Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

☘️ Empat ☘️

"Sampai kapan aku begini terus?" Pelangi bermonolog sembari menatap wajahnya dari pantulan cermin.

Ia menghempaskan diri ke kursi tanpa sandaran yang juga sebagai pelengkap meja rias, memperhatikan wajah pucatnya. Perlahan ia menyentuh bibir yang tak lagi berwarna merah muda.

Pelangi menghembuskan napas panjang, ia beranjak dari tempat duduknya dan membuka laci sebelah kiri dan mengeluarkan sebuah botol plastik yang berisi obat berbentuk pil. Dikeluarkannya dua butir pil tersebut dan langsung menenggaknya. Diminumnya segelas air putih yang selalu tersedia di samping nakas. Pelangi menelusupkan ke dua kakinya ke dalam selimut dan berbaring setelah mematikan lampu utama kamar sebelumnya dengan sebuah remot kontrol. Menyisakan lampu tidur yang berada di atas nakas sebelah kiri.

Dia menatap langit-lamgit kamarnya, ornamen bintang-bintang yang berbahan glow in the dark bertaburan di langit-langit kamarnya jika lampu kamar dimatikan. Menampilkan seberkas cahaya kelap-kelip layaknya bintang di langit malam. Ia meraba jantungnya, detakan itu masih terasa hingga saat ini dan itu nyata.

Selama dua puluh delapan tahun tak sekalipun ia merasakan debaran itu, hari ini detakan itu terasa. Perasaan deg-degan dan salah tingkah tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Pelangi mengelengkan kepalanya, mencoba menyangkal detakan tersebut. Berdalih bahwa baru sekali ini ia berdekatan dengan seorang pria selain kakek dan Daniel dari jarak sedekat tadi. Bahkan ia bisa merasakan hembusan napas berbau mint dari Elang begitu terasa menerpa kulit pucatnya.

Pelangi memaksakan matanya terpejam, walaupun ia tak merasa mengantuk sama sekali. Padahal jarum jam sudah menjerit menunjukan angka satu malam. Tak biasanya Pelangi tidur sepagi ini.

♥♥♥♥♥♥

Pelangi tergopoh-gopoh memasuki rawat inap VVIP, membukanya dengan kasar.

Dadanya masih naik-turun sembari mengatur napasnya yang tersengal. Mata sayu Pelangi langsunh tertuju pada sosok pria tua yang duduk di atas ranjang.

Pria tuanya memberikan senyuman paling semringah, yang kemudian disambut pelukan erat oleh Pelangi. Perlahan bahunya bergetar di ceruk leher Kakek Broto. Menghirup aroma obat-obatan yang masih menempel.

Elusan lembut di kepala Pelangi, menambah getaran di bahunya.

"Udah dong nangisnya. Jadi istri orang kok masih cengeng," ejek Kakek Broto ketika Pelangi melepas pelukannya.

Daniel tergelak mendengar ejekan Kakek, menghampiri mereka. Merangkul bahu Pelangi.

"Udah punya suami tapi masih manja." Daniel menyentil dahi Pelangi yang membuat Pelangi menjerit kecil.

"Resek lu, Bang!" Pelangi menyikut Daniel guna melepaskan pelukan Daniel.

"Jangan gitu, Niel. Kasihan Anyi."

"Diiih, mana ada. Untung aja Elang sabar." Lirikan tajam terhunus langsung kearah Daniel.

Pelangi memejamkan matanya sebentar, sesaat sebuah tangan keriput mengelus rambutnya yang digerai.

"Kakek bahagia. Akhirnya kamu menikah, Nyi. Ada yang jagain selain Daniel."

"Kek, jangan ngaco, deh."

"Kakek gak ngaco, Anyi. Kakek beneran bahagia. Akhirnya kamu nikah."

Pelangi hanya memandangi wajah keriput Kakeknya. Ia benar-benar ketakutan. Sangat malahan. Ia masih belum mau kehilangan satu-satunya orang yang menyanyanginya, selain sang Mama.

Untuk saat ini, ia bisa bernapas lega. Karena Kakeknya masih berada di sini, meski selang infus masih terpasang di punggung tangan rentahnya.

"Pelangi sayang sama Kakek." Sekali lagi ia memeluk Kakeknya.

"Kakek lebih sayang kamu, Pelangi."
.
.
.
Pelangi kembali ke kantor pusat, ada beberapa berkas yang harus ia berikan langsung ke Direktur. Hotel tempat Pelangi bekerja hanya salah satu investasi bisnis yang Broto Suseno miliki.

Ting!

Denting suara pintu lift terbuka, menampilkan sesosok pria paruh baya yang memasuki lift yang sama dengan Pelangi.

Matanya tertumpuk kala pria tersebut memasuki lift. Seketika senyuman Pelangi yang merekah menjadi redup, meninggalkan kekakuan di wajah ayu gadis bermata bulat.

"Punya muka juga kamu ke sini?" Pelangi mendonggakkan kepala dan menoleh ke asal suara.

"A-ayah ...."

Pria yang di panggil ayah hanya mendengus sebal, kentara bahwa ia sangat tak menyukai panggilan yang disematkan Pelangi terhadap dirinya.

"Aku bukan ayahmu!" Penegasannya membuat Pelangi menunduk seketika.

"Tapi aku anakmu!" Lanjut Pelangi dalam hati.

Hingga pintu lift terbuka kembali, sosok yang berjulukan ayah melangkahkan kakinya dan menghilang dari pandangan Pelangi.

Dadanya sesak seketika, buliran air mata turun dari ekor matanya. Delapan belas tahun dirinya tak dianggap ada, tapi tetap saja rasanya begitu menyakitkan. Cepat-cepat ia menghapus air matanya dan melangkah menuju tempat tujuannya. Ruangan Daniel Kim.

Tok ... tok ...

Pelangi menyandarkan bahunya di kusen pintu yang memang sudah terbuka. Tersenyum lebar pada pemilik ruangan bernuansa minimalis, khas lelaki.

"Sibuk, Bang?" tanya Pelangi menghampiri Daniel.

"As you see, selalu seperti ini."

Tadi pagi Daniel memang meminta ijin untuk kembali ke kantor, karena ada beberapa perkerjaannya yang tertunda. Imbas dari tumbangnya direktur utama alias pemilik perusahaan.

Daniel memang tidak mau diberi jabatan apapun di perusahaan properti milik Kakek Broto.

Hanya menjadi Asistennya saja itu lebih dari cukup. Kakek Broto yang menemukan keberadaan Pelangi di sebuah panti asuhan, dan ikut mengadopsinya sungguh membuat Daniel sangat bersyukur.

Lima tahun lamanya Broto Suseno mencari keberadaan Cucu dan Menantunya. Setelah kejadian masa lalu yang menimpa keduanya. Dan selama itulah Daniel selalu menemani Pelangi seperti seorang kakak melindungi adiknya. Dulu, anak-anak panti selalu mengunjing Daniel yang tak sama seperti anak-anak kebanyakan.

Wajah asia yang mendominasi; bermata sipit; kulit kuning langsat; tinggi badan yang tak sama seperti anak pribumi, terlebih lagi nama Kim yang tersemat di belakang nama Daniel selalu membuatnya menjadi bahan bully-an anak-anak lainnya. Jelas bahwa ia memiliki darah Korea dan Amerika, dan ada yang mengatakan bahwa Daniel adalah anak hasil hubungan gelap.

Mereka; Pelangi, Senja, dan Daniel adalah tiga serangkai yang selalu ke mana-mana selalu bertiga. Kala itu Senja yang notabene adalah anak pengurus panti asuhan. Mereka selalu bermain bersama-sama, kedekatan mereka tak terelakkan. Daniel dengan sifat pengayomnya, Senja dengan sifat pengertian dan penuh perhatian menjadikan Pelangi tak lagi merasa terasingkan.

Kebersamaan mereka mampu melengkapi satu sama lain, namun semuanya berubah kala Senja dan keluarganya pindah dari panti asuhan tersebut. Meninggalkan sejuta tanggisan yang tiada henti dari Pelangi.

Pengapdosian Daniel bukan tanpa sebab dilakukan oleh kakek Broto, tak lain adalah menjaga Pelangi agar tak lagi merasa kesepian dan merasa bahwa ia tak diinginkan. Dan kakek Broto menyanyangi Daniel seperti ia menyanyangi Pelangi.

Kakek Broto tau apa yang dibutuhkan oleh kedua cucunya.

"Ada apa ke sini?"

"Kangen abang ...."

Daniel melirik Pelangi yang tengah berdiri memandang lengangnya jalanan Ibu Kota, menyelesaikan perkamen terakhirnya. Daniel berdiri dan merengkuh belakang tubuh mungil adik angkatnya. Sama-sama memandang ke luar jendela.

Daniel tahu bahwa alasan 'kangen' itu hanyalah kedok bagi Pelangi, delapan belas tahun tinggal bersama ia tahu betul jika jauh di dalam sana ia menangis.

Wanita direngkuhannya ini hanyalah seorang wanita dengan sejuta kesakitan yang tak terlihat. Menahan segala kepedihannya sendirian. Pelangi akan mengatakan hal diluar keinginanya, dia lebih memilih mengubah topik pembicaraan yang cukup ekstrim untuk mengelabuhi isi hatinya.

Hanya keheningan yang menyapa mereka, hingga tetesan air mata Pelangi menjatuhi punggung tangan Daniel yang bersemayam di leher Pelangi.

"Dia masih tak menginginkanku!"

Daniel tahu siapa yang dimaksud dengan 'dia'. Cerita sedih dari seorang Pelangi membuat ia seperti senasib sepenangungan dan bertekad melindungi Pelangi.

"Kamu masih punya Abang, Dek." Ucapan Daniel semakin membuat Pelangi terhisak lirih.

"Jika satu orang yang membuangmu, maka sepuluh orang akan menyanyangimu. Jangan takut menjadi orang yang terbuang, karena dari sanalah kekuatanmu berasal."

Pelangi membalikan badannya, dan menangis di dada bidang Daniel.

✩✩✩✩✩✩✩✩✩

-Dean Akhmad-
    10.03.2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro