga?
Bingung mau manggil orang-orangnya dengan sebutan apa? Pas Maula kecil dia bahkan selalu dipelototin kayak habis bikin dosa besar oleh Mbah Nung setiap kali lidahnya terpelintir nyebut Bude untuk Bulik, atau pun sebaliknya. Please, Mamanya tujuh bersaudara, belum lagi Papanya yang punya keluarga besar juga. Jika semuanya nikah dan minimal punya anak dua, ada berapa kira-kira kepala yang mesti Maula hapal namanya saat mereka bareng-bareng ketemu di family get together, family reunion, family gathering, or whatever you name it.
Lalu, dengan hadir kadang dituntut juga untuk punya skill basa-basi. Oh, shit! Pas anak-anak bahasannya mungkin seputaran nilai Si A yang lebih bagus dari Maula, Si B yang ikut banyak organisasi di sekolah hingga selalu pulang petang nggak santai-santai kayak Maula, atau ya sebatas Si C yang lebih muda dari Maula, tapi bisa ikut olimpiade MIPA dan siap lulus duluan gara-gara masuk kelas akselerasi. Kemudian tua dikit udah langsung muncul deh kalimat ajaib lainnya macam kerja di mana, nikah sama orang potensial yang mana, udah punya anak berapa, udah nambah anak, dan lain-lainnya. You know? Life is like a competition. Butuh meraih piala untuk dapat validasi.
Namun, jelas yang paling bikin senewen di kegiatan kumpul-kumpul adalah The Dramas!
Rasanya bahkan udah kayak drama India dengan episode ribuan ketika Maula yang lagi menyendok bubur candil ubi ungu sambil sesekali mengangkat matanya untuk mengawasi Agnia yang sedang dibantu oleh Rikas buat mengambil susu segar di kulkas, tiba-tiba dihampiri Bulik Kemala yang tadi Maula sekelebat lihat lagi duduk-duduk di sofa berceloteh ria memamerkan Range Rover baru yang berhasil dia beli cash pakai uang yang dia menangkan dari acara arisan berlian yang sebulan lalu dia ikuti. Beuh, Maula juga dengar betapa tadi Bulik Kemala mengkritisi kakak iparnya yang belum juga ngasih les buat Kaisar.
Dan, agaknya beliau baru saja kena tamparan fakta di group bergosipnya sehingga dia melipir ke arah Maula masih sambil samar-samar misuh.
"Dara iki yo mbok uteknya tangi gitu loh! Jangan mau dibodohi! Buat apa coba ngasuh anak dari wanita lain? Hih! Dibela-belain segitunya! Tahu ndak barusan dia bilang apa, La? Dia bilang, Mamamu ndak akan undang Bulik lagi kalo masih bicara macam-macam soal Kaisar!" Bulik Kemala yang bibirnya bergincu merah mendengkus persis kerbau lapar. "Macam-macam apa? Yo memang fakta semua kok! Dia anaknya Miko sama wanita lain! Anak luar nikah pula!"
Bubur candil yang Maula santap manis, tapi entah mengapa Maula bak baru menelan satu cobek sambal sampai rasanya kupingnya panas sreng-srengan. Maula bersumpah, dia udah berusaha untuk menahan diri agar tak perlu berkomentar, tapi gagal sewaktu dia mendengar Bulik Kemala sedikit membanting sendok yang digunakannya mengambil kuah yang barusan dia siramkan dengan kesal ke atas petulo.
"Bulik?" Mulai Maula memanggil.
"Iyo?" Bulik Kemala meliriknya. "Kamu udah rekomendasi juga tah ke Dara soal les? Kamu kan Guru walau belum PNS, tapi yo pasti ngertilah, La, yen pendidikan apalagi untuk anak-anak itu—"
"Bulik juga rawat Renaldi," ujar Maula straight to the point. "Bulik juga rawat dari Renaldi masih kecil."
"Lho, yo, opo jadi bahas-bahas Renaldi? Kan barusan Bulik lagi ngomongin les! Lagi pula, Kaisar dan Renaldi itu jelas beda!" Bulik Kemala defensif.
Namun, Maula bersama nada bicaranya yang santai tetap memburu, "Apa bedanya?"
Sama seperti Sandara—istri Miko, kakak iparnya—yang tadi Bulik Kemala katai gara-gara merawat Kaisar yang bukan darah dagingnya. Renaldi juga adalah anak suami Bulik Kemala dari istri pertamanya yang sudah meninggal.
"Bedanya Renaldi ini lahir dari orang tua baik-baik. Ayahnya orang baik. Mbak Ayu orang baik cuma kurang beruntung karena sakit. Tapi, Kaisar? Wanita yang ngelahirin dia iku pembunuh! Kriminal! Kita semua tahu Miko keluar duit banyak cuma buat nyingkirin berita kasusnya yang kayak setan!"
"Bulik sadar apa yang barusan Bulik omongin?" Maula berusaha untuk tak marah kendati giginya udah bergemelutuk macam orang kedinginan.
"Sadar dan itu yo memang fakta!" Seolah di atas angin Bulik Kemala enteng saja menyantap petulonya sambil berdiri. "Belum cukup di keluarga ini ada yang cuma luntang-lantung, nggak punya pendapatan jelas padahal wes tuwo, eh, sekarang ketambahan lagi masuk anak kriminal."
Tak tahan lagi Maula sontak terkekeh-kekeh satir. Oh, bukannya dia terlalu sensitif, tapi di keluarga ini yang deskripsinya sesuai dengan yang barusan Bulik jembrengkan cuma satu. Maula tahu bahwa dialah orang yang telah disindir. Karena, yang pekerjaannya belum jelas meski usianya udah menginjak 30-an, dan nggak pernah terlihat membeli apa-apa yang bisa dinilai berharga ya hanya dirinya.
Namun, apakah Maula langsung berang? Tidak sih. Sebab, diam-diam di dasar hatinya yang terdalam Maula juga kecewa kepada ketidakcakapan yang dia miliki.
Hanya saja ....
Bulik ternyata belum puas. Dia tahu-tahu kembali menodong tanya meremehkan, "Kamu sendiri sekarang udah hamil belum? Kalau memang ndak niat-niat amat kerja sebaiknya punya anak, La. Udah mau dua tahun loh kamu nikah. Udah coba-coba cek ke dokter? Jalani hidup mbok yo sing sehat ngono toh, La. Toh, kamu banyak waktu luangnya kan? Atau, mau Bulik bagi kenalan Obgyn? Periksa dulu saja. Siapa tahu bener kamu ono masalah kesuburan. Jangan buru-buru adopsi, itu tadi anak siapa yang dibawa? Jangan ngomong anaknya Rikas loh nanti Bulik dejavu!" Lalu, dia pun tertawa-tawa. Yang andai menyumpal pakai candil nggak bikin dia lantas dicap durhaka dan tak beretika, tentulah udah Maula lakukan.
Jadi demi menahan gejolak berang Maula hanya berakhir menggigiti bibirnya keras-keras.
"Tapi, kamu ndak mikirin childfree kan, La?" Mendadak Bulik Kemala kembali buka lapak untuk hina-hina. "Jangan! Rikas iki anak tunggal kan? Kasihan kalau ndak kamu kasih anak. Dia kelihatannya kalem, ngayomi, lelaki baik-baik. Di luar sana pasti yo akeh sing ngincer, La. Harus hati-hati! Jangan sampai dia malah dapat anak dari wanita lain duluan kayak Miko itu! Bedanya, Dara mungkin bisa survived andai pun dia cerai sama Abangmu karena gitu-gitu kerjaannya yo jelas. Bisa cari uang sendiri dia. Nggak ngerepotin orang. Lha, kamu mosok arek balik minta disuapin sama Mama-Papamu lagi sih?"
Bodo amat deh kalau habis ini Maula dipecat dari jabatannya sebagai cucu Mbah Nung, dia udah nggak tahan lagi! Dengan kekuatan ekstra Maula tahu-tahu menyemburkan kuah candil yang dia kemu di mulutnya tepat ke arah wajah Bulik yang kebetulan sedang nengok ke arahnya hingga sesaat berikutnya wajah dempul itu udah berlumur santan yang kecampur ludah dan jigongnya Maula.
Untuk memuluskan aktingnya, cewek itu bahkan sok terbatuk-batuk kala Bulik Kemala langsung memelototinya kayak mau makanannya hidup-hidup.
"Maula! Kamu ini yo ...." Bulik jelas menuntutnya untuk meminta maaf. Namun, apakah Bulik juga sadar kalau kata-katanya pada Maula juga butuh dimohonkan maaf?
Maula tahu tindakannya terbilang nekat dan keliru. Mereka bisa bicara baik-baik, tapi ....
Sebelum pertikan itu makin parah, dan pesta Mama justru kacau. Sebelum Bulik mbengok-mbengok hingga seisi rumah geger lebih-lebih dari ada kebakaran, Rikas dari arah belakang udah keburu datang. Maula melihatnya kala laki-laki itu kembali menggandeng tangannya protektif sambil bilang begini pada Bulik yang tercengang sebelum menyeretnya dari sana.
"Hamil tidak hamil, Maula tetap istri saya. Punya anak atau tidak, Maula juga tetap istri saya. Tidak pernah jadi suatu masalah untuk saya, Bulik. Kalau saya sendiri suaminya tidak masalah, kenapa orang lain merasa sangat bermasalah? Lain waktu dibanding mengomentari istri saya mungkin Bulik bisa memanfaatkan waktu luang Bulik yang rasa-rasanya juga sama banyaknya untuk belajar parkir lagi. Kalau-kalau Bulik belum tahu, tadi sebelum masuk saya lihat ada noda goresan cukup panjang di body mobil Range Rover hitam di depan. Milik Bulik Kemala kan ya itu? Benar mobil baru dari dealer kan ya itu? Bukannya malah mobil ‘baru’ menabrak sesuatu?"
Bulik yang cincing-cincing rok, misuh-misuh menelepon seseorang, sambil berlari ke halaman adalah pemandangan terakhir yang bisa Maula tangkap sebelum Rikas berhasil membawanya menepi ke bagian rumah paling sepi.
***
Makasih udah membaca Maula dan Rikas 💛💚💛
Yeay sisa 3 bab lagi di sebelah menuju tamat. Makasih udah menemani hingga sejauh ini ya 💅💛😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro