Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8


Proses perceraian akan segera selesai dan Dito merasa tak masalah, justru dengan perceraian ia menjadi lebih leluasa bergerak mendekati Wulan lagi. Banyak wanita cantik di negara yang ia tinggali saat ini tapi cinta tak bisa ia alihkan dengan mudah pada wanita lain. Banyak wanita yang bisa memuaskan kebutuhan batinnya tapi hanya satu wanita yang bisa mengantarkannya pada naluri suci yaitu rasa bahagia yang tak akan pernah ia temui jika berdekatan dengan wanita lain. Wulan nama itu terus bergaung dalamtelinganya. Ada rasa bersalah karena ia telah meninggalkan Wulan begitu saja karena kelemahannya, juga ada rasa tak ingin menyakiti orang tuanya. Ia lemah, itu diakui Dito sejak awal, di satu sisi ia sangat mencintai Wulan tapi di sisi yang lain ia tak ingin orang tuanya tersakiti dan hal warisan itu yang membuat ia merasa bingung, mungkin dirinya jahat atau entah apa lagi tapi yang jelas saat itu ia benar-benar merasa tak ada jalan ke luar dan satu-satunya cara ia harus meninggalkan Wulan dengan segala risikonya. Ternyata setelah beberapa tahun berlalu dan kini ia bertemu lagi dengan Wulan, rasa cinta itu tetap besar dan semakin membuatnya terobsesi untuk memiliki wanita yang kini telah bersuami.

Dito menyesal dulu ia terlalu patuh dan terus mengulur waktu untuk menikahi Wulan hingga papanya punya kesempatan mengambil alih kendali jalan jodohnya, kini hanya penyesalan yang terus menghantui hidupnya. Sebagai laki-laki dewasa ia tak punya kekuatan melawan orang tuanya, betul-betul hal bodoh yang saat ini terus ia sesali.

Kini, saat di depan mata wanitanya juga ada di negara yang sama, ia harus bisa mewujudkan semua keinginannya, apapun caranya. Langkah pertama mungkin salah tapi paling tidak Wulan tahu jika sampai saat ini, ia masih sangat mencintai Wulan.

"Aku yakin kamu pasti lagi mikir cara apa untuk mendekati wanita itu lagi." James menepuk pundak Dito.

"Tau aja!"

"Iyalah, wajahmu sudah menyiratkan itu, sudah akhiri saja, cari wanita lain. Dia sudah bersuami, jangan kau rusak kebahagiaan mereka, apalagi kalau mendengar ceritamu, ya kamu yang salah, setelah semua selesai kok seenaknya mau ngerusak rumah tangga orang. Jadi saranku, lupakan wanita itu, jangan jadi orang jahat kita hidup hanya sekali, jangan meninggalkan kenangan buruk dalam hidup kita."

"Nggak bisa dan nggak akan bisa. Aku hanya ingin dia yang aku nikahi, dia wanita baik, tempat yang nyaman untuk pulang, ibu yang baik untuk anak-anakku kelak." Dito mengembuskan napas berat.

"Tapi kan sudah nggak ada jalan?"

"Ada, pasti ada dan aku sudah menemukan jalan untuk itu melalui Chassey."

James mengerutkan keningnya.

"Chassey? Apa hubungannya?"

"Kau tahu, suami Wulan pernah ke club Chassey biasa nongkrong, nggak sendiri sih suami Wulan, kayaknya dia diundang sama kliennya. Nah dari sana jalan sudah terbuka." Dito terlihat bahagia.

"Kamu jangan macam-macam Dito, jangan permainkan perasaan wanita, kalo kamu memang ingin Wulan kamu ambil lagi jangan sampai ia jadi benci laki-laki karena aku yakin kamu akan bikin Chassey jadi pancingan agar suami Wulan tergila-gila sama Chassey kan?" James mulai menduga-duga. Dito terkekeh sambil menggeleng pelan.

"Nggak gitu juga James, tenang aja, aku hanya akan bikin Wulan cemburu. Udah gitu aja."

"Trus dengan kemampuan Chassey yang terbatas, dia bisa ngapain? Paling bisanya cuman nyervis doang. Jangan sampai lah kayak gitu, kasihan Wulan, aku nggak tega lihat wajah dia, kelihatan kalo dia orang baik, nggak kayak kamu yang brengsek."

James dan Dito terkekeh bersamaan.

"Lihat aja nanti, lihat aja manuver terbaik aku."

.
.
.

"Gimana, udah nemu gantinya Rosalin yang tiba-tiba resign?" Wulan bertanya pada Alex saat suaminya hendak berangkat ke kantor. Alex mengangguk.

"Sudah, temanku yang bantu, kebetulan ada wanita yang bersedia bekerja paruh waktu. Kan cuman menjaga kebersihan ruang dalam kantor dan menyiapkan makanan ringan juga kopi, sudah itu saja."

"Ok, aku ikut lega karena aku tahu gimana kamu yang nggak suka lihat benda berdebu dan kotoran meski cuman sedikit."

Alex tersenyum lebar, ia pamit pada Wulan sambil mencium kening istrinya lalu melangkah menuju mobil yang terparkir di garasi.

.
.
.

Alex masuk ke ruangannya, ia tidak menemukan hal aneh meski tadi di depan ia sempat bertemu dengan karyawan baru, yang saat ia tanya ruangannya sudah dibersihkan dan ternyata pegawai baru itu tidak terlalu muda juga usianya, hanya yang agak aneh bagi Alex saat melihat penampilan wanita itu yang tidak menampakkan orang yang butuh uang karena wanita itu berpenampilan sangat bersih bahkan wajahnya terawat dengan baik bahkan dandanannya cenderung berlebihan.

"Ah itu bukan urusanku, yang penting wanita itu bekerja dengan baik dan membuat kantor menjadi nyaman."

Tak lama ia mendengar ketukan.

"Masuk."

Pintu terbuka dan ia melihat wanita itu masuk membawa apa yang ia minta tadi.

"Terima kasih." Terdengar suara Alex saat secangkir cappucino telah ada di depannya.

"Bapak, butuh apa lagi?"

"Tidak terima kasih. Oh iya, namamu siapa?"

"Chassey, usia 28 tahun, single, tinggal sendiri di apartemen sederhana dan bekerja karena butuh uang untuk melanjutkan hidup."

Alex tersenyum lebar.

"Terima kasih informasinya. Terima kasih sudah membuat kantor menjadi lebih bersih."

Chassey juga tersenyum ramah dan manis pada Alex. Takbisa dipungkiri Chassey memang cantik dengan tubuh yang menarik.

"Terima kasih Bapak ramah pada saya. Maaf saya mau melanjutkan pekerjaan sampai jam 10 nanti."

"Baik silakan."

Saat akan mencapai pintu Alex bersuara lagi.

"Sesuaikan baju kerjamu dengan pekerjaanmu, aku lihat bajumu kurang longgar karena pekerjaanmu membutuhkan baju yang nyaman untuk pekerjaan yang aku pikir tidak nyaman jika menggunakan baju seperti itu, pakailah celana, jika pakai rok sangat pendek, aku khawatir para karyawan di sini tak nyaman, juga blouse yang kau gunakan kurang longgar, kasihan badanmu tak bebas bergerak."

Chassey mengangguk sambil tersenyum.

"Baik mulai besok saya akan menyesuaikan dengan apa yang Bapak minta. Mungkin baju saya lebih cocok untuk seorang sekretaris ya Pak?"

"Eemmm, mungkin, dan kantor ini tidak butuh sekretaris."

Keduanya sama-sama tersenyum lebar.

.
.
.

Entah mengapa tiba-tiba saja Wulan ingin menemui Alex di kantor, ia siap berangkat dengan membawa makan siang untuk Alex. Wulan melihat jam, ia akan menjemput Barat dan melanjutkan perjalanan ke kantor suaminya.

"Sekali-sekali tidak apa-apa kangen suami dan memberi kejutan dengan datang ke kantornya."

.
.
.

"Gimana aman hari pertama?"

"Aman lah, eh keren ternyata si bos, maulah aku jadi selingkuhannya. Gagah lagi, meski si bos sudah berumur badannya nggak kalah sama yang muda, kamu nggak ada apa-apanya, keren bangeeet pokoknya, bakalan betah aku kayaknya." Chassey menjawab pertanyaan Dito melalui ponselnya dengan suara lirih.

"Ck, maunya, tunggu dululah, sabar dulu, baru juga mulai."

"Udah dulu ya aku tutup dulu, mau beresin ruang meeting trus pulang aku, besok tak lama-lamain di ruangan bos deh."

"Hus! Nggak boleh! Jangan terburu-buru, ingat misi kita harus berhasil."

Dan pembicaraan berakhir saat Chassey melihat dari celah ruangan yang ia bersihkan, seorang wanita yang menuntun anak laki-laki menuju ke arah ruangan Alex.

"Pasti ini yang bikin dua laki-laki itu sama-sama nggak mau ngalah, kelihatannya biasa saja, cantik sih tapi nggak ada yang istimewa. Tunggu waktunya, akan aku buat satu laki-laki berumur di ruangan bos itu tergila-gila padaku."

🍂🍂🍂
9 November 2024 (08.36)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro