17. Bagai Dimadu.
Hampir satu tahun lalu jagat sosial media negeri ini dihebohkan dengan mencuatnya satu video dugaan Selebritis beken yang kepergok berselingkuh sama suaminya. Lalu, nggak nyampe tiga bulan berikutnya, Pamela Harris, Si Public Enemy resmi bercerai. Kendati, saat itu, semua berita begitu saja berbalik tak ubahnya bumerang guna menyerang suaminya yang mendadak menjadi villain dalam pertempuran keduanya. Entah siapa yang sesungguhnya bersalah beritanya jelas lebih bombastis dari kabar tentang Ilham Kavi—Si Politisi Pemula, Si Pelaku KDRT, serta otak dari segelintir tragedi pembunuhan keji yang dapat remisi—tentu bukan hanya karena Pamela Artis yang setiap geriknya seolah perlu ter-publish. Jujur saja, perselingkuhan selalu punya tempat lebih proper untuk dapat atensi di society. Lebih mudah menemukan orang sesuara di ranah ini.
Maka, andai Rikas dan Teddy ketahuan, Maula mungkin mendadak bakal kebanjiran simpatisan. Namun, lebih daripada itu, Mami Ursula dan keluarganya boleh jadi akan lebih dahulu bergelimpangan pingsan!
Lagi, untuk ke sekian kalinya di nyaris sepuluh menit dia duduk di jok belakang Hyundai Kona milik Rikas, Maula sengaja mengehela napasnya keras-keras.
Sayangnya, tak jauh berbeda dari sepuluh menit lalu ketika Maula pertama kali melakukannya, di dalam mobil itu yang reaktif berbalik ke arahnya hanyalah cowok berkemeja merah muda yang duduk di kursi penumpang tepat di sisi kemudi. Sedang, yang mengemudikan mobil justru tampak masih saja memerhatikan jalanan lurus-lurus seolah dia sama sekali tak terganggu.
Cih!
"Seret, La?" Maula sedang memutar-mutar jengah bola matanya saat pertanyaan ini tiba-tiba terdengar menghunus di kesepian kabin mobil.
Dan, seperti biasa, bom tak kasat mata dalam diri Maula pun meldak hingga dia refleks menyahutinya galak, "Gak!"
Namun, cowok itu malah mesem-mesem sambil mencibir dari tempatnya melongokan kepala di samping kursi. "Yang tadi siapa, betewe? Ganteng juga. Gebetan lo? Duda, ya? Lo mau sama laki yang ada anaknya gitu?"
Diam lo dasar dakjal! Maula bukan selevel dirinya suka gobat-gebet orang yang udah ada pasangannya!
Namun, dibanding makian itu, yang Maula keluarkan malah hanya umpatan singkat, "Bacot lo!"
"Ihhh, orang cuman nanya juga," gerundel cowok itu sambil mayun. Bikin bibirnya yang lembab dan agak pink-pink hello kitty—mungkin dia olesin pelembab bibir—kilaunya bisa Maula tangkap bahkan dari jok belakang. "Lagian, gue baik tahu niatnya caring. Mumpung lo belum serius sama doi. Jangan mau ih sama yang udah ada buntutnya. Ribet! Apalagi kalo cerainya bukan cerai mati. Lo bisa-bisa selalu dihantui tahu!"
Lo tuh hantu Taman Lawang! Eh, hantu bences Menteng!
Andai Maula niat mengajaknya jambak-jambakkan dalam mobil like right now yang bahkan belum bisa menembus kemacetan Blok M, dia pastilah udah mencaci maki.
Gila aja kali! Perempuan mana coba yang sesabar Maula? Yang mau-maunya nontonin suaminya duduk bersanding sama pacarnya dalam mobil sementara dirinya terasing?
Okelah pernikahannya main-main, tapi kan emangnya nggak nyebelin kalau mendadak setelah diajakin pulang bareng dia malah dianggurin? Jangankan diajak ngobrol, dilirik aja Maula enggak!
Kemarin aja pas putus dia sok-sok baik-baikin Maula, eh sekarang pas udah sukses balikan, Maula sesingkat itu dilupain. Dasar Suami Kutu Busuk!
Maula nggak melihat Teddy—satu-satunya cowok yang sejak tadi mengajaknya bicara—dia melempar matanya ke luar jendela. Memerhatikan mobil-mobil lain di sebelahnya yang juga hanya mampu jalan dikit-dikit.
Ya, seenggaknya biar sedikit toh mobil-mobil itu tetap bisa jalan, nggak kayak Maula yang seolah selalu stuck di tempat.
Huh!
Sewaktu mergokin Pamela selingkuh, suaminya mungkin nggak hanya merasa terkhianati. Harga dirinya agaknya juga rasanya kayak disileti. Maula bahkan tahu sejak awal kalau suaminya punya pacar. Mana pacarnya bukan cewek, tapi cowok. Nggak sekali-dua kali Maula harus terpaksa ketemu sama pacar dari suaminya itu hingga rasanya Maula sampai hapal kelebat wangi dan suara tiap gerakkannya.
Lalu, apakah karena selingkuhannya bukan cewek lantas bikin efeknya sedikit lebih baik? Sama sekali nggak.
Maula jujur ketika mengaku dia tak sakit hati dengan apa pun yang Rikas lakukan. Mau Rikas tidur sama segambreng cowok, Maula tak peduli. Tapi, yang tadi di mall, rasanya udah sangat keterlaluan.
Rikas ngegandeng Teddy. Dan, itu nggak cuma dia lakukan di hadapan Maula, tetapi juga Mas Linggar!
Entah lagi se-lovey-dovey apa dirinya, haruskah dia berlaku demikian di hadapan orang yang Maula kenal? Nggak cukupkah dia menerima seluruh pengertian yang Maula berikan selama dua tahun ini? Mestikah dia bertingkah seolah sengaja hendak bikin Maula kelihatan menyedihkan?
Maula nggak yakin dengan apa yang dia rasakan saat ini. Apakah dia kecewa? Ataukah dia marah? Atas sikap sembrono Rikas atau malah Teddy yang menjelma bagai bensin dengan ujug-ujug membawa bahasan soal Mas Linggar?
Maula hampir menyenderkan kepalanya di kaca sewaktu gumamannya mengudara, "Yang bilang gue belum serius siapa?"
"Shit! Lo beneran sama tuh cowok tadi?" Teddy berseru, suaranya yang melengking sok syantik bahkan bikin Maula pengen segera tutup kuping karena bising. "Honey, lo udah tahu? Ih, bini lo masa mau pacaran sama laki yang udah ada buntutnya! Jangan bolehin dong! Kasihan tahu!"
"Terserah Maula." Setelah mingkem melulu di sepanjang jalan akhirnya Rikas hanya berkomentar demikian.
Dan, Maula yang memang udah nahan-nahan sejak di mall pun ikut kelepasan berang, "Iyalah terserah gue! Mau gue pacaran sama duda anak satu kek, sama gerandong kek, urusan gue! Rikas nggak ada hak buat larang-larang! Toh, selama ini gue juga nggak pernah kok ngelarang-ngelarang dia!"
"Yang mau melarang memang siapa?"
"Ya bagus deh kalo elo nyadar!"
"Ish, malah berantem. Setop-setop-setop! Tim nggak boleh saling gontok-gontokan ah!" Teddy kemudian menyerobot menengahi. Dia bahkan membagi-bagikan pandangan semi memperingati persis ibu-ibu kalau anak-anaknya lagi pada brutal rebutan mainan secara sama rata baik ke arah Rikas atau pun Maula yang oleh masing-masingnya lantas cuma dilengos dan dengkusi.
"Tapi, nih ya, La, kalo emang serius, terus lo mau ceremei gitu sama Honey eh, Rikas?"
Maula belum memberi jawaban atas pertanyaan tanpa tedeng aling-aling yang dilontar Teddy. Namun ....
BRUUUUK!!
Lalu, itu terjadi begitu saja saat Hyundai Kona yang Rikas kendarai di tengah kemacetan menjelang berakhirnya jam makan siang menghantam keras mobil lain yang berjalan lambat di belokan yang mereka susuri.
"Ouhhh, shit shit shit! Kepala gue benjol nggak nih?" teriak Teddy mengeluh. Maula nggak tahu mungkin dia menghantam dashboard. Karena, Maula sendiri hampir terlontar dari kursinya andai nggak memasang sabuk pengaman.
Maula bahkan masih mengusap-usap dahinya, memeriksa apakah benturan yang terjadi antara kepalanya dan kursi tempat Teddy duduk meninggalkan bekas luka atau nggak sewaktu suara cempreng Teddy buru-buru menyeru cemas, "Honey? Rikas? Hoy! Are you okay? Rikas?!"
Maula gesit melepas sabuk pengamannya demi melongok ke kabin depan untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"La, Rikas, kayaknya pingsan? Dia diem aja. Coba lo periksa nadinya! Jangan-jangan Rikas ...."
Tanpa babibu Maula langsung melompat ke kursi depan, dempet-dempetan bareng Teddy yang beraroma mirip kopi, dia lengkap dibarengi oleh tangannya yang bergetar dengan latar suara orang-orang di luar yang mulai menghampiri ke arah mereka, menggerakkan ragu-ragu jari-jemarinya demi menyentuh bahu Rikas yang saat ini kepalanya rebah di atas stir kemudi.
Maula susah payah berupaya menelan salivanya yang mendadak sepahit kisah hidupnya. Teddy bahkan memegangi kain bagian belakang kemeja Maula saat cewek itu mulai mentoel-toel lirih pundak Rikas sambil memanggil rendah, "Rikas? Pramadaya Rikas Harsodjo? Lo masih sadar kan?"
Maula melalui netranya menyapu kepala Rikas yang rambutnya masih tertata rapi berkat diolesi gel sedari pagi. Lalu, lamat-lamat dia turun ke bagian punggungnya yang bidang. Di mana setelahnya Maula sontak melepas lega deru napasnya ketika melihat punggung itu realitasnya terus bergerak naik-turun dengan konstan.
Uh, Puji Tuhan! Rikas masih hidup! Hampir saja jantung Maula dibuatnya copot jika lanturan Teddy terbukti benar!
Maula lantas pelan-pelan meraih bahu pria itu. Niatnya sih, hendak membantu Rikas untuk kembali duduk tegak, saat tubuhnya yang kebetulan tidaklah menumpu secara benar di dudukan kursi—yang bahkan harus dia bagi bersama Teddy—justru terasa ditubruk dengan luar biasa kilatnya. Maula bahkan sampai oleng. Untung saja dari belakang Teddy aktif menahannya agar nggak kelewatan ngejepit.
Dan ya, tak lama, telinga Maula justru dipenuhi oleh suara terisak-isak milik Rikas yang entah mengapa tahu-tahu menangis ketakutan di lekuk lehernya. Tak hanya jejak basah yang menjejak di bahu tak seberapa lebar punya Maula, apa yang Rikas lakukan juga sukses membuat Maula terhenyak dan bertanya-tanya.
What the hell happened here?!
Jangan bilang Rikas nih ternyata takut mengaku kalau dialah yang udah nabrak serta malah ingin meminta Maula buat menggantikannya buat mengaku sebagai pelaku palsu? Hish! Meski dari efek bunyinya tubrukannya tergolong ringan, kalau pengendara mobil depan ternyata punya riwayat ayan atau jantungan kan bisa modar juga kali!
Jangan bilang Rikas beneran nangis gegara hal itu? Dia pengen ngerepotin Maula di saat di sana bahkan ada pacarnya yang jelas-jelas laki dan harusnya lebih gentle dari Maula.
Huh! Emang Dasar Bences Cupu Mana Cengeng!
Sayangnya, Maula bahkan nggak kober mengumpat, sebab kaca jendela mobil mereka udah keburu sibuk diketuki dari luar.
Su Asuuuuuuuu!
Tahu gitu tadi Maula nebeng Mas Linggar yang biar pun Buaya Rawa-Rawa dengan mulut kelewat lihai menggoda, tapi seenggaknya kalau nyetir dia lihatnya ke depan bukannya yang pura-pura lihat depan, tapi ternyata gampang meleng gara-gara sebelahan sama mantan ups, maybe an ex who reenters to his life as pacarnya!
***
Berbukalah dengan yang manis-manis misalnya dengan menganu Ula dan Bences 💅🤣
Selamat berpuasa. Makasih udah baca yaw 💛💚💛
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro