Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2


Alex terlihat kaget saat ia bertemu dengan kliennya karena ada kesepakatan pengadaan bahan-bahan mentah untuk kelengkapan perusahaannya yang bergerak dalam bidang properti, dia melihat Dito bersama kliennya itu, pemilik perusahaan yang ia kenal seolah sudah akrab dengan Dito.

"Ini rekan kerjaku yang baru Lex, ternyata dia di negaranya sudah punya banyak pengalaman tentang bisnis-bisnis kayak kita ini jadi kenalkan, ini Dito." James memperkenalkan Dito pada Alex.

"Aku sudah mengenalnya." Alex menyahut pelan tanpa senyum, tapi saat Dito memajukan tangannya untuk bersalaman, Alex menerima tangan Dito.

"Oh ya? Di mana kalian kenal?" James terlihat kaget.

"Dia teman istriku." Sahut Alex lagi.

"Wah kebetulan kalau begitu kapan-kapan kita bisa berlibur bersama-sama dengan istri kita."

Alex diam tak menyahut dan menyibukkan dirinya dengan laptop yang ada di depannya. Meski Alex berusaha profesional tapi hatinya merasa tak nyaman, ia ingat bagaimana laki-laki di depannya terus menguntit istrinya hingga kini.

"Sudah aku kirim via email tadi surat perjanjian kerjasama perusahaan kita."

James mengangguk saat Alex mengalihkan pembicaraan sementara Dito yang mengerti perubahan wajah Alex diam saja. Dan saat James pamit ke toilet Alex menatap Dito.

"Sejak kapan Anda bekerja di perusahaan James karena setahu saya ..."

"Baru dua minggu dan karena dia tahu track record saya dari perusahaan sebelumnya, dia mempercayakan banyak hal pada saya." Dito menjawab dengan lugas, ia tahu ekspresi tak suka Alex padanya.

"Satu hal lagi, saya ingin tahu alasan Anda, mengapa sering mengamati rumah saya? Atau Anda menguntit istri saya? Terus terang saya tak suka! Jauhi rumah saya, saya dan istri saya ingin tenang!"

Saat Dito akan menjawab ternyata James sudah kembali.

"Wah kalian ternyata terlibat pembicaraan serius."

"Tidak, aku hanya bertanya pada Pak Dito tentang masa lalu saat ia bersama istriku di Indonesia seperti apa, baik pekerjaan maupun keseharian kan mereka bekerja di tempat yang sama." Alex lagi-lagi serius menekuni laptopnya

"Oh ya? Ini kejutan Alex."

"Nggak sih, biasa aja." Alex menjawab dengan ekspresi datar. Sementara Dito menahan tawa, dalam hati ia mengejek Alex yang terlalu posesif menjaga Wulan. Dan dalam hati Dito berbisik "Jaga istrimu baik-baik atau akan aku dapatkan kembali dan akan aku bawa pergi ke tempat yang tak akan bisa kamu jangkau."

.
.
.

"Dito belum pulang? Ini sudah malam Gilda. Masa iya dia belum pulang? Kerja macam apa? Masa iya tiap malam dia lembur, tiap kali mama atau papa yang nelepon dia, kok nggak pernah diangkat." Terdengar suara resah mama Dito yang sejak kemarin berusaha menelepon Dito tapi tak ada hasil.

"Tapi memang tiap malam Dito ya kayak gini Ma, kadang dia pulang awal tapi ke luar lagi." Gilda tidak akan berusaha menyembunyikan keadaan rumah tangganya yang tak sehat, mertuanya harus tahu karena Dito semakin tak bisa dikendalikan.

"Loh kok bisa?! Lalu ke mana? Ngapain dia? Kok jadi bodoh dia? Sudah tahu kamu hamil, ini Tante nelepon kamu menjauh dari papanya Dito, mama nggak mau dia sakit lagi gara-gara mikir Dito. Anak itu kok ya aneh-aneh aja, punya istri lagi hamil malah ditinggal, seandainya dekat sudah mama temani kamu."

"Gilda nggak mau ribut Ma, Gilda lebih menjaga kehamilan Gilda, sejak Dito memutuskan ke luar dari perusahaan kakak, Gilda jadi semakin nggak tahu kabar Dito."

Terdengar desah suara mama Dito yang kesal.

"Ya sudah kamu istirahat Gilda, tenangkan pikiran kamu, akan mama telepon terus Dito."

"Iya Ma, terima kasih."

Gilda meletakkan ponselnya dan duduk merenung di tempat ia duduk, tapi tak lama kemudian ia mendengar ketukan, Gilda bagai terbang, karena ia yakin itu Dito, hanya aneh saja tak biasanya Dito mengetuk pintu dan saat ia buka ternyata benar bukan Dito tapi Ben rekan kerjanya yang menggantikan posisi Dito di kantor.

"Ini makan malammu. Kan kamu sering cerita di kantor kalau kamu sering ditinggal suamimu dan kamu lebih suka kelaparan sambil menunggu suamimu pulang, itu nggak baik untuk ibu hamil, kasihan bayimu. Ini terima aja, aku mau pulang."

Dan Gilda melihat punggung laki-laki jangkung itu menjauh, lalu masuk ke mobilnya dan hanya meninggalkan derunya. Tak terasa air mata Gilda mengalir, ia sedih karena perhatian seperti ini tak ia dapatkan dari Dito laki-laki baik yang sebenarnya sudah menyediakan makanan di kulkas dan ia tinggal menghangatkan di microwave, semua itu tak dilakukan oleh Gilda karena percuma saja semuanya ada tapi tak ada yang menemani makan. Gilda butuh teman bicara. Gilda masuk, mengunci pintu, meletakan makanan yang diberikan oleh Ben di meja lalu menangis. Lagi-lagi terdengar bunyi telepon dari ponselnya yang ternyata dari Ben.

"Sudah kamu makan?"

"Dibuka aja belum."

"Kenapa nangis?"

"Nggak ada teman makan."

"Aku temani?"

"Boleh."

"Suamimu kapan pulang?"

"Nggak jelas, biasanya dini hari atau bahkan nggak pulang."

"Ok, aku putar balik."

.
.
.

"Ini apartemenmu sendiri?"

Dito mengangguk. Chassey melihat sekeliling apartemen Dito yang mewah dan elegan.

"Kamu pasti anak orang kaya."

"Nggak juga."

"Baiklah, kamu mengajak aku ke sini dengan bayaran mahal pasti ingin aku temani tidur kan? Ingin aku puaskan, bukan begitu?"

"Nggak!"

"Lalu?" Chassey agak heran dengan jawaban Dito.

"Lalu untuk apa?"

"Hanya menemani aku ngobrol sampai dini hari."

"Hah? Hanya untuk itu? Laki-laki aneh! Di mana-mana mereka bayar aku mahal yang karena pingin tidur sama aku."

Chassey duduk di depan Dito, ia melihat mata resah Dito yang menikmati soft drink yang sudah tersedia di meja.

"Mau cerita apa? Silakan saja, aku nggak mau nerima uang banyak tapi nggak kerja, jadi ok aku dengerin cerita kamu, kalau bisa ya aku akan kasi kamu nasihat, itu pun kalau kamu mau."

Lama diam, Dito masih meneguk berkali-kali minumannya hingga habis. Lalu menatap Chassey sekilas dan kembali pada kaleng kosong soft drink yang masih ia pegang.

"Aku ingin meraih kembali wanita yang sangat aku cintai, tapi ..."

"Ya kejar aja lagi, tunjukkan kalau kamu beneran cinta sama dia, beneran mau dia balik lagi."

"Sulit!"

"Itu karena kamu nggak berusaha, dulu kenapa bisa lepas sih?"

"Aku yang salah, aku yang ninggalin dia karena aku nggak cukup bertahan dengan penolakan kedua orang tuaku padanya, lebih tepatnya papaku sih yang beneran nggak mau."

"Dan kamu sebagai laki-laki mapan yang katanya cinta banget sama dia, diam saja? Aneh! Mana ada cinta tapi gak berusaha, laki-laki mental apaan kamu? Ya udah sekarang kamu kejar dia, raih cinta dia lagi."

"Sulit!" Dito mendesah pelan.

"Dari tadi ngomong suliiit terus, belum-belum dah nyerah, kenapa sulit?"

"Dia sudah punya suami!"

🔥🔥🔥

3 November 2024 (03.52)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro